Pshychological Pricing: Pengertian, Jenis, dan Kekurangannya

Tayang 14 Jan 2023 - Dibaca 6 mnt

Isi Artikel

    Psychological pricing adalah strategi penetapan harga yang mungkin paling sering ditemui di kehidupan sehari-hari.

    Sesuai namanya, strategi yang satu ini berupaya untuk mempengaruhi perilaku konsumen secara psikologis.

    Tak jarang strategi ini berhasil menarik banyak konsumen berkat ilusi yang berhasil diciptakan.

    Seperti apakah contoh penerapannya? Apa saja kekurangan dari psychological pricing?

    Langsung saja simak pembahasan dari Glints berikut ini!

    Definisi Psychological Pricing

    Dilansir dari Indeedpsychological pricing adalah strategi penentuan harga yang dilakukan oleh perusahaan dengan upaya agar harga tersebut terlihat lebih murah bagi konsumen.

    Tujuan dari strategi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan psikologis konsumen, seperti:

    • menghemat lebih banyak uang
    • menginvestasikan uangnya untuk produk berkualitas
    • mendapatkan penawaran yang menarik

    Pelaku bisnis menggunakan strategi ini agar konsumen mau membeli lebih banyak barang dari yang direncanakan sebelumnya.

    Psychological pricing ini berlaku dengan asumsi bahwa konsumen tidak tahu berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli suatu barang.

    Normalnya, konsumen akan mau membeli setelah membandingkan bahwa harga tersebut memang lebih rendah dari pada harga yang ditentukan kompetitor.

    Baca Juga: Agar Penjualan Tak Terhambat, Ketahui 4 Perbedaan Prospect vs Suspect

    Tipe-Tipe Psychological Pricing

    Menurut Shopify, ada beberapa tipe strategi penetapan harga yang satu ini. Beberapa tipe psychological pricing di antaranya adalah sebagai berikut.

    1. Price charm

    Trik price charm adalah menimbulkan ilusi pada konsumen bahwa suatu harga ternyata lebih murah dari harga yang sebenarnya.

    Salah satu contoh yang sering dilihat adalah saat penjual mencantumkan harga Rp15.999. Sebagai calon pembeli, otomatis kita akan lebih merasa bahwa harga tersebut dibulatkan menjadi Rp15.000, bukan Rp16.000.

    Contoh lainnya adalah penggunaan angka 9 di tiap harga produk dengan tujuan yang sama. Misalnya, harga pisau A, B, dan C berturut-turut 19.000, 29.000, dan 49.000.

    2. Rekayasa batasan waktu

    Hari ini saja! Rp100.000 dapat 3 piring

    Sisa 25 menit! Flash sale sepatu model X Rp350.000

    Kamu pasti sering mendapati copywriting iklan seperti di atas, bukan?

    Strategi ini memang cukup efektif untuk memunculkan sense of urgency di benak konsumen agar mereka mau cepat-cepat memutuskan untuk beli sebelum melewatkan kesempatan.

    3. Perhitungan (innumeracy)

    Tipe psychological pricing selanjutnya adalah innumeracy atau perhitungan. Jadi, daripada mencantumkan harga secara blak-blakan, penjual lebih memilih untuk membuat konsumen menghitung sendiri.

    Beli 1 gratis 1

    Beli 3 diskon 50%

    Tujuannya adalah agar konsumen lebih merasa bahwa mereka mendapatkan penawaran yang cukup menggiurkan.

    Padahal, harga beli 1 gratis 1 sama saja dengan membeli kedua produk tersebut secara terpisah atau hanya memiliki selisih harga yang tidak terlalu signifikan.

    4. Tampilan harga

    Tahukah kamu bahwa hal kecil seperti pemilihan font atau tampilan harga saja sudah mampu mempengaruhi keputusan pembelian mereka, lho.

    Coba kamu lihat daftar harga berikut, apakah kamu merasakan hal yang berbeda di antara kedua pilihan harganya?

    • Rp12.000 dan Rp12.000,00
    • 50.000 dan Rp50.000

    Menurut riset yang dilansir dari Shopify, warga Amerika ternyata merasa bahwa penghapusan angka ,00 di belakang memunculkan ilusi bahwa harga tersebut lebih murah dari pada ketika penjual menambahkan angka ,00.

    Alasannya sesederhana karena tampilan harganya lebih pendek.

    Bahkan, papan harga yang mencantumkan simbol $ saja dapat terasa lebih mahal dari pada yang langsung mencantumkan angka tanpa menambahkan $ di depannya.

    5. Flat rate bias

    Flat rate bias merupakan preferensi konsumen di mana mereka lebih bersedia untuk membayar sesuatu dengan harga tetap (flat rate) daripada harga produk yang dikenakan berdasarkan penggunaan meskipun lebih mahal.

    Contoh:

    • Membeli kuota unlimited seharga Rp300.000/bulan dari pada kuota Rp20.000/1 GB.
    • Membeli paket makanan burger, kentang, minuman Rp100.000 dari pada menu a la carte sesuai kebutuhan.

    Penetapan harga seperti ini dapat menimbulkan rasa kepastian dan kestabilan yang lebih baik di benak konsumen.

    Baca Juga: Kenali Freemium, Model Bisnis Kekinian yang Bisa Tingkatkan Retensi Pelanggan

    Kekurangan Psychological Pricing

    Meskipun psychological pricing ini terasa sangat pas untuk diterapkan dalam strategi sales perusahaan, ada beberapa kekurangannya yang perlu kamu perhitungkan.

    Kekurangan psychological pricing tersebut adalah sebagai berikut.

    1. Kesuksesannya bergantung pada demand

    Strategi buy 1 get 1 hanya akan berhasil jika produk tersebut memang memiliki demand atau permintaan yang tinggi.

    Jadi, kamu perlu memikirkan strategi terbaik dalam pemilihan produk serta cara lain untuk mendorong permintaan yang lebih tinggi.

    2. Hasil yang kurang konsisten

    Meski berusaha mempengaruhi sisi psikologis manusia, tetap saja perilaku konsumen tidak bisa diprediksi.

    Beberapa konsumen mungkin tidak akan memberikan respon yang diharapkan terhadap penentuan harga melalui psychological pricing.

    3. Berisiko kehilangan kepercayaan konsumen

    Kekurangan psychological pricing selanjutnya adalah risiko kehilangan kepercayaan konsumen.

    Saat konsumen akhirnya tahu bahwa selama ini mereka jatuh ke dalam ilusi yang diharapkan penjual, mereka mungkin akan merasa tertipu dan akhirnya tidak mau melakukan repeat purchase.

    Untuk menanggulangi hal ini, kamu dapat menerapkan strategi psychological pricing yang sesuai dengan value perusahaan.

    Misalnya, jika perusahaan sangat menjunjung tinggi nilai transparansi, kamu dapat memberikan detail total harga mulai dari biaya pengiriman, pajak, biaya penanganan, dan lain sebagainya.

    4. Membuat bingung konsumen

    Meski suatu promosi tentunya menarik bagi mereka, beberapa konsumen merasa bahwa harga yang terus berganti sering membuat mereka lelah dan bingung.

    Konsistensi harga membuat konsumen tahu harus menetapkan ekspektasi seperti apa saat melakukan budgeting.

    Untuk mengatasinya, kamu dapat menerapkan strategi psychological pricing ini di momen-momen tertentu saja dan dengan tipe yang cenderung konsisten.

    Demikian serba-serbi terkait strategi penetapan harga yang satu ini. Intinya, psycholocial pricing adalah taktik sederhana namun menarik bagi konsumen.

    Baca Juga: 7 Kesalahan dalam Penetapan Harga yang Berdampak pada Sales

    Meskipun begitu, kamu tetap harus menerapkannya dengan cermat, ya. Apakah kamu sudah memutuskan mau pakai strategi penetapan harga ini atau tidak?

    Kalau masih bingung, yuk, baca lebih banyak artikel terkait pricing yang ada di Glints Blog!

    Ada banyak taktik sales terutama mengenai penetapan dan tampilan harga yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen.

    Siapa tahu kamu bisa temukan strategi baru yang belum pernah kamu coba sebelumnya!

    Langsung saja temukan kumpulan artikelnya di sini sekarang!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 3.8 / 5. Jumlah vote: 6

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait