11 Tools yang Wajib Dikuasai DevOps Engineer Andal
Isi Artikel
Tugas seorang DevOps engineer adalah untuk mengembangkan sistem, fitur, software, atau aplikasi dan mengujicobanya sebelum dilepas ke pasaran.
Nah, untuk mengerjakan berbagai tugas ini, DevOps harus menguasai beberapa tools yang penting. Yuk cek dalam rangkuman Glints berikut ini.
Macam-Macam Tools untuk DevOps Engineer
Seorang DevOps engineer idealnya harus memahami Software Development Life Cycle (SDLC) untuk bisa menciptakan output produk yang berkualitas tinggi dan sesuai dengan ekspektasi pengguna.
DevOps engineer juga bertanggung jawab untuk memonitor produk tersebut agar bisa berjalan dengan baik di sisi pengguna, termasuk dengan memperbaiki bug dan menjalankan update.
Maka berikut tools yang harus dikuasai untuk menyelesaikan tanggung jawabnya, berdasarkan rangkuman dari Hackr, Dev.to, dan Raygun.
1. Github
GitHub adalah tools yang berupa platform version control untuk membantu DevOps engineer membuat dan menyimpan file berwujud source code.
Sederhananya, Github membuatmu bisa mengujicoba update secara rutin, memperbaiki bug, hingga melacak dan menyimpan perubahan-perubahan yang terjadi dalam proyek tersebut secara online.
Selain itu, GitHub juga memungkinkan kamu berkolaborasi dengan orang lain untuk mengerjakan satu proyek yang sama.
Di sini kamu bisa melihat siapa dan kapan saja yang melakukan perubahan pada proyek.
2. Jenkins
Melansir Edureka, continuous integration adalah salah satu praktik paling penting dari DevOps.
Pada tahap ini, developer akan mengumpulkan dan menyatukan kode, kemudian menjalankan pengujian program secara cepat dan otomatis.
Nah, Jenkins adalah tools continuous integration andalan untuk para DevOps engineer.
Dengan menggunakan Jenkins, developer akan lebih mudah mengintegrasikan berbagai perubahan pada proyek sebelum akhirnya meluncurkan software.
3. Selenium
Kalau kamu tertarik untuk meniti karier sebagai DevOps engineer, Selenium termasuk salah satu tools yang wajib kamu kuasai.
Selenium adalah automation testing tools untuk aplikasi web yang bersifat open source.
Tools ini memfasilitasi DevOps engineer untuk merekam, memutar, dan menguji tindakan pengguna di browser.
Untuk mendukung proses testing, kamu dapat mengunduh dan menggunakan berbagai fitur yang tersedia di Selenium secara gratis.
4. Gradle
Gradle merupakan build tools yang populer sejak 2009 bagi para DevOps.
Kepamorannya tentu beralasan, Gradle memungkinkan kamu menulis kode dalam Javascript, C++, Phyton, dan bahasa pemrograman lainnya.
Gradle juga didukung oleh integrated development environment (IDE) populer seperti Netbeans, Eclipse, dan IntelliJ IDEA.
Gradle pun mendukung penulisan skrip untuk aplikasi berbasis Kotlin sejak 2016 lalu.
5. Bamboo
Bamboo mirip dengan Jenkins. Namun jika Jenkins adalah open source, Bamboo adalah aplikasi berbayar.
Bamboo adalah server continuous integration (CI) yang dapat digunakan untuk mengotomatisasi proses penerapan dan perilisan software.
Dengan keunggulan ini jalur data pipeline software menjadi berkelanjutan. Secara keseluruhan, Bamboo dapat menghemat banyak waktu konfigurasi.
6. Docker
Docker telah menjadi platform container nomor satu sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2013.
Inilah mengapa Docker harus jadi tools yang dikuasai DevOps engineer.
Docker memungkinkan pengembangan terdistribusi dan mengotomatiskan penerapan aplikasi buatmu.
7. Kubernetes
Kubernetes adalah tools open source yang memudahkan DevOps engineer otomatisasi penerapan, pengelolaan, pemeliharaan, dan penskalaan aplikasi container.
Tools ini bekerja baik ketika dipasangkan dengan Docker atau salah satu alternatif lainnya.
Kubernetes adalah strategi yang baik jika kamu mencapai tingkat kerumitan tertentu dan perlu menskalakan sumber daya yang ada.
Kubernetes akan mengamati semua detail, contohnya, tool ini akan tahu ketika node pekerja sedang down dan akan mendistribusikan ulang container saat diperlukan.
8. Puppet Enterprise
Puppet mengotomatiskan manajemen infrastruktur, sehingga kamu dapat merilis software dengan lebih cepat dan aman.
Puppet juga memberi fitur yang mempermudah DevOps engineer, seperti:
- real-time report
- kendali akses berbasis peran
- manajemen node
9. Ansible
Ansible disebut mirip Puppet karena merupakan tools DevOps engineer yang ringan dan mudah digunakan.
Ansible adalah solusi yang aman dan ringan untuk otomatisasi manajemen konfigurasi sebab tidak ada daemon atau agen yang bekerja di background aplikasimu.
10. Prometheus dan Grafana
Prometheus dan Grafana mampu memonitor kesehatan sistem tersebut dan memberikan feedback.
Tim DevOps akan bertindak berdasarkan informasi yang dihasilkan tools ini untuk mengurangi kemungkinan masalah yang dapat menghambat penyampaian layanan kepada pengguna.
Prometheus dan Grafana memantau stack yang digunakan oleh tim DevOps untuk menyimpan dan memvisualisasikan time series data.
11. Phantom dan Nagios
Keamanan software adalah salah satu perhatian utama setiap DevOps engineer.
Oleh karena itu, Phantom dgunakan untuk berkolaborasi dalam lingkungan kerja yang terpusat pada suatu insiden dan mengetahui kemungkinan peningkatkan ancaman keamanan pada saat bersamaan.
Sementara itu, Nagios adalah monitoring tools DevOps yang cenderung mengawasi aplikasi, server, serta infrastruktur bisnis secara keseluruhan.
Nah, itulah tools yang harus DevOps engineer kuasai agar jadi sosok yang dipercaya dan diandalkan dalam perusahaan.
Kalau kamu sudah fasih menggunakan tools di atas, yuk, langsung cari lowongan DevOps engineer di Glints!
Kamu juga bisa mengasah skill kerja dengan mengikuti kelas-kelas profesional di Glints ExpertClass dan berdiskusi bersama para pakar.
Daftarkan dirimu sekarang juga dengan klik di sini!