7 Teori Kepemimpinan yang Mesti Kamu Tahu untuk Jadi Pemimpin Hebat

Diperbarui 29 Jul 2021 - Dibaca 12 mnt

Isi Artikel

    Ada yang bilang bahwa orang-orang tertentu memang takdirnya dilahirkan sebagai pemimpin. Namun, ada juga yang bilang bahwa kepemimpinan adalah keterampilan yang bisa didapat bahkan melalui teori.

    Setiap orang memiliki teori sendiri-sendiri tentang apa itu kepemimpinan dan apa yang membuat seseorang menjadi pemimpin yang hebat.

    Ini wajar. Pasalnya, kepemimpinan adalah kualitas penentu kesuksesan yang penting tapi sulit untuk didefinisikan.

    Lantas, apa sih maksud sebenarnya dari teori kepemimpinan? Glints akan menjelaskannya secara detail untuk kamu.

    Apa Itu Teori Kepemimpinan?

    Sebelum cari tahu apa itu teori kepemimpinan, sebaiknya kamu mengerti dulu apa itu kepemimpinan.

    Menurut definisi, kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan diri untuk memotivasi dan membimbing sekelompok orang tanpa paksaan untuk bertindak mencapai tujuan bersama.

    Perdebatan teori di awal zaman cenderung menunjukkan bahwa kepemimpinan adalah karakteristik bawaan lahir.

    Dengan kata lain, teori ini mengusulkan bahwa memang benar ada orang-orang yang terlahir secara alami sebagai pemimpin.

    Baca Juga: 6 Cara Menginspirasi Rekan Kerja di Kantor

    Beberapa teori yang lebih baru mengusulkan bahwa memiliki sifat-sifat tertentu dapat membantu seorang individu menjadi pemimpin.

    Teori lain yang lebih modern juga mengiyakan bahwa gaya kepemimpinan seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman serta situasi dan kondisi tertentu.

    Berangkat dari penjelasan di atas, bisa kita artikan bahwa teori kepemimpinan adalah pemikiran yang bisa menjelaskan bagaimana dan mengapa individu tertentu menjadi pemimpin.

    Teori-teori tersebut menekankan ada sifat, karakteristik, dan perilaku yang bisa kita miliki atau peroleh untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan diri sendiri.

    Macam-Macam Teori Kepemimpinan

    Seorang pemimpin sangat penting untuk keberhasilan setiap tim. Nah menurut teori kepemimpinan, menjadi pemimpin yang baik bukan hanya karena kita memiliki faktor-faktor yang sudah disebutkan di atas.

    Entah itu karakter alami bawaan lahir, pengaruh asuhan dan didikan orangtua, jejak rekam pengalaman masing-masing di dunia kerja, atau kombinasi dari semua itu; semua pasti ikut andil.

    Namun, sosok pemimpin juga seharusnya bisa memahami bagaimana caranya berinteraksi dan menjalin relasi profesional baik dengan rekan sejawat atau bawahannya.

    Secara umum, teori kepemimpinan terbagi menjadi 7 jenis, yaitu:

    1. The “Great Man” theory

    teori kepemimpinan

    © Freepik

    The Great Man Theory pertama kali digagas oleh Thomas Carlyle sekitar pertengahan abad ke-19.

    Teori kepemimpinan ini mengklaim bahwa pemimpin itu sejatinya dilahirkan. Namun, hanya laki-laki yang terlahir diberkahi “mukjizat” sifat-sifat heroiklah yang bisa menjadi pemimpin.

    Lebih jauh, teori ini menggagas bahwa seorang pemimpin besar akan menampakkan diri ketika berada di situasi yang tepat.

    Melansir studi dalam jurnal Journal of Resources Development and Management, pendapat lain yang lebih modern mematahkan teori ini.

    Menurut beberapa cendekiawan, siapa sosok orang tersebut tidak selalu menentukan arah tindakannya.

    Justru, konsekuensi dari proses pembuatan keputusan dan tindakan dari orang tersebutlah yang memengaruhi jalannya peristiwa.

    Maka, jalan cerita dari suatu peristiwa bisa saja berakhir berbeda jika orang tersebut tidak terlibat dalam prosesnya. 

    2. Trait theory

    Tipe Pemimpin Seperti Apakah Kamu? Simak 6 Tipe Pemimpin Ini

    © Pexels

    Teori ini berpendapat bahwa seseorang dapat memiliki karakter, kepribadian, ciri fisik, atau sifat-sifat tertentu yang membuat mereka lebih cocok menjabat dalam kepemimpinan. 

    Menurut teori ini, kamu dianggap cocok menjadi seorang pemimpin jika memiliki kepribadian atau perilaku yang sesai dengan stereotip pemimpin ideal.

    Teori kepemimpinan ini tidak memedulikan apakah karakteristik itu genetik atau diperoleh.

    Teori ini berpendapat, seorang pemimpin idealnya memiliki sifat extrovert, kepercayaan diri yang tinggi, keberanian, karisma, kecerdasan tinggi, hingga postur badan yang tinggi tegap.

    Jenis kelamin, agama, status perkawinan, usia, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan juga memengaruhinya.

    Baca Juga: 7 Cara Menunjukkan Potensi Kepemimpinan di Kantor

    Namun, teori ini dipatahkan oleh keberagaman sifat dan karakter manusia di luar sana yang tidak pernah bisa ditebak.

    Beberapa orang memiliki “prasyarat” lengkap sebagai pemimpin berdasarkan deskripsi di atas, tapi bukan atau tidak pernah menjadi pemimpin.

    Ada banyak orang yang memiliki karakter pemimpin ideal tersebut tapi tidak pernah ingin menjabat dalam posisi kepemimpinan.

    Begitu pula sebaliknya. Orang-orang yang sama sekali tidak dianggap ideal berdasarkan teori ini malah sesungguhnya unggul memimpin kelompok.

    3. Contingency theory

    teori kepemimpinan

    © Freepik

    Teori kepemimpinan kontingensi berpendapat bahwa tidak ada satu cara memimpin terbaik yang dapat diterapkan pada semua situasi.

    Ada faktor-faktor lain yang ikut menentukan apa gaya kepemimpinan paling cocok diterapkan pada saat itu.

    Maka, gaya kepemimpinan kamu juga mungkin berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi. Terlebih, setiap peristiwa mungkin melibatkan orang, situasi, kondisi, dan lingkungan yang mungkin berbeda antara satu sama lain.

    Menurut teori kontingensi, leadership yang efektif bukan hanya tentang kualitas si pemimpin, tetapi juga tentang keseimbangan antara perilaku, kebutuhan, dan konteks.

    Dilansir dari Indeed, pemimpin yang baik dapat mengamati situasi untuk menilai kebutuhan bawahan mereka, dan kemudian menyesuaikan perilaku mereka. 

    Secara umum, teori kontingensi menunjukkan bahwa pemimpin akan lebih luwes mengekspresikan kepemimpinan mereka ketika merasa bawahan mereka responsif terhadapnya.

    Sebagai contoh, gaya otoriter mungkin paling tepat ketika pemimpin adalah yang paling berpengalaman di bidangnya.

    Dalam kasus lain di mana pemimpin dan sesama anggota kelompok merupakan rekan sejawat, gaya demokratis akan lebih efektif.

    Itu kenapa teori kepemimpinan ini juga kerap disebut sebagai teori situasional.

    4. Behavioral theory

    teori kepemimpinan

    © Freepik

    Teori kepemimpinan berdasar perilaku adalah kebalikan dari The Great Man Theory. Teori berdasar perilaku mengatakan, pemimpin hebat dibuat, bukan dilahirkan. 

    Teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan seorang pemimpin. Bukan pada kualitas mental atau sifat atau karakter bawaan dari orang tersebut.

    Menurut teori ini, seseorang dapat belajar dan berlatih untuk menjadi pemimpin melalui ajaran, pengalaman, dan pengamatan yang baik.

    Baca Juga: Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Startup

    Teori ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang efektif adalah hasil dari tiga keterampilan utama yaitu keterampilan teknis, manusiawi, dan konseptual.

    Keterampilan teknis mengacu pada pengetahuan pemimpin tentang proses atau teknik; keterampilan manusiawi berarti bahwa seseorang dapat berinteraksi dengan individu lain.

    Sementara itu, keterampilan konseptual memunculkan keluarnya ide-ide untuk menjalankan organisasi dengan lancar.

    5. Servant theory

    perbedaan manajer dan pemimpin

    © Freepik

    Teori kepemimpinan servant pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an. Teori ini percaya bahwa seorang pemimpin yang baik bertugas untuk melayani, menjaga, dan memelihara kesejahteraan fisik serta mental pengikutnya. 

    Pemimpin cenderung fokus untuk memenuhi kebutuhan pengikut dan membantu mereka menjadi lebih mandiri dan berwawasan lebih luas.

    Pada teori ini, pemimpin yang baik juga diharuskan bisa bersimpati dan meredakan kecemasan berlebih dari para pengikutnya.

    Maka itu, kepemimpinan diberikan pada seseorang yang pada dasarnya memiliki jiwa melayani.

    Teori ini menunjukkan bahwa pekerjaan seorang pemimpin adalah untuk berkontribusi pada kesejahteraan orang lain sebagai bentuk tanggung jawab sosial.

    6. Transactional theory

    perbedaan pemimpin dan manajer

    © Freepik

    Teori transaksional menggambarkan gaya kepemimpinan yang didasari perjanjian yang dibuat antara pemimpin dan bawahannya.

    Perjanjian ini dibuat untuk menghasilkan pertukaran (transaksi) yang saling menguntungkan antara pemimpin dan pengikut. Layaknya simbiosis mutualisme.

    Ketika suatu pekerjaan atau tugas mampu diselesaikan bawahan dengan baik, ini akan menguntungkan pemimpin.

    Maka sebagai bentuk penghargaan dari sisi pemimpin, imbalan dapat berupa rasa terima kasih, pembayaran upah atau gaji, kenaikan jabatan (promosi), hingga bonus berupa uang atau benda untuk si bawahan.

    Penghargaan ini membuat bawahan merasa kerja kerasnya dihargai atau diakui karena berhasil mencapai tujuan yang sudah disepakati bersama.

    7. Transformational theory

    perbedaan sales dan marketing

    © Freepik

    Teori transformasional berpendapat, proses interaksi yang intens antara pemimpin dengan bawahannya mampu menciptakan hubungan yang solid dengan rasa saling percaya yang juga tinggi.

    Hal ini kemudian akan meningkatkan motivasi kerja antara pemimpin dan bawahannya.

    Inti dari teori transformasional adalah pengikut dan pemimpin sama-sama bisa mengesampingkan kepentingan pribadi untuk mengedepankan kepentingan kelompok.

    Peraturan dan regulasi di kantor juga dibuat sefleksibel mungkin, yang didasari oleh norma-norma kelompok.

    Di saat yang sama, pemimpin mengubah pengikut mereka melalui sifat inspirasional dan kepribadian karismatik mereka.

    Pemimpin juga diminta untuk fokus pada kebutuhan dan masukan pengikut untuk mengubah semua orang menjadi pemimpin dengan memberdayakan dan memotivasi mereka

    Berbagai hal ini memberikan bawahan rasa memiliki yang kuat karena mereka dapat dengan mudah menyelaraskan diri dengan pemimpin dan tujuannya.

    Baca Juga: Struktur Organisasi Perusahaan yang Umum Digunakan

    Dari penjelasan di atas, teori mana yang paling pas dengan gaya kepemimpinan kamu? Nah, menjajaki karier yang lebih tinggi adalah salah satu cara untuk melatih insting kepemimpinan dan menerapkan gaya kepemimpinan kamu.

    Yuk, Sign up di Glints untuk lihat-lihat lowongan pekerjaan yang sesuai buat kamu. Di blog Glints kamu juga bisa dapatkan tips produktivitas selama kerja dan trik-trik pengembangan diri lainnya, lho!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.2 / 5. Jumlah vote: 13

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait