Ketahui Berbagai Karakteristik Milenial di Dunia Kerja

Diperbarui 25 Jul 2021 - Dibaca 8 mnt

Isi Artikel

    Layaknya generasi lainnya, terdapat ciri khas milenial di dunia kerja. Mulai dari ciri-ciri hingga ekspektasi karier milenial di tempat kerja.

    Bagaimana penjelasannya? Selain itu, apa trik yang bisa dilakukan saat milenial harus bekerja sama dengan generasi lainnya?

    Glints sudah merangkum informasi lengkapnya hanya untukmu.

    Karakteristik Milenial di Dunia Kerja

    karakteristik milenial di dunia kerja

    © Freepik

    Milenial memiliki serangkaian kebiasaan kerja. Dirangkum dari berbagai sumber seperti Forbes dan The Balance Careers, ini adalah ciri khas milenial di tempat kerja:

    1. Idealis

    Milenial sadar akan pentingnya corporate social responsibility (CSR) alias tanggung jawab sosial perusahaan.

    Mereka cenderung memilih perusahaan yang CSR-nya sejalan dengan idealismenya. Apabila milenial merasa bahwa idealismenya sudah tidak sejalan dengan perusahaan, ia cenderung memilih untuk meninggalkan perusahaan tersebut.

    Tak hanya itu, generasi milenial juga lebih memilih untuk bekerja dengan bayaran yang tidak terlalu tinggi, namun memiliki kontribusi yang besar pada dunia.

    2. Berpikiran terbuka

    Milenial adalah generasi yang adaptif, karena mereka memiliki pola pikir yang terbuka.

    Mereka cenderung mengabaikan latar belakang perbedaan budaya, bahkan nama almamater.

    Hal yang penting bagi milenial adalah kreativitas dan komunitas, selalu ingin bekerja sama dengan orang lain untuk mendapat hasil yang maksimal, serta senang dengan siapa pun yang bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

    3. Ramah teknologi

    Bukan rahasia lagi bahwa milenial di dunia kerja terampil dalam menggunakan teknologi.

    Milenial tumbuh bersama dengan teknologi, sehingga cenderung senang memanfaatkan teknologi di dunia kerja.

    Berkomunikasi dengan bantuan internet, menggunakan komputer, serta memanfaatkan ponsel pintar adalah hal yang lumrah.

    4. Menyukai perubahan

    Karena memiliki pikiran yang terbuka, generasi milenial di dunia kerja juga menyukai perubahan yang ada.

    Hal yang baru dan lebih baik terus-menerus dicari oleh generasi ini.

    Oleh karena itu, generasi milenial di dunia kerja sering kali diberi label sebagai generasi “kutu loncat”.

    Maksudnya, mereka sering kali berpindah kerja dalam waktu yang sangat singkat.

    Akan tetapi, dengan durasi perpindahan kerja ini, milenial menjadi generasi yang memiliki banyak pengalaman di usia yang muda.

    Baca Juga: 7 Alasan Milenial Kurang Tertarik dengan Pekerjaan Kantoran

    Ekspektasi Dunia Kerja di Mata Milenial

    ekspektasi dunia kerja di mata milenial

    © Freepik

    Setelah membaca berbagai karakteristik dan hal-hal yang bisa ditawarkan oleh milenial di dunia kerja, ini adalah beberapa hal yang diinginkan oleh milenial dalam karier:

    1. Work-life balance

    Laporan survei yang diadakan oleh PwC ternyata menunjukkan bahwa milenial ingin memiliki keseimbangan antara dunia profesional dan personal, alias work-life balance.

    Dalam survei ini, 95% responden milenial merasa bahwa work-life balance adalah hal yang penting.

    Sayangnya, berdasarkan survei tersebut, belum semua milenial bisa mendapatkan ini di tempat kerja.

    Bahkan, agar mencapai keseimbangan ini, PwC menyarankan pernghargaan kerja berdasarkan hasil, bukan jam kerja.

    2. Atasan yang ramah

    Dilansir dari CNBC, saat memulai karier yang baru, milenial ingin memiliki atasan yang ramah dan mudah dicari saat ditanya mengenai sesuatu.

    Pemberian pengarahan dan training oleh atasan menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh milenial dalam memilih tempat kerja.

    Meski ingin diberi pengarahan, milenial juga ingin dipercaya oleh atasannya bahwa ia dapat menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik.

    Atasan seperti ini lebih disukai daripada atasan yang sering kali melakukan micro-management.

    3. Mendapat ilmu baru

    Dikutip dari The Muse, milenial di tempat kerja juga menginginkan pembimbingan dan ilmu baru.

    Hal ini terjadi karena beberapa milenial mulai bekerja di saat ada krisis ekonomi tahun 2008, dan memiliki berbagai tantangan yang harus diselesaikan.

    Selain itu, milenial juga ingin sering diberi masukan dan pengarahan mengenai pekerjaannya.

    Pertukaran ilmu ini dipercaya dapat menjembatani jarak antara milenial dan generasi di atasnya, yaitu baby boomer dan generasi X.

    Baca Juga: 5 Cara Merekrut Milenial Terbaik untuk Perusahaan Anda

    Milenial dan Generasi Lainnya

    milenial dan generasi lainnya

    © Freepik

    Milenial di dunia kerja tentu tidak bisa sendiri, ia harus bekerja sama dengan generasi lainnya. Lalu, bagaimana perbedaan milenial dan generasi lain mempengaruhi pekerjaan, dan apa cara yang tepat mengatasi masalah ini?

    1. Milenial dan baby boomer

    Meski generasi tepat di atas milenial adalah generasi X, milenial di tempat kerja sering kali dibandingkan dengan baby boomer, generasi di atas generasi X.

    Dilansir dari Forbes, hal ini terjadi karena penyerahan tongkat estafet generasi X dan baby boomer tidak terlalu memunculkan perubahan signifikan.

    Sementara itu, apabila dibandingkan dengan milenial, perbedaan karakteristik mereka sangat jauh.

    Dikutip dari The Balance Careersbaby boomer di tempat kerja biasanya merupakan orang yang pekerja keras. Definisi mereka mengenai bekerja keras adalah terbiasa memiliki jam kerja lebih dari seharusnya.

    Selain itu, menurut Tech Republic, pemanfaatan teknologi di perusahaan hanya sedikit mempengaruhi keputusan baby boomers apakah mereka mau bekerja di tempat itu atau tidak.

    Sebesar 51% milenial menggunakan software pengolahan dokumen online, sementara, hanya 33% baby boomer yang melakukannya.

    Meski ada perbedaan ini, Investopedia mengungkapkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendamaikan perbedaan ini.

    Hal pertama yang sebaiknya dilakukan adalah mengenalkan keduanya secara lebih dalam.

    Saat usia semakin tua, seseorang biasanya memilih untuk berkumpul besama orang yang seusia.

    Akan tetapi, apabila baby boomer diminta untuk berinteraksi lebih sering dengan milenial, mereka bisa memiliki waktu lebih banyak untuk mengobrol dan berkenalan.

    Salah satu cara untuk melakukannya adalah memberlakukan reversed mentoring, yaitu milenial mengajari baby boomer untuk, misalnya, menyelesaikan masalah teknis, atau hal lainnya.

    Selain itu, membentuk tim yang beranggotakan keduanya juga dapat menyelesaikan masalah ini.

    Hal ini juga dapat diselesaikan dengan mengurangi senioritas dari baby boomer. Usia yang sudah senior dan pengalaman yang lebih banyak terkadang memunculkan senioritas di tempat kerja.

    2. Milenial dan generasi Z

    Selain generasi yang berada di atasnya, generasi milenial di tempat kerja juga harus bekerja sama dengan generasi yang berada di bawahnya. Generasi ini adalah generasi Z.

    Dilansir dari Forbes, generasi Z cenderung menginginkan rasa aman, sehingga sedikit lebih pragmatis mengenai pekerjaan daripada generasi milenial.

    Berbeda dengan milenial dan baby boomer, meski masih ada perbedaan ciri-ciri, milenial dan generasi Z cenderung mudah bekerja bersama-sama.

    Melansir laporan yang dibuat oleh Randstad, kombinasi generasi Z dan milenial di tempat kerja disebut dengan collaboration generations, atau generasi kolaborasi.

    Kedua generasi ini dipercaya mampu melakukan kooperasi. Kerja sama ini muncul karena keduanya sama-sama menyukai komunikasi dan kolaborasi.

    Mereka juga sama-sama menyukai feedback dan saran masukan yang konstan, bukan secara berkala.

    Kemiripan ini tentu akan memudahkan kolaborasi bersama untuk mencapai tujuan bersama.

    Baca Juga: Generasi Cashless: Apa Saja Pro dan Kontranya?

    Itu dia beragam informasi mengenai milenial di dunia kerja. Dengan memahami karakter milenial, kita bisa lebih mudah bekerja bersamanya.

    Apabila kamu ingin mendapat lebih banyak informasi seputar dunia kerja dan pengembangan karier, kamu bisa mendapatkannya di Glints.

    Daftar sekarang, yuk!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait