Workaholic: Definisi, Dampak, Tanda-Tanda dan Cara Mengatasinya

Diperbarui 24 Okt 2022 - Dibaca 12 mnt

Isi Artikel

    Apakah kamu sudah mengetahui apa itu workaholic? Mungkin selama ini kamu menganggap bahwa workaholic adalah sebutan untuk orang yang suka kerja saja.

    Untungnya, Glints sudah menyiapkan penjelasan mengenai apa itu workaholic beserta apa saja tanda-tanda yang perlu diwaspadai sebelum terlambat.

    Namun, sebelum mencari tahu lebih banyak soal workaholic, coba ikuti kuis di bawah ini terlebih dahulu, ya!

    powered by Typeform
    Baca Juga: Kerja Keras tanpa Menjadi Workaholic? Ini Caranya!

    Apa Itu Workaholic?

    Dilansir dari American Psychology Association, workaholism adalah kondisi di mana seseorang merasakan paksaan atau kebutuhan dari dalam diri untuk terus bekerja yang tak dapat dikendalikan.

    Dalam kata lain, kecanduan untuk terus menerus bekerja yang diciptakan dari dalam diri sendiri, bukan karena faktor lainnya. 

    Lalu, apa itu workaholic?

    Workaholic adalah sebutan untuk orang yang memiliki workaholism atau kecanduan untuk terus bekerja.

    Banyak orang yang mengenal workaholic dengan istilah lainnya, yaitu gila kerja.

    Ada banyak alasan mengapa seseorang menjadi workaholic, namun biasanya adalah untuk lari dari masalah yang sedang dihadapi. 

    Seorang workaholic biasa ‘mengubur diri’ di dalam pekerjaan, sehingga mereka terkadang sampai lupa bahwa hidup bukan hanya untuk bekerja saja.

    Banyak orang yang menyamakan workaholism dengan kerja keras, meskipun keduanya berbeda.

    Salah satu hal yang membedakan apa itu workaholic dan pekerja keras adalah perasaan ketika bekerja.

    Pekerja keras biasanya menghabiskan banyak waktu untuk bekerja karena senang dengan pekerjaannya, apa yang dihasilkan, dan alasan lainnya. 

    Nah, workaholic cenderung tidak begitu menikmati apa yang dilakukan.

    Meskipun begitu, mereka tetap bekerja karena dorongan dari dalam diri seakan memaksa mereka untuk terus bekerja. 

    Rasa candu dan kebutuhan untuk terus bekerja yang tidak mengenal waktu ini ternyata dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan juga mental, lho.

    Dilansir dari Lifehack, workaholic bisa menyebabkan rasa cemas berlebihan, depresi, insomnia, penyalahgunaan obat, bahkan sampai penyakit jantung.

    Baca Juga: Cegah Penyakit Karena Kerja dengan 5 Cara Berikut Ini

    Tanda-Tanda Seorang Workaholic

    Setelah mengetahui apa itu workaholic, sekarang saatnya untuk mengetahui apa saja tanda-tanda seorang workaholic.

    1. Pekerjaan merupakan prioritas utama

    Dilansir dari The Ladders, salah satu tanda paling jelas bahwa kamu merupakan seorang workaholic adalah selalu mengutamakan pekerjaan.

    Seorang workaholic selalu bekerja, tanpa mengenal waktu dan tempat.

    Di manapun dan kapanpun itu, mereka selalu dapat meluangkan waktu untuk bekerja.

    Ketika diminta oleh atasan untuk mengerjakan sesuatu di akhir pekan atau tanggal merah, seorang workaholic akan meninggalkan apapun  yang sedang dilakukan dan segera bekerja.

    Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, hal ini disebabkan oleh kebutuhan atau dorongan dari dalam diri mereka sendiri untuk selalu bekerja.

    2. Stres jika tidak bisa bekerja

    Dengan dorongan untuk bekerja yang begitu besar, seorang workaholic biasanya akan merasa stres ketika tidak bisa bekerja. 

    Alhasil, mereka akan terus mencari-cari hal lain yang bisa dikerjakan atau bahkan meminta pekerjaan tambahan.

    3. Mudah sakit

    Tanda lain bahwa kamu merupakan seorang workaholic adalah sakit karena bekerja.

    Seperti yang sudah dijelaskan di poin sebelumnya, seorang workaholic tidak mengenal waktu untuk bekerja. 

    Baik itu pagi, siang, sore, bahkan tengah malam pun seakan selalu ada waktu untuk bekerja. 

    Padahal, badan sudah tidak sanggup dan membutuhkan istirahat yang cukup.

    Akhirnya bisa saja tiba-tiba tumbang meskipun hanya karena bekerja dan tidak melakukan kegiatan berat lainnya.

    4. Menjadikan kerja sebagai pelarian

    Nah, ciri-ciri lain orang workaholic adalah menjadikan pekerjaan sebagai pelarian. 

    Dilansir dari Forbes, seorang workaholic biasanya bekerja untuk mengurangi rasa bersalah, cemas, atau bahkan depresi.

    Alih-alih mengatasi apapun yang dirasakan atau permasalahan yang sedang dihadapi, seorang workaholic justru bekerja untuk mengalihkan diri dari itu semua.

    Untuk beberapa saat, mungkin cara ini berhasil untuk mengurangi apa yang dirasakan.

    Namun, ketika sudah tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dilakukan, perasaan dan permasalahan yang dipendam akan tetap ada dan justru semakin menumpuk.

    5. Tidak punya waktu untuk kehidupan pribadi

    Ketika menjadi seorang workaholic, maka kamu tidak punya waktu untuk kehidupan pribadi.

    Semua waktu luang yang dimiliki akan diisi dengan pekerjaan.

    Seorang workaholic lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan berkumpul dengan keluarga dan teman, menjalankan hobi, atau meluangkan waktu untuk diri sendiri.

    Intinya, tidak ada work-life balance karena pekerjaan sudah menjadi prioritas utama.

    6. Tidak menyadari kondisi ini

    Ciri lainnya adalah tidak mengetahui apa itu workaholic ataupun menyadari dampak yang bisa ditimbulkan dari kondisi ini.

    Alih-alih mengakui bahwa mereka gila kerja, workaholic biasanya mengklaim bahwa mereka hanya bekerja keras saja. 

    Biasanya, mereka memberi alasan bekerja terus-terusan karena ingin mendapatkan promosi jabatan, kenaikan gaji, atau untuk mengesankan rekan kerja dan atasan. 

    Baca Juga: Pahami Pentingnya Tidur Cukup dan Hubungannya dengan Performa Kerja

    Dampak Menjadi Workaholic

    Setelah memahami apa itu workaholic, saatnya mempelajari apa saja dampak yang ditimbulkan dari workaholic. Berikut penjelasannya.

    1. Risiko penyakit mental

    Dampak pertama dari gila kerja adalah terganggunya kesehatan mentalmu.

    Awalnya, kamu mungkin hanya merasa stres dan kelelahan. Namun, lama kelamaan kamu akan merasakan dampak yang lebih buruk, mulai dari merasakan gejala kecemasan hingga depresi.

    Bagaimana tidak, bekerja terus-terusan tentunya menyita waktu dan energi untuk melakukan hal sebenarnya yang bisa membuatmu bahagia.

    2. Risiko penyakit fisik

    Seperti yang disebutkan di atas, arti workaholic sendiri adalah kecanduan kerja. Kamu pasti akan kesulitan mendorong diri untuk beristirahat apalagi menjaga pola hidup sehat.

    Tubuhmu tidak bisa dibohongi.

    Lama kelamaan kebiasaan buruk ini pasti akan memicu berbagai penyakit, baik penyakit ringan karena daya tahan tubuh menurun, maupun penyakit kronis karena pola tidur dan makan yang tak teratur.

    3. Mengganggu kehidupan pribadi

    Orang tua, pasangan, maupun anak, pasti memerlukan quality time bersama kamu agar bisa menjalin hubungan dan komunikasi yang sehat.

    Jadi, jangan heran jika semenjak menjadi workaholic, kamu rentan menghadapi konflik dengan orang terdekat.

    Ketika kelelahan bekerja, jangankan menyelesaikan konflik dengan baik, untuk mengobrol saja pasti kamu merasa sudah terlalu lelah untuk itu.

    4. Merusak pola tidur

    Dampak yang satu ini pasti sering dirasakan karena ketika bekerja terus-menerus, jam tidurmu pasti otomatis tersita. Apalagi jika kamu terbiasa bekerja sampai larut malam.

    Tak jarang kamu mungkin kesulitan tidur atau bahkan terganggu ketika tidur di malam hari. Akibatnya, kualitas tidur juga jadi semakin berkurang.

    Hal ini juga bisa menyebabkan berbagai penyakit, lho, mengingat tidur adalah cara paling efektif untuk memulihkan energi dengan sempurna.

    Cara Mengatasi Kebiasaan Workaholic

    Rasanya kurang lengkap jika sudah mengetahui apa itu workaholic tetapi tidak tahu bagaimana cara mengatasinya.

    Mau berusaha atasi kebiasan workaholic? Coba beberapa tips di bawah ini.

    1. Diskusi dengan atasan

    Apabila atasanmu dapat dipercaya, coba konsultasikan kendala yang saat ini kamu alami. Atasan yang peduli akan mencoba memberi saran terbaik atau bahkan membantu mengurangi workload kamu.

    Selain itu, mereka mungkin bisa membantu agar work flow di tim menjadi lebih efisien.

    Mereka juga tidak akan mau jika kebiasaan buruk ini berdampak negatif pada kinerjamu. Jadi, tidak ada salahnya untuk mencoba.

    2. Coba tetapkan boundaries

    Boundaries adalah batasan yang kamu coba tetapkan untuk orang-orang di sekitarmu. Kamu punya hak untuk tidak mengecek email jika sudah di luar jam kerja.

    Hal ini pasti akan sulit untuk dilakukan. Akan tetapi, apabila kamu tidak tegas dengan batasan tersebut, urusan pekerjaan akan selalu menghantui kehidupan pribadimu.

    3. Berkomitmen untuk istirahat

    Jika kamu ingin berhenti menjadi workaholic artinya kamu harus memaksa diri untuk mau beristirahat dan berhenti bekerja.

    Bagi orang normal, istirahat justru adalah hal yang secara alamiah akan dilakukan tanpa harus berusaha.

    Sedangkan bagi orang yang workaholic, mereka harus benar-benar berkomitmen untuk beristirahat ketika jam kerja sudah selesai. Tambahkan agenda istirahat ke dalam kalendermu jika perlu.

    4. Prioritaskan kesehatan

    Mulai dari sekarang, coba tanamkan mindset bahwa kesehatan harus selalu menjadi prioritas nomor 1.

    Jika sulit, ingat-ingatlah betapa besarnya biaya rumah sakit yang harus kamu tanggung jika telanjur terkena penyakit akibat kelelahan bekerja.

    Dengan begitu, akan tumbuh keinginan dalam diri untuk berolahraga, masak makanan sehat, dan melakukan aktivitas fisik menyenangkan lainnya.

    Hal ini bisa menjadi distraksi agar kamu tidak kerja terus-menerus.

    Nah, itu dia penjelasan mengenai apa itu workaholic beserta tanda-tandanya yang harus diwaspadai.

    Setelah mengetahui arti workaholic, apakah kamu masih ingin bekerja terus-menerus tanpa kenal waktu dan tempat?

    Baca Juga: Pahami Pentingnya Tidur Cukup dan Hubungannya dengan Performa Kerja

    Usahakan untuk segera mengatur prioritas di dalam hidupmu agar tercipta work-life balance yang baik sebelum terlambat. 

    Nah, supaya bisa menerapkan work-life balance yang lebih optimal, kamu bisa baca lebih banyak artikel terkait di Glints Blog!

    Ada banyak inspirasi kegiatan dan metode agar kamu bisa mencapai keseimbangan antara dunia kerja dan kehidupan pribadi.

    Tunggu apa lagi? Yuk, baca kumpulan artikel terbarunya di sini! Gratis, lho.

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.5 / 5. Jumlah vote: 4

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait