7 Alasan Milenial Kurang Tertarik dengan Pekerjaan Kantoran

Diperbarui 10 Apr 2022 - Dibaca 6 mnt

Isi Artikel

    Memasuki tahun 2018, dunia semakin disibukkan dengan perubahan. Tren dan kebiasaan lama mulai ditinggalkan, berganti dengan budaya-budaya baru yang penyebarannya sangat cepat menjalar ke seluruh penjuru dunia. Generasi X tengah sibuk-sibuknya berkarya dan bekerja di puncak kekuasaan. Sementara para milenial mulai menjejaki dunia karier dan mulai menunjukkan taringnya. Pada tahun 2020 mendatang, milenial diprediksi akan menempati 40% dari keseluruhan demografi tenaga kerja di dunia.

    Namun, ada yang menarik dari mereka yang mungkin membuat para konglomerat geleng-geleng kepala. Semakin banyak milenial yang tidak tertarik dengan pekerjaan kantoran. Tentu kondisi ini harus direspon dengan baik oleh para petinggi perusahaan. Apa saja sebenarnya yang membuat mereka enggan menggeluti pekerjaan kantoran?

    7 Alasan Milenial Kurang Tertarik dengan Pekerjaan Kantoran

    7 Alasan Milenial Kurang Tertarik dengan Pekerjaan Kantoran

    © Pexels.com

    1. Waktu kerja yang kaku

    Pekerjaan kantoran, seperti namanya, biasanya diidentikkan dengan bekerja di lokasi kantor tertentu setiap hari Senin hingga Jumat dengan jam kerja 9 pagi hingga 5 sore. Sebaliknya, milenial tidak suka dengan kekakuan. Mereka memilih bekerja menurut waktu produktif masing-masing, dengan pengaturan jadwal yang mereka sesuaikan dengan aktivitas lainnya. Selain itu, milenial tidak suka pekerjaan kantoran karena merasa lebih nyaman untuk bekerja dari jarak jauh. Mereka pandai memanfaatkan teknologi sehingga mampu bekerja di manapun dan kapanpun, tanpa perlu berkompromi dengan hasil kerja.

    Selain karena alasan kenyamanan, pekerjaan kantoran yang tidak fleksibel juga akan menutup kesempatan bagi mereka untuk mengerjakan proyek lain atau pekerjaan sampingan. Dibanding menggeluti pekerjaan kantoran, milenial yang menyukai tantangan tentu lebih memilih untuk dapat berkarier dan beraktivitas di beberapa tempat sekaligus untuk mengaktualisasi diri.

    Baca Juga: Memilih Menjadi Pekerja Freelance? Yuk, Kenali Pro-Kontranya

    2. Desain ruang kerja membosankan

    Apa yang muncul di benakmu saat mendengar kata kantor? Pasti ruangan-ruangan yang dipenuhi cubicle, komputer meja, tumpukan kertas serta dokumen. Pekerjaan kantoran tidak disukai oleh milenial karena keadaan kantor tersebut yang membuat mereka makin stres. Milenial lebih suka bekerja di lingkungan kerja yang terbuka, dengan tempat duduk yang terbuka, ruang kolaboratif, serta tempat kerja dengan teknologi yang inovatif. Mereka juga berpendapat kehadiran di kantor tidak terlalu penting dibandingkan hasil kerja, sementara pekerjaan kantoran sangat mempertimbangkan presensi karyawan dalam pemberian gaji.

    3. Pengambilan keputusan sepihak

    Kaum milenial menginginkan lingkungan kerja yang kolaboratif. Begitu pula dalam hal pengambilan keputusan di perusahaan. Meskipun bekerja di pekerjaan kantoran sekalipun, mereka tetap menginginkan pola komunikasi yang terbuka dan kolektif. Setiap atasan membuat sebuah keputusan di perusahaan atau pekerjaan kantoran, milenial akan berusaha mencari tahu alasan di baliknya. Hal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan mereka dalam melaksanakan keputusan tersebut.

    4. Membuang Waktu

    Terkadang ada beberapa pekerjaan kantoran yang tidak disukai oleh milenial karena banyak kegiatan yang membuang waktu. Baik itu rapat yang tidak kunjung berakhir atau pekerjaan yang diberikan mendadak oleh atasan dan harus segera selesai. Milenial sangat menghargai waktu yang mereka miliki, maka mereka tidak ingin waktu mereka dihabiskan oleh pekerjaan kantoran. Mereka sangat menjunjung tinggi keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau biasa disebut work-life balance.

    Baca Juga: 7 Alasan Kamu Perlu Mencoba Kerja di Coworking Space

    5. Kemampuan tidak berkembang

    Banyak milenial membenci pekerjaan kantoran karena merasa tidak ada ruang yang membuat kemampuannya berkembang. Mereka menginginkan feedback secara rutin terhadap kinerja yang sudah mereka lakukan untuk perusahaan. Menurut Inc.com, sebanyak 80% milenial menginginkan adanya feedback secara formal untuk membuat mereka semakin memahami pekerjaan dan perkembangan diri mereka. Para petinggi pasti menyadari pentingnya performance review untuk perkembangan perusahaan, namun masih banyak di antara mereka yang tidak merutinkan feedback kinerja pada para karyawan. Hal inilah yang membuat para milenial enggan terlibat di pekerjaan kantoran.

    Selain itu, milenial merasa kemampuannya akan lebih berkembang dalam training session. Dari event seperti ini mereka bisa meningkatkan kemampuan pribadi dan berbagi dengan orang-orang yang lebih mahir atau senior. Milenial sangat antusias untuk meningkatkan wawasan dan kemampuannya, maka pekerjaan kantoran yang tidak bisa memberikan hal tersebut tentunya akan mereka tinggalkan.

    6. Budaya perusahaan

    Milenial sangat menghargai perusahaan yang berkontribusi pada kesuksesan pribadi mereka. Sebaliknya, mereka akan meninggalkan pekerjaan kantoran yang hanya peduli pada keuntungan dan menghisap tenaga dari para karyawannya. Sebagai generasi muda yang mendapat banyak pengetahuan dan wawasan dari internet, milenial tidak ingin “dibodohi” oleh pekerjaan kantoran dan menginginkan hubungan yang lebih setara antara mereka dan perusahaan.

    Salah satu dari sedikit perusahaan yang menerapkan budaya unik ini adalah Tesla Motors. Perusahaan kendaraan bermotor dari Amerika Serikat ini bertekad memfasilitasi kesuksesan pribadi para karyawannya dengan programnya yang bertajuk Tesla360. Tidak hanya pekerjaan mereka di kantor, Tesla peduli dengan setiap aspek kehidupan karyawannya, dari hobi, kesehatan, kebahagiaan, keluarga, hingga pertemanan. Bila pekerjaan kantoran tidak memberikan hal tersebut, milenial tidak segan-segan untuk meninggalkannya.

    Baca Juga: 7 Budaya Kerja di Korporat yang bisa Memajukan Kariermu

    7. Tujuan perusahaan

    Para milenial sangat selektif dengan tujuan perusahaan yang akan dilamarnya. Mereka tidak suka pekerjaan kantoran yang tidak memiliki tujuan yang jelas dalam usahanya. Milenial lebih menyukai perusahaan yang memilih peran tertentu dalam menyelesaikan permasalahan dunia. Mereka ingin bekerja di perusahaan yang mengerti betul tujuan industri dan perusahaan mereka. Maka dari itu, agar bisa menjadi tempat yang nyaman bagi milenial, perusahaan harus dapat menjawab dua pertanyaan besar: 1) Bagaimana organisasi ini dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat secara positif?; 2) Apa tujuan berdirinya organisasi ini?

    Perusahaan atau pekerjaan kantoran harus bisa menjawab dan mengkomunikasikannya pada para karyawan. Mungkin banyak generasi tua yang skeptis dengan kemampuan dan determinasi dari milenial. Namun, ada satu hal yang harus diingat: milenial bukanlah generasi yang malas. Mereka hanya ingin memiliki tujuan yang jelas dalam bekerja. Mereka ingin memiliki peran tertentu dalam menjadikan dunia tempat yang lebih baik untuk ditinggali.

    Untuk menghadapi perubahan demografi tenaga kerja di masa depan ini, perusahaan yang biasanya diidentikkan pekerjaan kantoran mungkin harus berbenah diri. Selain itu, pekerjaan kantoran harus mengubah fokusnya dari jam kerja di kantor menjadi produktivitas dan hasil kerja. Pekerjaan kantoran juga harus lebih peduli dengan kesuksesan pribadi para karyawan. Bila para petinggi perusahaan bisa membangun budaya-budaya ini, istilah “pekerjaan kantoran” tidak akan semenakutkan itu bagi milenial, dan bisnis akan terus berjalan.

    Hai, milenial! Tertarik dengan ulasan mengenai dunia karier seperti artikel ini? Glints adalah website yang tepat untuk kamu. Untuk kamu yang masih mencari pekerjaan, di Glints juga terdapat segudang informasi lowongan kerja full-time, part-time, magang, hingga project-based. Kamu juga bisa mengunggah informasi diri dan melamar di pekerjaan yang kamu inginkan di Glints. Ayo, segera sign up di Glints sekarang juga!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4 / 5. Jumlah vote: 3

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    One response to “7 Alasan Milenial Kurang Tertarik dengan Pekerjaan Kantoran”

    1. Andi rizkha says:

      True, aahh

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait