10 KPI HRD untuk Jadi Indikator Kesuksesannya
Isi Artikel
Sebagai seorang pekerja, key performance indicator atau KPI adalah sebuah patokan untuk menilai hasil kerjanya. Nah, kamu yang bekerja di bidang HRD juga punya beberapa KPI penting untuk dinilai.
Key performance indicator untuk bidang HR sangat berkaitan dengan strategi perusahaan.
Lalu, apa saja KPI yang umum digunakan untuk departemen ini? Berikut Glints berikan beberapa daftarnya. Simak artikelnya, ya.
KPI untuk HRD
1. Turnover rate
KPI pertama yang digunakan untuk departemen HRD adalah turnover rate.
Turnover rate mengacu pada persentase karyawan yang meninggalkan perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
Apabila turnover rate tinggi, hal tersebut bisa menandakan bahwa karyawan tidak puas dengan perusahaan tempatnya bekerja.
Berdasarkan metrik ini, HRD dapat membuat penyesuaian seputar kompensasi, lingkungan kerja, hingga budaya perusahaan supaya membuat karyawan betah.
2. Retention of talent
KPI selanjutnya yang umum digunakan untuk HRD adalah retention of talent. Metrik ini sangat berkaitan dengan turnover rate.
Bedanya, KPI ini mengukur jumlah karyawan yang dapat dipertahankan perusahaan.
KPI ini juga memberikan informasi penting untuk perencanaaan tenaga kerja dan rekrutmen.
Tidak hanya itu, retention of talent juga memberi insight seputar tingkat remunerasi.
Sehingga, dari KPI ini bagian HR harus menginvestigasi bagaimana gaji, peraturan cuti, atau lingkungan kerja berpengaruh dalam mempertahankan karyawannya.
3. Durasi dalam posisi
Menghitung rata-rata durasi yang dijalani karyawan dalam suatu posisi juga merupakan salah satu KPI utama seorang HRD.
Melalui KPI ini, HR dapat mengetahui apakah kesempatan berkembang di perusahaan terbatas atau tidak.
Jika iya, maka HR dapat mendiskusikannya dengan bagian manajemen untuk mengatasi masalah tersebut.
4. Dismissal rate
Dismissal rate menghitung tingkat pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan. Sehingga, KPI ini sangat penting untuk digunakan bidang HRD.
Metrik ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti;
- kontrak kerja
- resign karena tidak mampu bekerja
- pensiun
Selain itu, jika terjadi PHK secara paksa, seperti kinerja atau perbuatan buruk, hal tersebut akan merugikan perusahaan baik dari segi keuangan maupun waktu.
Sehingga, dari KPI ini pihak human resources dapat menginvestigasi apakah praktik rekrutmen serta onboarding-nya sudah selaras dengan nilai perusahaan.
5. Tingkat absensi
Melansir Indeed, salah satu KPI yang umum digunakan HRD adalah tingkat absensi.
Tingkat absensi mengukur engagement dari karyawan dalam perusahaan dan seberapa sering mereka masuk kerja.
Indikator ini juga memberi informasi tentang tingkat motivasi karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya dan berkontribusi terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
Sebagai contoh, seorang pekerja akan cenderung mengambil cuti ketika mereka merasa tidak termotivasi untuk bekerja atau berhalangan hadir.
Semakin banyak cuti yang diambil, semakin tinggi tingkat absensinya.
Dari informasi tersebut, HRD dapat mencari cara bagaimana merendahkan tingkat absensi.
Seperti dengan mendiskusikan peraturan WFH jika berhalangan hadir ke kantor atau membangun lingkungan kerja yang positif sehingga karyawan merasa termotivasi untuk bekerja.
6. Waktu lembur
KPI selanjutnya yang umum digunakan untuk HRD adalah waktu lembur. Metrik ini digunakan untuk mencari tahu tren karyawannya yang masih bekerja setelah jam kerja.
Waktu lembur sangat berkaitan dengan KPI tingkat absensi. Karena, seorang karyawan yang sering melakukan overtime akan cenderung mengambil cuti untuk beristirahat.
Ketika tingkat waktu lembur meningkat, informasi ini dapat digunakan HRD untuk mengidentifikasi hal-hal seperti;
- workload pekerjaan yang bertambah berat
- adanya kekurangan dalam proses kerja perusahaan
- kekurangan personel yang terlibat dalam workflow
7. Cost per hire
Menurut Factorial, KPI HRD ini digunakan untuk mengukur jumlah biaya yang diinvestasikan bagi setiap karyawan.
Termasuk dalam biaya tersebut seperti pengiklanan lowongan, waktu yang dikeluarkan untuk me-review dan memilih kandidat, serta melakukan interview.
Tidak hanya itu, biaya pelatihan karyawan serta bahan-bahannya pun termasuk dalam cost per hire.
Dengan metrik ini, pihak HRD dapat membantu departemen lainnya dalam mengurus budget mereka ketika melakukan rekrutmen.
8. Salary competitiveness ratio
Menyadur Clickup, KPI untuk HRD ini digunakan untuk mengukur seberapa kompetitif gaji yang ditawarkan perusahaan dibandingkan kompetitor untuk posisi serupa.
Hal ini karena salah satu tugas HRD adalah untuk merekrut kandidat bertalenta bagi perusahaan.
Tentu, semakin tinggi rasio salary competitiveness, semakin unggul perusahaan dalam menarik kandidat bertalenta.
9. Kepuasan karyawan
Salah satu tugas dari HRD adalah memastikan setiap pekerja merasa puas bekerja di perusahaannya.
Sehingga, kepuasan karyawan menjadi salah satu KPI yang penting untuk HRD.
Hal ini karena semakin puas karyawan, semakin tinggi keinginannya untuk bertahan di perusahaan.
Tentu, hal ini turut menurunkan turnover rate perusahaan.
HRD bisa mengetahui tingkat kepuasan karyawan dengan melakukan survei pada mereka.
Adapun survei ini harus dilakukan secara rutin supaya komplain dari karyawan dapat diselesaikan sesegera mungkin.
10. Net promoter score
KPI yang umum digunakan HRD ini memberi insight tentang berapa banyak karyawan yang akan merekomendasikan perusahaan ke orang lain sebagai tempat bekerja ideal.
Sama seperti kepuasan karyawan, salah satu cara mengetahuinya adalah dengan melalui survei atau wawancara.
Dari informasi yang didapat, HRD dapat mengetahui apa saja yang kurang dari lingkungan kerjanya dan memperbaikinya.
Dengan begitu, turnover rate perusahaan akan bisa turun.
Nah, itu adalah beberapa KPI yang umum digunakan untuk mengukur performa HRD perusahaan. Intinya, pastikan KPI yang dibuat sesuai dengan satu sama lain dan actionable.
Lalu, bagaimana cara menyusun KPI yang tepat? Jangan khawatir, karena Glints punya jawabannya untukmu dalam artikel 5 Langkah Menyusun Target KPI.
Tertarik? Yuk, klik tombol di bawah sekarang untuk membaca artikelnya!