Self-sabotage: Apa Itu, Dampak, Contoh, dan Tips Menghindarinya
Isi Artikel
Kamu sering menunda-nunda pekerjaan? Psst, itu adalah salah satu ciri perilaku self–sabotage atau sabotase diri.
Memangnya, apa arti dari istilah tersebut? Apa dampaknya bagi karier, dan bagaimana cara mengatasinya?
Glints punya penjelasan lengkapnya di sini. Yuk, simak!
Apa Itu Self-sabotage?
Kita mulai pembahasan dari definisi. Melansir Psychology Today, self–sabotage atau sabotase diri adalah perilaku yang menyebabkan masalah sehari-hari atau membuatmu sulit mencapai tujuan jangka panjang.
Beberapa contohnya adalah:
- menunda-nunda pekerjaan
- terlalu perfeksionis saat bekerja
- kurang menyiapkan presentasi meski kamu bisa menyiapkannya
- perilaku merugikan lain yang sebenarnya bisa kamu kontrol
Bahaya Self-sabotage untuk Karier
Secara umum, sabotase diri adalah perilaku yang bisa menghambat pengembangan karier. Itulah mengapa, kamu harus menghindari perilaku tersebut.
Supaya lebih jelas, berikut contoh skenario sabotase diri dan dampaknya:
1. Berdampak buruk bagi karier dan kesehatan
Misalnya, Dimas menunda-nunda pekerjaan hari ini. Alih-alih fokus menyelesaikan tugas, Dimas malah sibuk mengerjakan hal lain.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 19.00. Padahal, tugas tersebut seharusnya selesai besok pagi pada pukul 10.00.
Dimas pun tak tidur semalaman demi menyelesaikan tugas. Keesokan paginya, tugas memang sudah selesai. Akan tetapi, Dimas sudah terlalu lelah untuk bekerja.
Dimas pun kembali menunda pekerjaan hari ini. Padahal, ada pekerjaan yang seharusnya selesai esok pagi.
Siklus ini terus-menerus berjalan, semua hanya karena Dimas melakukan self–sabotage berupa menunda-nunda pekerjaan.
Begadang terus-menerus juga tak baik untuk Dimas. Menurut Medical News Today, begadang berpeluang memicu masalah tidur dan masalah kesehatan.
Jadi, hindari perilaku sabotase diri berupa menunda-nunda, ya. Dengan begitu, kesehatanmu lebih terjaga.
Kalau kamu masih sama seperti Dimas, tenang saja. Glints bisa membantumu dengan tips mencegah menunda-nunda. Klik tombol di bawah ini untuk membacanya:
2. Jadi mudah menyerah
Mita adalah orang yang perfeksionis. Saat bekerja, ia selalu berusaha memberikan yang terbaik agar mendapat hasil terbaik pula.
Tentu saja, keinginan tersebut baik. Akan tetapi, ketika kadarnya berlebihan, keinginan itu bisa tak sehat.
Suatu hari, Mita diminta mengerjakan tugas A. Mita belum pernah menangani tugas itu sebelumnya. Tentu wajar jika Mita butuh banyak belajar sehingga mendapat revisi.
Akan tetapi, menurut Mita, revisinya sangat banyak. Sisi perfeksionisnya merasa bahwa Mita kurang mampu mengerjakan tugas A. Akhirnya, ia menyerah.
Padahal, kalau saja mau belajar dari revisi-revisi yang ada, Mita bisa semakin mahir mengerjakan tugas A.
Jadi, hindari perilaku self–sabotage ini, ya. Rasa ingin memberi yang terbaik tentu bagus, namun tetap hargai proses yang memang harus dijalani.
Bagaimana denganmu sendiri? Apakah kamu merasa punya sifat yang sama dengan Mita?
Kalau iya, tak perlu risau. Glints punya langkah jitu mengatasi perfeksionis. Simak selengkapnya, yuk! Klik tombol ini:
3. Gagal mendapat kesempatan mengembangkan karier
Di kantor Ratna dan Sinta, sedang ada kesempatan untuk promosi kerja. Ratna dan Sinta merupakan dua kandidat promosi tersebut.
Sayangnya, hanya ada satu peluang. Jadi, hanya satu di antara keduanya yang bisa naik jabatan.
Ratna merupakan orang yang perfeksionis. Sifat itu membuatnya lama merencanakan sesuatu sebelum melakukan eksekusi.
Memang, rencana sangatlah penting. Akan tetapi, jangan sampai rencana itu terlalu lama dibuat hingga eksekusinya harus tertunda.
Sayangnya, itu terjadi pada Ratna. Saat diminta mengerjakan tugas B, Ratna merencanakannya matang-matang. Apalagi, ada peluang promosi di depan mata.
Pembuatan rencana itu memakan waktu lama hingga Ratna tak bisa menyelesaikannya sebelum deadline.
Lain halnya dengan Sinta. Sinta berhasil menyelesaikan tugasnya tepat waktu dengan kualitas yang cukup. Akhirnya, Sinta-lah yang mendapat promosi kerja.
Jadi, yuk, hindari sifat sabotase diri berupa perfeksionis!
Tips Menghindari Self-sabotage
Nah, sekarang, bagaimana cara menghindari sabotase diri? Berikut langkah-langkahnya:
1. Lihat ciri-cirinya
Menurut BBC Worklife, langkah pertama menghindari sabotase diri adalah memahami ciri-cirinya.
Misalnya, kamu banyak menunda-nunda saat bekerja sambil membuka YouTube. Alih-alih fokus menyelesaikan tugas, kamu malah sibuk menonton video.
Jadi, hindarilah membuka YouTube sambil bekerja. Dengan begitu, kamu bisa fokus menyelesaikan tugas.
2. Hargai proses dan jangan mudah menyerah
Perilaku self–sabotage-mu berbentuk perfeksionis? Kalau iya, coba mulai hargai proses dan jangan mudah menyerah.
Saat baru lahir, semua orang tak bisa berjalan. Karena terus mencoba dan latihan, orang-orang tersebut akhirnya bisa berjalan, bahkan berlari.
Proses latihan itu tentu tak berjalan mulus. Ada orang yang membutuhkan bantuan, jatuh berkali-kali, namun pada akhirnya berhasil. Jadi, hargai proses yang ada dan jangan menyerah.
Demikian penjelasan Glints soal self–sabotage. Intinya, hindari membahayakan kariermu sendiri, ya. Kamu sendirilah yang akan merugi.