7 Cara Melakukan Content Quality Control, Ini Dia Tahapan Pentingnya
Isi Artikel
Sering melakukan kesalahan pada content yang kamu buat? Kamu ada di artikel yang tepat! Kali ini, Glints akan membahas bagaimana cara melakukan content quality control yang baik.
Apa itu content quality control?
Seperti yang mungkin sudah kamu tahu, quality control adalah proses pengecekan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan kualitas produk sesuai dengan standar tertentu.
Nah, dalam pembuatan social media content maupun content marketing, pengecekan ini sangat perlu dilakukan untuk menjaga kualitas content tersebut.
Lalu, apa saja yang harus kamu pastikan ketika melakukan pengecekan?
Tak usah berlama-lama lagi, ini dia 6 cara melakukan content quality control yang telah Glints rangkum untuk kamu!
1. Definisikan konten berkualitas
Sebelum memastikan apakah content memenuhi standar, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menentukan standarnya terlebih dahulu.
Coba tuliskan beberapa poin yang menurutmu bisa mendefinisikan konten berkualitas. Contohnya:
- kredibel dan akurat
- dapat menjawab pertanyaan audiens
- informasi jelas dan mudah dimengerti
- mudah diimplementasikan di kehidupan sehari-hari
Indikator kualitas konten bagi setiap perusahaan dan jenis content (e-book, blog, in-depth report, dan lain-lain) bisa saja berbeda.
Jadi, pastikan untuk mendiskusikan ini dengan atasan agar content yang dibuat sesuai dengan objektif yang ingin dicapai perusahaan.
2. Definisikan target audiens
Cara melakukan content quality control selanjutnya adalah menentukan user persona atau buyer persona. Ini juga bermanfaat untuk meningkatkan engagement rate, lho.
Sama seperti cara nomor 1, kamu bisa tuliskan daftar persona dari target audiens yang ingin kamu capai.
Nantinya ketika pengecekan, kamu dapat menganalisis apakah content tersebut sudah sesuai dengan apa yang sebetulnya sedang dicari target audiens.
Biasanya, content team pasti telah membuat persona ini.
Namun, jika tidak dimasukkan ke dalam checklist content quality control, bagian ini kadang terlupakan.
3. Buat ketentuan format
Tentukan format penulisan sedetail-detailnya. Hal ini sangat bermanfaat untuk menjaga konsistensi dan readability (tingkat kenyamanan orang dalam membaca).
Hal ini sangat penting terutama dalam pembuatan artikel di blog perusahaan.
Ada banyak format yang apabila tidak ditentukan, bisa menyebabkan pembaca kurang betah menghabiskan waktu di website kamu.
Contohnya:
- jumlah kalimat dalam paragraf
- penggunaan jenis heading
- ukuran gambar dalam artikel
Dan masih banyak lagi. Content yang tidak sesuai dengan format bisa diperbaiki terlebih dahulu sebelum dipublikasi.
4. Buat guidelines tentang copyright
Nah, cara melakukan content quality control yang satu ini merupakan bagian yang sangat penting, sebagaimana yang disebutkan oleh Content Marketing Institute.
Jika kamu memanfaatkan suatu karya dengan cara yang salah, kamu bisa berurusan dengan hukum. Hal ini karena beberapa karya memiliki jenis copyright tertentu.
Termasuk ketika kamu menggunakan karya di internet. Mulai dari foto, video, font, ilustrasi, musik, dan lain-lain.
Pastikan untuk mengambil karya dari platform yang menyediakan karya gratis dan tanpa copyright.
Dilansir dari Smart Copying, kamu bisa menggunakan karya dengan copyright jika:
- pemilik karya telah menyatakan bahwa karyanya boleh digunakan
- kamu meminta izin kepada pemilik karya dan mereka mengizinkannya
5. Tentukan corporate style
Menurut Divvy HQ, content itu ibarat wajah dari sebuah brand. Jadi, sebuah content harus bisa mencerminkan brand image yang ingin dibentuk.
Nah, selain format, gaya penulisan ini juga harus konsisten.
Perbedaan gaya penulisan ini contohnya seperti:
- penggunaan “kamu” diganti jadi “Anda”
- penggunaan “enggak” diganti jadi “tidak”
Beberapa brand lebih memilih untuk menggunakan style yang santai dan kekinian, sebagian yang lain masih ingin berpatokan pada bahasa Indonesia baku.
Semuanya bisa disesuaikan dengan tone of voice yang telah ditentukan.
6. Kesalahan penulisan
Cara melakukan content quality control selanjutnya adalah memastikan tidak ada kesalahan penulisan. Contoh kesalahan yang sering ditemukan di antaranya adalah:
- typo
- grammatical & spelling error
- penulisan istilah asing
Jadi, ketika dilakukan pengecekan, kamu bisa langsung memeriksa daftar tersebut satu persatu.
Dengan begitu, kamu bisa memastikan bahwa tak ada kesalahan penulisan. Meskipun dianggap sepele, kesalahan kecil seperti typo bisa mempengaruhi kredibilitas brand di mata audiens.
7. Dokumentasikan proses quality control
Langkah nomor 1-6 akan menjadi patokan yang kurang jelas dalam melakukan pengecekan jika hanya dilakukan melalui ingatan atau perasaanmu saja.
Dokumentasikan semua proses agar anggota tim bisa menerapkan quality control ini secara konsisten dan terus menerus.
Dokumentasi ini bisa dibuat dalam format spreadsheet atau memanfaatkan content managing tools lainnya.
Cara melakukan quality control-nya cukup sederhana. Kamu bisa gunakan ceklis saja untuk mengecek setiap indikator dari content yang dibuat.
Demikian 7 cara melakukan content quality control yang telah dirangkum oleh Glints.
Semoga kamu bisa segera mempraktikkannya, ya!
Tertarik untuk belajar lebih banyak tentang content marketing dan social media? Mampir ke kategori Marketing di Glints Blog, yuk!
Ada banyak topik lainnya tentang marketing yang bisa kamu pelajari lebih dalam. Mulai dari growth marketing, copywriting, SEO, dan masih banyak lagi.
Yuk, perkaya pengetahuanmu dengan baca lebih banyak artikel di sini!