Product-Market Fit: Menyukseskan Bisnis dengan Mencocokkan Produk dan Pasar

Diperbarui 24 Okt 2023 - Dibaca 7 mnt

Isi Artikel

    Bayangkan jika produkmu “dijual” atau direkomendasikan secara otomatis dan cuma-cumat oleh para pelanggan. Tentunya sangat mempermudah pemasaran, kan? Hal ini adalah hal yang bisa diraih dengan konsep product-market fit.

    Istilah ini sendiri semakin sering didengar di dunia startup.

    Ketika sebuah bisnis mencapai kondisi tersebut, berarti ia telah berada di pasar yang tepat, menjual produk yang tepat, dan mampu memuaskan permintaan pasar tersebut.

    Lalu, bagaimana caranya agar bisnis dapat mencapainya?

    Baca terus dan temukan jawabannya di artikel Glints berikut ini, yuk!

    Baca Juga: Mengenal Digital Transformation, Penerapan Teknologi untuk Strategi Bisnis Masa Kini

    Apa Itu Product-Market Fit?

    product market fit

    © Freepik.com

    Product Plan mendefinisikan product-market fit sebagai konsep atau skenario di mana para pelanggan sebuah perusahaan mau membeli, menggunakan, dan menyebarkan informasi tentang suatu produk.

    Jika ini terjadi pada banyak pelanggan suatu bisnis, tentunya kondisi tersebut mampu mendukung pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan keuntungannya.

    Konsep ini awalnya diciptakan dan dikembangkan oleh Marc Andreessen, seorang entrepreneur asal Amerika Serikat yang juga merupakan investor andal.

    Menurutnya, product-market fit secara singkat merupakan kondisi ketika bisnis telah berada di pasar dan memilih kelompok pelanggan yang tepat sesuai dengan produk yang ditawarkan.

    Dengan begitu, mereka puas dan ingin orang lain juga mencobanya.

    Cara Mengukur Product-Market Fit

    product market fit

    © Freepik.com

    1. Net promoter score (NPS)

    Kepuasan pelanggan adalah kunci utama yang perlu diingat, oleh karena itu net promoter score (NPS) adalah salah satu metode paling cocok untuk mengukur konsep ini.

    Dengan NPS, kita bisa langsung mengetahui feedback dari pengguna atau pelanggan tentang suatu produk.

    Selain itu, NPS juga menunjukkan seberapa tinggi minat pelanggan untuk merekomendasikan atau mempromosikan produkmu pada orang-orang terdekatnya.

    Jika nilai NPSnya rendah, kamu bisa mencari cara untuk meningkatkannya sesuai dengan kekurangan yang bisa diidentifikasi.

    2. Churn rate dan retention rate

    Churn rate dan retention rate adalah dua metrik yang juga tepat digunakan untuk mengukur apakah bisnismu telah mencapai product-market fit.

    Semakin tinggi churn rate-nya, kepuasan pelanggan justru semakin rendah.

    Sebaliknya, jika retention rate tinggi, kepuasan pelanggan juga berarti baik.

    Menurut Adjust, retention rate menunjukkan berapa orang yang tetap menggunakan produkmu dalam rentang waktu tertentu setelah pemakaian pertama.

    Kedua metrik ini juga membantu dalam mengetahui tren yang terjadi di antara pelanggan serta feedback mereka mengenai produkmu.

    3. Customer lifetime value (CLV)

    Metrik ini menunjukkan berapa rata-rata keuntungan yang didapatkan dari satu orang pelanggan selama mereka menggunakan suatu produk.

    Ini pun berkaitan dengan poin sebelumnya, yaitu tentang retention rate.

    Semakin lama seseorang menggunakan produkmu, misalnya suatu aplikasi, keuntungannya pun semakin besar.

    Jika nilai customer lifetime value-nya tinggi, kemungkinan besar perusahaanmu telah mencapai product-market fit.

    4. Bounce rate

    Bounce rate adalah ukuran lainnya yang juga bisa mencerminkan apakah produk sudah mencapai posisi kecocokan antar produk dan pasar sebuah bisnis.

    Apabila bounce rate-nya masih tinggi, berarti pengguna cepat meninggalkan produk tanpa melakukan interaksi apa pun.

    Idealnya, bounce rate harus ada di bawah 60% untuk bisa dikatakan baik.

    5. Memahami lead dan pelanggan

    Untuk mengukur product-market fit, lead dan pelanggan adalah dua hal yang perlu dipahami secara mendalam.

    Product-market fit tidak akan tercapai apabila kita tidak bisa mengkonversi lead menjadi pelanggan.

    Rendahnya minat lead untuk melakukan pembelian lebih lanjut berarti mereka kurang puas dengan produk yang digunakan.

    Nah, jika begitu, kita harus membuat perbaikan agar produk bisa sesuai dengan ekspektasi yang diinginkan.

    Baca Juga: Sudahkah Conversion Rate Situsmu Optimal? Cek 5 Strategi Ini untuk Meningkatkannya!

    Contoh Product-Market Fit

    product market fit

    © Freepik.com

    1. Netflix

    Netflix adalah contoh perusahaan yang telah mencapai product-market fit dan menjaganya dari tahun ke tahun dengan sukses.

    Awalnya, Netflix adalah usaha peminjaman DVD pada orang-orang yang berlangganan layanannya.

    Namun, seiring perkembangan zaman, ia beradaptasi dan berganti menyediakan layanan yang lebih murah dan praktis seperti yang kita ketahui saat ini.

    Ini berarti Netflix mengubah produknya sesuai dengan kebutuhan pasar dan memastikan para pelanggannya puas dengan apa yang mereka dapatkan agar terus mau berlangganan setiap bulannya.

    2. Google

    Selain Netflix, Google adalah salah satu perusahaan yang juga mempertahankan kesuksesannya dengan menerapkan konsep product-market fit.

    Awalnya, Google sebagai perusahaan yang menawarkan produk mesin pencari bersaing secara ketat dengan bisnis serupa lainnya.

    Akan tetapi, mereka menawarkan nilai lebih dengan layanan pasang iklan yaitu AdSense.

    Ini berawal ketika Google menyadari bahwa bisnis-bisnis di dunia membutuhkan tempat pemasangan iklan dan memastikan iklan tersebut sampai pada calon pelanggan yang sesuai.

    Dengan begitu, Google mengungguli persaingan dan mendapatkan pelanggan yang terus setia menggunakan fitur ini.

    Baca Juga: Ketahui 5 Cara Membangun Hubungan Baik dengan Customer di Sini

    Jelas kan, betapa bermanfaat dan pentingnya konsep product-market fit ini dalam menjalankan sebuah bisnis?

    Kalau kamu memiliki bisnis atau berencana merintisnya dan belum menyusun strategi agar kecocokan antar produk dan pasar bisa tercapai, sekarang adalah saatnya.

    Tak hanya ini, ada banyak tips dan trik marketing lainnya yang tidak kalah penting, lho.

    Semuanya bisa kamu temukan di blog Glints.

    Jika ingin selalu tahu perkembangan dunia marketing dan mengenalnya lebih dalam, yuk, berlangganan newsletter blog Glints.

    Dengan berlangganan gratis, kamu akan dapat rekomendasi artikel-artikel terkini tentang marketing dan topik lainnya yang tidak kalah seru langsung di kotak masuk emailmu.

    Buat akun dahulu dan langsung berlangganan hari ini, ya!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.8 / 5. Jumlah vote: 10

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait