Selalu Memaksa Positif di Kantor? Hati-hati Toxic Positivity!

Diperbarui 06 Mei 2021 - Dibaca 5 mnt

Isi Artikel

    Apakah kamu memaksa diri untuk selalu melihat sisi positif dari segalanya di kantor, meski sedang tak baik-baik saja? Hati-hati, bisa jadi, kamu mengalami toxic positivity di kantor.

    Apakah kamu masih asing dengan istilah ini, meski sering kali mengalaminya?

    Tak perlu bingung, Glints sudah merangkum informasi soal apa itu toxic positivity, contohnya di kantor, serta cara menghindarinya untukmu.

    Apa Itu Toxic Positivity?

    apa itu toxic positivity di kantor

    © Freepik.com

    Positif memang kata yang identik dengan emosi yang baik, keceriaan, dan lain-lain.

    Akan tetapi, apabila kita memaksa diri kita untuk terus-menerus merasa ceria meski sedang sedih, masalah baru akan muncul.

    Kesedihan tentu datang karena ada masalah. Dengan pura-pura bahagia, kita cenderung mengabaikan masalah tersebut, alih-alih menyelesaikannya.

    Emosi negatif ini justru akan menumpuk dan terus membesar. Kata Psychology Today, hal inilah yang disebut dengan toxic positivity.

    Kata Verywell Mind, emosi negatif memang bisa memberi kita stres dan perasaan tak nyaman.

    Akan tetapi, emosi ini bisa menyampaikan pesan pada kita. Misalnya, saat kita marah, ini berarti kita harus mengubah sesuatu, atau ada bahaya ancaman tertentu.

    Hal inilah yang membuat kita wajib menerima emosi negatif, alih-alih mengabaikannya dan berusaha keras untuk selalu positif.

    Baca Juga: Mulai Merasa Capek Kerja? Ini 6 Cara Mencegah Burn Out Untukmu

    Toxic Positivity di Kantor

    tanda kamu mengalami toxic positivity di kantor

    © Freepik.com

    Kamu bisa saja menjadi korban saat mengalami toxic positivity di kantor. Akan tetapi, kamu juga bisa jadi pelakunya.

    Misalnya, saat rekan kerjamu sedang bercerita tentang kegagalan atau kesalahan yang ia lakukan.

    Alih-alih menyarankan untuk evaluasi diri, kamu malah mengatakan bahwa pasti ada sisi positif dari kegagalan ini.

    Hal ini serupa dengan apa yang dikatakan oleh Bianca L. Rodriguez, seorang psikoterapis, kepada The Ladders.

    Selain itu, toxic positivity di kantor juga bisa kamu rasakan karena pengelolaan emosimu yang kurang tepat.

    Hal ini bisa ditandai dengan terus bekerja, meski kamu sedang lelah fisik atau mental.

    Alih-alih mengambil cuti, kamu malah memaksa dirimu untuk bekerja keras karena itu adalah hal yang positif.

    Kerja keras berlebihan hingga lembur dapat mempengaruhi kesehatan fisik atau mental. Hal ini tidak membuatmu produktif, tetapi justru membuatmu kewalahan dan kelelahan.

    Dengan menekan emosi negatif, emosi itu justru bertambah besar, dan dapat menjadi stres yang menghambat produktivitasmu di kantor.

    Baca Juga: Tips Menekan Emosi Negatif di Kantor

    Kiat Menghindari Toxic Positivity di Kantor

    kiat menghindari toxic positivity di kantor

    © Freepik.com

    Kunci dari produktivitas memang perasaan bahagia yang dirasakan pekerja.

    Hal ini merupakan pernyataan Dr. Daniel Sgroi, peneliti dari University of Warwick, yang dikutip oleh Zestful.

    Kunci dari merasakan kesenangan sejati adalah dengan menerima semua perasaan, perjuangan, dan masalah di hidupmu.

    Dengan menerima hal-hal negatif, kamu benar-benar mengetahui letak masalah yang ada, dan bisa menyelesaikan masalah tersebut.

    Masalah adalah hal yang wajar. Ingat, kamu tentu bisa belajar dari pengalaman dan tak mengulanginya lagi.

    Hal ini tentu takkan dirasakan apabila kamu menyangkal emosi negatif dan masalah yang menyertainya, alih-alih menghadapi dan menyelesaikannya.

    Baca Juga: 5 Kebiasaan Self Care di Kantor untuk Menjaga Kesehatan Mentalmu

    Itulah informasi soal toxic positivity di kantor. Selalu terima perasaanmu sepenuhnya dan selalu mindful, karena hal itu dapat menjaga kesehatan mentalmu di kantor.

    Apabila kamu ingin mendapat lebih banyak informasi soal pekerjaan, karier, dan pengembangan diri, kamu bisa mendapatkannya di newsletter Glints. Daftar gratis sekarang!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 3

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait