Startup Bubble: Arti, Penyebab, Efek, dan yang Harus Disiapkan Pekerja

Diperbarui 07 Feb 2023 - Dibaca 16 mnt

Isi Artikel

    Fenomena yang disebut sebagai startup bubble di Indonesia belakangan ini sedang marak. Melansir dari CNBC, salah satu penyebab utamanya adalah pandemi Covid-19.

    Dampak dari fenomena ini pun begitu jelas. Perusahaan teknologi hingga startup melakukan PHK besar-besaran.

    Sejumlah startup yang baru saja menerima pendanaan besar pun tidak menjadi pengecualian.

    Sebagai contoh, Gojek yang mendapatkan pendanaan sebesar Rp20 triliun di bulan Maret 2020, harus melakukan pemotongan karyawan sebanyak 430 orang 3 bulan kemudian.

    Meski begitu, menurut Katadata fenomena bubble burst baru benar-benar terjadi di Indonesia pada bulan Mei lalu, ketika Zenius, LinkAja, dan JD.ID melakukan pengurangan karyawan dalam jumlah besar.

    Lalu, menyikapi kondisi startup burst, apa yang harus dilakukan sebagai pekerja di perusahaan teknologi atau startup? Berikut ulasan Glints selengkapnya.

    Arti Startup Bubble

    startup bubble indonesia

    © Pexels.com

    Sebelum membahas fenomena startup bubble di Indonesia, ada baiknya kita mempelajari dulu asal mula katanya yaitu bubble burst.

    Menurut Investopedia, bubble burst adalah siklus dalam ekonomi di mana harga, baik itu produk atau aset, meningkat drastis dalam waktu cepat yang kemudian diikuti oleh penurunan harga dengan cepat.

    Penurunan harga ini, yang bisa disebut sebagai kontraksi, adalah sebuah momen ketika “burst” atau “crash” tersebut terjadi.

    Biasanya, peningkatan harga yang drastis tersebut disebabkan oleh perubahan perilaku dari para investor.

    Namun, dalam konteks ini performa perusahaan atau startup pun bisa menjadi penyebab utama terjadinya fenomena ini.

    Penyebab Startup Bubble

    startup bubble indonesia

    © Pexels.com

    “Ketika investor lebih selektif, alhasil startup jadi relatif kesulitan untuk mencari pendanaan.”

    TechCrunch+ menyebut ada 4 alasan utama yang menjadi penyebab dari fenomena startup bubble burst di Indonesia ini, di antaranya adalah sebagai berikut.

    1. Pangsa pasar yang turun

    Pangsa pasar atau market share sebuah perusahaan yang turun menjadi salah satu penyebab dari fenomena ini. Mengapa demikian?

    Hal tersebut bisa terjadi ketika produk atau layanan yang ditawarkan suatu perusahaan kalah bersaing di pasaran, sehingga performanya tidak memuaskan stakeholder dan investor.

    Tentunya, ketika perusahaan atau startup tidak bisa menjual produk atau layanannya, mereka akan kehilangan keuntungan. Hal ini akan menyebabkan market share-nya turun secara signifikan.

    2. Investor yang lebih selektif dalam pendanaan

    Penyebab lain dari terjadinya fenomena startup bubble burst di Indonesia adalah investor yang lebih selektif ketika memberi pendanaan.

    Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya startup baru yang bermunculan di Indonesia. Sehingga, hal tersebut turut menyebabkan kompetisi antar startup untuk meyakinkan investor semakin ketat.

    Ketika investor lebih selektif, alhasil startup jadi relatif kesulitan untuk mencari pendanaan.

    Terlebih ketika performa startup tersebut tidak terlalu memuaskan, tidak menarik perhatian investor, atau dianggap terlalu berisiko untuk investasi di sana.

    3. Kondisi pandemi yang semakin membaik

    Di awal masa pandemi, banyak startup yang muncul dan menawarkan produk atau layanannya sebagai solusi bagi orang-orang untuk memudahkan aktivitas mereka.

    Akan tetapi, seiring membaiknya kondisi pandemi, startup yang muncul dan dimaksudkan untuk membantu masyarakat ketika pandemi perlahan kesulitan menjual produknya.

    4. Pasar yang jenuh

    Melansir Investopedia, pasar jenuh atau saturated market adalah kondisi di mana permintaan terhadap suatu produk atau layanan telah mencapai puncaknya.

    Hal ini tentu dialami oleh beberapa startup di Indonesia, yang membuat mereka kesulitan menjual produknya selain karena kondisi pandemi yang semakin membaik.

    Selain itu, pasar yang sensitif terhadap promo dan diskon pun membuat perusahaan atau startup akan kehilangan konsumennya jika mereka tidak menawarkan kedua hal tersebut.

    Di sisi lain, terlalu sering menawarkan promo atau diskon dapat mengganggu cash flow dan revenue perusahaan.

    Baca Juga: Revenue Stream: Arti, Fungsi, Jenis, dan Contoh-contohnya

    Efek dari Startup Bubble

    startup bubble indonesia

    © Pexels.com

    Layoff dilakukan startup untuk merampingkan ukuran karyawan dan mengurangi biaya yang perlu dikeluarkan.”

    Tentunya, fenomena startup bubble di Indonesia dapat menjadi kabar buruk bagi perusahaan dan juga karyawan.

    Masih menurut TechCrunch+, berikut adalah beberapa efek dari fenomena ini terhadap para karyawan.

    1. PHK dalam jumlah besar

    Seperti yang telah diketahui dari contoh Zenius dan startup lainnya di Indonesia maupun luar negeri, PHK dalam jumlah besar adalah salah satu efek dari fenomena ini.

    Ketika suatu perusahaan sulit mendapatkan revenue dari produk atau layanannya, tentu mereka akan kesulitan menggaji karyawannya.

    Sehingga, melakukan PHK menjadi salah satu solusi yang umumnya diambil oleh perusahaan supaya mereka tidak mengalami kebangkrutan.

    2. Perusahaan menunda proses rekrutmennya

    Efek lain dari fenomena ini adalah perusahaan yang menunda proses rekrutmennya. 

    Hal ini umum terjadi terlebih ketika startup baru mendapatkan pendanaan besar untuk kegiatan bisnisnya dari investor.

    Untuk merespons hal tersebut, startup cenderung melakukan perekrutan secara besar-besaran supaya bisa memenuhi ekspektasi stakeholder.

    Namun, ketika bubble burst terjadi, hal ini memaksa perusahaan tidak melakukan perekrutan karyawan baru supaya tetap menjaga pengeluaran biayanya.

    3. Perusahaan mengetahui bahwa mereka overhire

    Seperti yang telah disebutkan di poin sebelumnya, startup cenderung melakukan perekrutan karyawan dalam jumlah besar ketika baru mendapatkan pendanaan.

    Akan tetapi, seiring semakin sulitnya startup untuk mendapatkan pendanaan baru dari investor, hal ini membuat startup menyadari bahwa mereka telah melakukan overhire dalam proses rekrutmennya.

    Akhirnya, layoff dilakukan startup untuk merampingkan ukuran karyawan dan mengurangi biaya yang perlu dikeluarkan.

    4. Berkurangnya gaji yang didapatkan

    Ketika perusahaan mengalami kesulitan dalam mencari dana dari investor, pengurangan gaji karyawan akan menjadi langkah yang diambil untuk mengurangi biaya apabila perusahaan tidak ingin melakukan PHK.

    Menurut Washington Post, hal ini akan sangat terasa jika seorang pekerja mendapatkan gaji dalam bentuk uang dan saham dari perusahaan tempatnya bekerja.

    Ketika harga saham perusahaan turun, tentu besaran gaji yang didapat karyawan akan turut berkurang.

    Baca Juga: Ikuti 7 Tips Ini untuk Mempersiapkan Diri Menghadapi PHK

    Apa yang Harus Disiapkan Sebagai Pekerja?

    startup bubble indonesia

    © Pexels.com

    Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa terjadinya startup bubble sangat bergantung pada manajemen perusahaan, perilaku investor, atau kebutuhan masyarakat.

    Ketiga hal tersebut merupakan hal-hal eksternal yang berada di luar kendali kita sebagai pekerja.

    Oleh karena itu, berikut adalah rekomendasi Glints yang bisa kamu lakukan untuk menghadapinya.

    1. Tingkatkan skill penting dalam pekerjaanmu

    Meningkatkan skill, terutama yang sejalan dengan pekerjaanmu adalah salah satu langkah mempersiapkan dirimu dari sekarang untuk menghadapi bubble burst.

    Hal ini karena, melansir Washington Post, seorang pekerja dengan skill yang mumpuni membuatnya sangat dicari oleh perusahaan.

    Menurut McKinsey dan Investopedia, berikut adalah beberapa contoh skill penting yang perlu dimiliki sebagai pekerja di perusahaan teknologi maupun startup.

    • berpikir kritis
    • kemampuan kerja sama
    • kemampuan komunikasi yang baik
    • kepemimpinan diri

    Selain itu, kemampuan teknikal pun perlu dimiliki untuk membantumu dalam melakukan pekerjaan dengan baik.

    Sebagai gambaran, Glints memberikan contoh skill teknikal untuk bidang digital marketing, software engineer, dan data analyst, yang menurut KataData, adalah beberapa pekerjaan yang paling dicari sejak 2021.

    Digital marketing

    Apabila kamu bekerja di bidang digital marketing, maka beberapa kemampuan teknikal yang perlu kamu kuasai menurut Michael Page adalah sebagai berikut.

    • SEO
    • SEM
    • pembuatan konten
    • CRM
    • analisis data

    Software engineer

    Apabila kamu berkarier sebagai software engineer, memiliki beberapa skill berikut adalah sebuah keharusan menurut Indeed dan Henry Harvin.

    • coding
    • debugging
    • source control management
    • data science
    • RPA (Robotic Process Automation)

    Data analyst

    Jika kamu ingin menjadi seorang data analyst, berikut adalah beberapa skill yang perlu dimiliki menurut Columbia Engineering.

    • data visualization
    • data cleaning
    • MATLAB
    • R
    • Python

    2. Tunjukkan bahwa dirimu adalah aset berharga bagi perusahaan

    Hal selanjutnya yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi startup bubble burst di Indonesia adalah dengan menunjukkan dirimu sebagai aset berharga bagi perusahaan.

    Menurut Indeed, dengan menjadi aset perusahaan, job security-mu akan terjamin.

    Lantas, bagaimana cara menjadi aset perusahaan? Tenang, Glints sudah punya jawabannya untukmu di bawah ini.

    infografis cara menjadi aset perusahaan

    © Glints

    3. Perluas networking

    Dengan melakukan networking, kamu mendapatkan koneksi di berbagai tempat yang bisa membantumu ketika mencari pekerjaan.

    Tidak hanya itu, dari networking juga kamu bisa bertemu para profesional di beragam bidang industri. Tentunya, kamu dapat menimba ilmu dari mereka.

    4. Siapkan dana darurat

    Menyiapkan dana darurat adalah langkah selanjutnya untuk mempersiapkan diri menghadapi startup bubble burst.

    Dana darurat dapat membantumu selama proses mencari pekerjaan baru.

    5. Literasi digital

    Di zaman teknologi dan informasi yang canggih ini, memiliki literasi digital yang baik adalah sebuah keharusan.

    Hal ini karena hampir seluruh proses bisnis saat ini terhubung dan menggunakan perangkat teknologi.

    Dengan menguasai beragam perangkat teknologi, kamu akan dapat melakukan pekerjaan dengan baik, yang turut menjadi nilai plus di mata perusahaan.

    Baca Juga: 8 Tips Networking Pemula yang Bantu Kamu Sukses

    Itu adalah beberapa informasi seputar fenomena startup bubble burst di Indonesia yang ramai diperbincangkan.

    Intinya, mempersiapkan dirimu dari sekarang untuk menghadapi bubble burst merupakan hal tepat untuk kepentingan kariermu.

    Salah satu yang bisa kamu persiapkan adalah dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan ketika mau bekerja di startup.

    Yuk, ketahui plus minus selengkapnya dengan membaca artikel ini!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 3

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait