Awas Toxic Productivity! Kenali Tanda dan Cara Mengatasinya

Diperbarui 17 Feb 2021 - Dibaca 6 mnt

Isi Artikel

    Menjadi produktif merupakan hal yang positif. Akan tetapi, tentu saja apapun yang berlebihan justru akan menjadi buruk, atau dalam hal ini disebut toxic productivity.

    Akibat pandemi, banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi produktif.

    Tak jarang pula yang merasa tertinggal dan berusaha untuk memaksakan dirinya agar banyak kegiatan selama berdiam di rumah.

    Mungkin, kamu pun ikut berpartisipasi melakukan hal serupa dan justru merasa tertekan akibat hal ini.

    Jangan-jangan, produktivitas tidak sehat ini ternyata sudah kamu rasakan.

    Yuk, ketahui lebih lanjut tentang definisi, tanda-tanda dan bagaimana mengatasinya!

    Baca Juga: Selalu Memaksa Positif di Kantor? Hati-hati Toxic Positivity!

    Toxic Productivity

    toxic productivity

    © Unsplash.com

    Istilah toxic secara harfiah memang berarti beracun. Akan tetapi, kini toxic merujuk pada kelakuan yang berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain dalam berbagai aspek.

    Oleh karena itu, secara sederhana toxic productivity adalah produktivitas yang tidak baik karena sudah berlebihan.

    Menurut Study Breaks, toxic productivity cukup mirip dengan kecenderungan workaholism atau kecanduan kerja.

    Orang-orang yang telah mengalami toxic productivity cenderung sengaja membuat diri lelah sebisa mungkin untuk mencapai sesuatu tanpa kenal istirahat.

    Produktivitas yang berlebihan ini justru menimbulkan risiko kesehatan baik mental dan fisik apabila diteruskan.

    Tanda Produktivitas Tidak Sehat

    wfh dengan laptop

    © Pexels.com

    1. Bekerja hingga membahayakan kesehatan dan hubungan dengan orang lain

    Kegigihan adalah sifat yang baik untuk dimiliki.

    Akan tetapi, jika kamu sudah mulai mengabaikan kebutuhan sebagai manusia seperti kebutuhan untuk makan, minum, tidur, dan lain-lain, rutinitasmu tergolong toxic productivity.

    Ketika sudah terlalu banyak bekerja, orang-orang di sekitarmu tentu akan berkomentar mengenai work-life balance yang buruk ini.

    Kemungkinan besar mereka telah merasa terabaikan akibat kesibukanmu.

    Hal ini tentunya tidak baik dan justru aktivitas sehari-harimu perlu dikurangi.

    2. Tidak suka diam dan beristirahat

    Bagaikan kecanduan, orang yang sudah mengalami toxic productivity akan merasa sulit jika harus diam dan beristirahat.

    Jika timbul perasaan bersalah saat meluangkan waktu rehat, produktivitasmu bisa dinilai tidak sehat.

    Baca Juga: Meski Sibuk Kerja, Mengapa Kesehatan Fisik dan Mental Harus Tetap Dijaga?

    Cara Mengurangi Toxic Productivity

    produktivitas toksik

    © Unsplash.com

    Menurut Creative Cultivate, ada tiga cara untuk mengatasi kebiasaan toxic productivity, yaitu: 

    1. Buat target yang realistis

    Ketika menentukan tujuan, janganlah muluk-muluk agar terhindar dari toxic productivity.

    Selain itu, jadilah fleksibel mengenai rencana yang dibuat.

    Jika harus melakukan pengaturan ulang agar sesuai dengan agenda tidak terduga, lakukanlah.

    Tidak apa-apa, lho, mengurangi satu atau dua aktivitas dalam sehari.

    Ingat, produktivitas bukanlah lomba.

    2. Ingat kembali pentingnya istirahat

    Ada yang bilang istirahat hanya untuk orang yang lemah. Padahal, istirahat adalah kebutuhan semua orang.

    Justru, orang yang beristirahat optimal akan lebih produktif dibanding yang tidak.

    Jika menjadi produktif adalah tujuanmu sehari-hari, penting untuk menjamin istirahat yang cukup setiap harinya.

    3. Mindfulness

    Mindfulness adalah cara kita terhubung dengan momen saat ini dan mengundang untuk mengamati dan menerima apa yang sedang terjadi tanpa menghakimi.

    Dengan mindfulness, kita bisa mulai mengetahui kebutuhan dan keinginan tubuh sendiri.

    Oleh karena itu, hal ini penting bagi kesehatan dan bahkan meningkatkan kemampuan berpikir logis dan fungsi kritis otak.

    Praktik mindfulness membuat kita lebih paham apa yang benar-benar dibutuhkan dan tidak agar gaya hidup lebih sehat tanpa toxic productivity.

    4. Minta pengawasan

    Jika sulit untuk mengendalikan diri sendiri dalam menghindari toxic productivity, carilah orang yang bisa memantaumu dan mengingatkan jika produktivitas harian sudah mulai melewati batas.

    Sebaiknya, orang kepercayaan ini bisa memberikan saran yang bermanfaat.

    5. Buat peraturan

    Buatlah beberapa peraturan yang harus dipatuhi, seperti tidak boleh menggunakan smartphone saat makan, tidak boleh bekerja lebih dari tiga jam tanpa istirahat, bekerja 40 jam maksimum dalam seminggu, makan dua kali sehari, dan lain-lain.

    Baca Juga: Workaholic vs. Pekerja Keras: Ketahui Perbedaannya

    Nah, itulah perkenalan mengenai toxic productivity dan bagaimana menguranginya agar keseimbangan hidup tetap terjaga.

    Untuk tips-tips produktivitas yang sehat dan positif, kamu bisa menemukan banyak artikel inspiratif jika berlangganan newsletter blog Glints.

    Dengan begitu, artikel-artikel akan langsung dikirim ke inbox emailmu secara otomatis, lho.

    Yuk, sign up di Glints sekarang dan mulai berlangganan!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait