Yuk, Sayangi Diri! Berikut 4 Hal Untuk Menjaga Kesehatan Mental Millenial

Diperbarui 03 Agu 2023 - Dibaca 5 mnt

Isi Artikel

    Lampu sorot masih tertuju pada sebuah generasi yang namanya hampir setiap saat masuk kolom berita, millenial. Banyak di antara pembaca Glints juga termasuk generasi millenial yang baru memulai karir. Kali ini mari kita bahas mengenai millenial di dunia kerja dan kaitannya pada kesehatan mental.

    Merujuk pada salah satu artikel Forbes, 20% dari seluruh populasi generasi millenial mengalami gangguan kesehatan mental yang lebih dikenal dengan depresi. Angka ini menunjukan peningkatan apabila dibandingkan dengan masalah kesehatan mental para Baby Boomers. 

    Tekanan di lingkungan kerja para millenial sangat tinggi sampai bisa menyebabkan gangguan pada kesehatan mental. Tuntutan perusahaan yang terus meningkat cepat, kondisi perekonomian dan geopolitik, bahkan faktor asupan makanan adalah beberapa faktor yang mengganggu mental para millenial.

    Faktor yang dekat dengan kehidupan millenials ini kemudian memperjelas timbulnya masalah kesehatan mental. Beruntung, setidaknya ada 4 cara agar kesehatan mental millennials tetap terjaga.

    Apa saja cara yang bisa dilakukan millenial untuk menjaga kesehatan mentalnya?

    1. Mengatur pola kegiatan fisik

    kesehatan mental

    © Freepik.com

    Krisis kesehatan mental yang sering dialami millenial didukung oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pola hidup. Coba perhatikan pola hidup teman-teman kamu yang juga bekerja di kota besar, hampir seluruh waktu dalam sehari habis di depan layar komputer dan sangat jarang bisa menemukan waktu untuk berolahraga di tengah jadwal kegiatan yang padat. Bahkan untuk sekedar keluar kantor dan menghirup udara bebas saja sulit rasanya menggerakkan badan karena sudah terlanjur merasa dikejar oleh pekerjaan.

    Oleh sebab itu, ada baiknya kamu membuat jadwal kegiatannya selama berada di kantor. Misalnya, paling tidak harus ada satu kesempatan untuk kamu bisa berjalan kaki di luar ruangan dalam sehari.

    Bisa saja kamu memilih jalan sore sepulang kerja, atau kalau jam masuk kerja kamu cukup fleksibel, jadwalkan untuk olahraga pagi seminggu 3x. Setelah menyelesaikan meeting di siang menuju sore hari, kamu juga bisa menenangkan tubuh yang sudah lelah beraktifitas juga pikiran dengan duduk di tempat yang tenang.

    Tidak bisa dipungkiri, kesehatan mental terpengaruh juga dari kondisi tubuh, sementara kebanyakan millenial tidak begitu dekat dengan aktifitas yang bisa melatih ketahanan tubuh. Oleh karena itu untuk menjaga kesehatan mental dari depresi, ada baiknya kamu berkatifitas fisik seperti rutin olahraga atau rekreasi di alam terbuka yang menuntut tubuhmu bergerak.

    2. Meditasi

    Mindfulness atau kegiatan meditasi adalah cara lain yang cukup relevan untuk menjaga kesehatan mental termasuk bagi para millenials. Meskipun terkesan kurang menarik karena harus menenangkan diri dan pikiran dari keriuhan aktifitas, meditasi dapat mendukung kesehatan fisik baik mental, seperti melakukan detoksifikasi, mengatur pola diet sehat, dan rutin check up kondisi kesehatan.

    Lalu apa dampaknya pada kesehatan mental?
    PIkiran kamu akan lebih tenang dan bisa mengurangi kecemasan berlebih. Dampak lainnya akan terasa pada saat bekerja, kamu akan lebih mudah fokus meskipun pekerjaan cukup banyak. Secara keseluruhan meditas akan membuat kondisi mental atau psikismu lebih baik dibanding saat kamu belum mulai merawat kesehatan mental.

    3. Pengertian Tentang Pentingnya Bersosialisasi

    klasifikasi produk

    © Freepik.com

    Bersosialisasi ala millenials identik dengan media sosial, yang sekarang ini malah cenderung jadi bumerang bagi kesehatan mental. Masalah kesehatan mental para millenial sering terjadi karena anggapan bahwa orang-orang yang tidak dikenal di keseharian, justru jadi orang-orang yang dianggap sebagai acuan untuk bersikap. Tidak aneh jika kesehatan mental millenial sering terganggu karena menganggap sudah berhasil bersosialisasi padahal sedang ada dalam pengasingan diri akibat hanya sibuk dengan layar gawai yang memang menyambungkannya dengan orang lain lewat jaringan internet dan beragam aplikasi media sosial.

    Alih-alih jadi punya teman, unggahan media sosial malah lebih sering membuat kamu iri dengan kondisi orang lain dan tidak bisa menerima situasimu sendiri. Miris bukan? Kesehatan mental tetap bisa terjaga, asalkan ada wadah dan media yang tepat untuk bertumbuh dan berkembang.

    Kamu bisa bergabung dalam komunitas sebaya yang ada di kantor atau pertemanan di luar, seperti ikut klub sepeda, pecinta alam, atau penggemar kopi, dll. Kesehatan mental kamu akan semakin baik juga dengan adanya mentor. Setidaknya dengan punya teman diskusi yang lebih dewasa, kamu bisa minta pendapat dan saran saat mengalami kebingungan atau tekanan di lingkungan kerja.

    4. Jam kerja

    Kembali ke ranah profesional, terkait dengan tekanan kerja, kondisi ekonomi dan politik serta peningkatan target yang terjadi spontan, kantor juga seharusnya sadar bahwa kesehatan mental para stafnya yang masih hijau ini ikut terdampak.

    Sebagai bentuk dukungan untuk menjaga kesehatan mental generasi penerus, kantor bisa membuat kebijakan terkait regulasi absensi kerja dan kehadiran. Anak-anak startup pastinya sudah cukup merasakan jam kerja yang fleksibel cukup membantu terutama saat klien baru bisa dijangkau setelah jam 10 pagi hingga larut malam.

    Maka, kewajiban hadir di pagi hari tidak lagi jadi beban yang bisa merusak kesehatan mental millenials karena ancaman potong gaji jika telat lebih dari 3x. Jika kamu salah satu HRD di kantor, hal ini bisa dipertimbangkan juga apalagi kalau staf yang bekerja kebanyakan generasi muda.

    Berhubungan dengan absensi kerja, salah satu contoh kasusnya adalah pada karyawan perempuan yang sebenarnya punya hak untuk mengambil cuti saat sedang dismenore. Cuti ini bahkan sudah diatur dalam Undang-undang Pasal 81 ayat (1) tentang Ketenagakerjaan, disebutkan bahwa pekerja/buruh perempuan yang sedang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahu pada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua masa haid.

    Jika diterapkan dengan baik, bisa jadi salah satu cara untuk mengurangi gangguan kesehatan mental para staf. Sayangnya tidak semua kantor dan perusahaan memberi izin. Bagaimana dengan kantor kamu?

    Masalah kesehatan mental ini bisa menyerang millenial baik yang sudah dalam level manajer ataupun yang masih baru memulai karirnya. Jadi, kamu harus aware dengan diri sendiri agar tidak sampai ke titik paling rendah dulu untuk bisa kembali bangkit dan menata pola hidup. Bekerja keras dan aktif di media maya sah-sah saja, tapi jangan lupa untuk tetap berinteraksi dengan orang-orang terdekat yang jadi support system kamu.

    Jangan lupa sign up di Glints untuk meraih karir impianmu sekarang juga!

      Seberapa bermanfaat artikel ini?

      Klik salah satu bintang untuk menilai.

      Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

      Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

      We are sorry that this post was not useful for you!

      Let us improve this post!

      Tell us how we can improve this post?


      Leave a Reply

      Your email address will not be published. Required fields are marked *

      Artikel Terkait