8 Tips Risk Taking yang Harus Dicoba agar Karier Gemilang
Siapa bilang mengambil risiko alias risk taking dalam karier itu berbahaya? Padahal, mengutip Harvard Business Review, tidak mengambil risiko adalah keputusan karier yang paling besar risikonya.
Sebuah risiko berpeluang membawa kita ke pencapaian karier. Kalau risiko tersebut tidak diambil, perkembangan karier jadi tak maksimal.
Memang, mengambil risiko bisa terasa menyeramkan. Akan tetapi, jangan khawatir.
Glints akan memberikan tips risk taking dan trik meminimalkan risiko dalam artikel ini. Dengan begitu, kamu lebih siap mengambil risiko dalam karier.
Tak perlu lama-lama lagi, ini dia penjelasan lengkapnya.
8 Tips Risk Taking untuk Karier Gemilang
1. Belajar dan cari informasi
Tips risk taking yang pertama adalah belajar dan mencari informasi.
Semakin senior seorang dokter, semakin kompleks pula punyakit yang bisa ia sembuhkan. Semakin pintar seorang karyawan, ia tentu semakin mahir menyelesaikan pekerjaan.
Itu terjadi karena, seperti dituliskan Entrepreneur, pengetahuan berhubungan dengan persepsi besar-kecil risiko yang kamu ambil.
Semakin banyak dan kompleks pengetahuanmu, risiko yang kamu ambil akan terasa semakin kecil. Kamu akan semakin berani mengambil risiko kalau punya bekal ilmu.
Jadi, terus belajar dan cari informasi, ya! Dengan begitu, kamu bisa semakin berani dalam mengambil risiko.
2. Hitung kelebihan dan kekurangan risiko
Setiap keputusan punya kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, sebelum mengambil risiko, timbang dulu plus minus itu.
Dengan begitu, melansir MasterClass, kamu bisa menilai risiko dengan baik. Jangan-jangan, kelebihan risiko yang ingin kamu ambil tak sepadan dengan kekurangannya.
Jika perlu, coba gambarkan plus-minus risiko dengan tabel. Bandingkan keduanya agar keputusanmu semakin matang.
3. Pikirkan alternatif dari risiko
Tips risk taking selanjutnya adalah memikirkan alternatif risiko. Kalau ada risiko yang lebih kecil namun mengantarkanmu ke tujuan yang sama, mengapa tidak ambil itu saja?
Misalnya, kamu seorang desainer grafis yang ingin mulai mengubah karier ke bidang UI design. Daripada resign dan harus menjalani masa probation dari nol, ada alternatif risiko yang bisa kamu ambil.
Coba ajak atasanmu mengobrol. Tanyakan ada atau tidaknya proyek UI design di kantormu. Katakan bahwa kamu ingin dilibatkan, karena sedang mempelajari bidang tersebut dengan serius.
4. Fokus ke skenario terbaik
Tips risk taking selanjutnya adalah fokus ke skenario yang terbaik.
Potensi gagal memang harus dipikirkan dan ditimbang-timbang. Akan tetapi, kalau kamu berpikir terlalu lama atau terlalu takut mengambil risiko, kesempatan bisa hilang begitu saja.
Jadi, fokuslah pada skenario terbaik, yakni kalau kamu berhasil. Dengan begitu, kamu terdorong untuk berani mengambil risiko.
Walau begitu, tetap jaga ekspektasimu, ya. Kalau ternyata risiko yang kamu ambil tak maksimal, terimalah dengan lapang dada.
5. Minta saran dari orang yang sudah berpengalaman
Selanjutnya, mintalah saran dari orang yang sudah berpengalaman mengambil risiko. Mereka tentu punya tips dan strategi yang bisa kamu pelajari dan terapkan.
6. Pilih lingkunganmu
Kalau ingin lebih lancar dan berani dalam risk taking, coba cari lingkungan orang-orang yang sering mengambil risiko. Itu merupakan saran dari Ashley Sumner, co-founder Quilt, yang disampaikan ke The Muse.
Kita sering kali berbagi rencana ke depan, termasuk risiko-risiko yang ingin kita ambil, kepada rekan-rekan terdekat.
Kalau bercerita ke orang-orang yang terbiasa mengambil risiko, kamu akan cenderung didukung. Kamu juga bisa mendapat saran dan tips dari orang-orang tersebut.
Tak hanya itu saja, saat sudah bercerita ke orang lain, kamu jadi punya dorongan untuk melakukan apa yang sudah kamu rencanakan.
Jadi, coba terapkan tips risk taking yang satu ini, ya.
7. Pandang risiko sebagai eksperimen
Seperti dituliskan Budi Tanrim, Group Product Manager di GovTech Edu, coba pandang hidup sebagai sebuah eksperimen.
Eksperimen tak harus selalu berhasil. Meski hasil eksperimen jauh dari ekspektasimu, kamu tetap bisa belajar.
Misalnya, kamu takut meminta kenaikan gaji pada atasan. Saat memandangnya sebagai risiko, kamu mungkin takut ditolak atau dipandang buruk oleh atasan.
Coba ubah cara pandang tersebut menjadi, “bagaimana cara meminta kenaikan gaji dengan baik?”
Kalau berhasil, gajimu akan naik. Kalaupun gagal, kamu bisa belajar dari pengalaman tersebut.
8. Cek lagi risiko dari tidak mengambil risiko
Terakhir, mengutip Forbes, coba cek lagi risiko dari tidak mengambil risiko.
Misalnya, atasanmu memberi banyak pekerjaan. Karena merasa tidak enak, kamu pun menerima tugas-tugas tersebut. Akhirnya, kamu kewalahan dan kelelahan.
Padahal, kamu bisa berkata tidak. Meski langkah tersebut berisiko, kewalahan dan kelelahanmu bisa dicegah.
Dapat disimpulkan, kadang kala, tidak mengambil risiko punya dampak lebih besar daripada mengambil risiko. Jadi, beranikan dirimu, ya.
Demikian penjelasan Glints seputar risk taking. Meski langkah ini penting, selalu lakukan pertimbangan sebelum mengambilnya, ya.
Ingin baca lebih banyak tentang tips karier dan informasi dunia kerja lainnya?
Yuk, nikmati beragam artikel yang sudah Glints siapkan. Kamu bisa baca informasi seperti tips memilih karier impian, meningkatkan skill, networking, hingga etika-etika di tempat kerja.
Tunggu apa lagi? Yuk, baca selengkapnya di sini!
Makasih kak tipsnya sangat bermanfaat