7 Tips Merancang Portofolio Apik untuk UX Designer
Isi Artikel
Apakah kamu ingin melamar kerja di bidang desain produk? Apabila demikian, kamu wajib membuat portofolio sebagai UX designer, lho!
Pasalnya, mengutip Career Foundry, desain produk bukanlah industri yang mengedepankan pendidikan. Oleh karena itu, portofolio menjadi salah satu kunci saat ingin merebut hati recruiter.
Selain itu, portofolio juga bisa menunjukkan pengalamanmu selama ini. Misalnya, apa saja hal-hal yang kamu tekankan saat mendesain.
Ini memudahkan recruiter dalam menilai, apakah kamu cocok bekerja dengan timnya atau tidak.
Oleh karena itu, kamu wajib membuat portofolio sebaik mungkin. Apakah kamu merasa terintimidasi dengan fakta ini?
Tak perlu khawatir, ada beberapa trik yang bisa kamu terapkan. Dirangkum dari Toptal dan NNgroup, inilah informasinya!
Tips Membuat Portofolio untuk UX Designer
1. Tentukan apa yang ingin kamu tekankan
UX design merupakan bidang yang sangat luas. Ada UX research, UI design, hingga UX writing.
Nah, sebelum mulai membuat portofolio, jawab dulu satu pertanyaan. Bidang pekerjaan apa yang ingin kamu tekankan?
Sampaikan hal ini dalam deskripsi singkat di portofoliomu, ya! Ini akan memudahkan recruiter menentukan, apakah kamu berjodoh dengan pekerjaan yang dibutuhkan atau tidak.
2. Kumpulkan semua proyekmu
Tentu saja, sebelum mulai membuat portofolio UX designer, kamu harus tahu dulu karya-karya yang telah kamu buat.
Jika masih tercecer, coba buat daftar dan kumpulkan semuanya satu per satu.
3. Prioritaskan proyek yang sesuai dengan tujuanmu
Sudah mengumpulkan semua proyek? Saatnya memprioritaskan, proyek mana yang paling penting.
Mengapa kamu harus memilih beberapa pekerjaan saja, alih-alih memasukkan semuanya?
Ingat, dalam portofolio, kamu harus fokus memilih bidang pekerjaan. Hal ini bisa membuat beberapa proyek jadi lebih relevan dari yang lain.
Bukan cuma demi fokus, lho! Pemilihan beberapa proyek saja bisa menjaga ketebalan dari portofoliomu.
Portofolio UX designer yang terlalu tebal akan sulit dan melelahkan untuk dibaca, alih-alih jadi menarik.
4. Pilih beberapa proyek yang detail
Kamu telah memahami bahwa memasukkan semua proyekmu adalah hal yang tidak mungkin.
Ini tidak hanya berlaku di kuantitas proyek, lho! Kamu juga wajib memilih proyek mana yang ingin kamu bongkar secara detail.
Pilih 3-5 proyek saja yang menjadi titik berat portofoliomu. Kemas sisanya secukupnya, sebagai tambahan informasi yang tak kalah penting juga.
5. Tunjukkan proses, bukan cuma hasil
Katanya, hal yang penting bukan cuma tujuan akhir, melainkan perjalanan dan serangkaian proses.
Hal ini juga berlaku di portofolio UX designer. Jangan hanya beri hasil yang cantik dan apik. Pamerkan juga bagaimana kamu menyelesaikannya.
Beri keterangan dan cerita untuk tiap-tiap tantangan, tiap-tiap pemikiran, dan tiap-tiap solusi yang kamu buat.
Tutup dengan apa yang kamu pelajari serta bagaimana kamu berkembang lewat masalah itu. Kamu juga bisa memasukkan peran dan campur tanganmu dalam kerja sama tim, lho!
6. Tentukan bentuk portofolio
Sudah siap membuat portofolio? Tunggu dulu, kamu wajib menentukan, dalam bentuk apa kamu ingin mengemasnya.
Secara umum, ada tiga jenis portofolio, yakni ditulis di website, dibentuk di PDF, atau dikemas dalam bentuk cetak.
Semuanya memiliki plus minus masing-masing. Pertimbangkan yang mana yang tepat untukmu, ya!
7. Perhatikan informasi pendukung lain
Sudah selesai menyusun portofolio UX designer? Jangan buru-buru dipamerkan, ya! Ada hal lain yang wajib ada di dalamnya.
Salah satunya adalah kontakmu. Jangan sampai portofolio cantikmu sia-sia karena tidak memiliki identitas.
Kamu punya testimoni dan rekomendasi dari rekan atau atasan? Kamu juga bisa menambahkannya, lho!
Demikian informasi dari Glints soal trik membuat portofolio UX designer yang menarik. Jangan lupa praktikkan semuanya, ya!
Setelah punya portofolio ciamik, kamu tentu sudah siap mencari kerja. Tak perlu bingung mencari, Glints punya lowongan kerja UX designer yang siap kamu lamar.
Apa lagi yang kamu tunggu? Kejar karier impianmu sekarang!