Portofolio Saham: Pengertian, Tipe, dan Cara Membangunnya
Isi Artikel
Portofolio adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan kala berinvestasi saham.
Secara umum, portofolio saham dapat diartikan sebagai kumpulan saham yang dimiliki oleh investor. Namun lebih dari itu, portofolio saham memiliki fungsi penting bagi seorang investor.
Sebenarnya, apa itu portofolio saham dan bagaimana cara membangunnya?
Dalam artikel ini, Glints akan membahas berbagai hal terkait portofolio saham. Yuk, simak!
Apa Itu Portofolio Saham?
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai portofolio saham, kita perlu memahami apa itu portofolio investasi terlebih dahulu.
Dilansir dari Investopedia, portofolio adalah kumpulan aset finansial, seperti saham, obligasi, reksa dana, komoditas, dan sebagainya.
Sementara itu, menurut Capital, portofolio adalah kumpulan aset investasi atau finansial yang dipegang oleh individu, perusahaan investasi, manajer investasi, atau lembaga keuangan.
Dari definisi tersebut, dapat kita simpulkan bahwa portofolio saham adalah kumpulan saham yang dimiliki oleh seorang investor.
Sebuah portofolio saham akan menunjukkan profil risiko dari investor tersebut. Kamu bisa melihat apakah investor tersebut memiliki profil risiko yang tinggi atau rendah dari portofolionya.
Meskipun portofolio saham sendiri merupakan kumpulan aset saham, seorang investor bisa saja memiliki lebih dari satu portofolio.
Portofolio tersebut bisa dipisahkan untuk berbagai keperluan. Sebagai contoh, ada portofolio saham yang digunakan untuk investasi jangka panjang dan ada portofolio saham lainnya untuk investasi jangka pendek.
Semua itu tergantung dari tujuan investasi dari investor tersebut.
Tipe Portofolio Saham
Menurut Corporate Finance Institute, ada tiga tiga portofolio saham yang biasanya dimiliki oleh seorang investor.
Tiga tipe tersebut adalah sebagai berikut.
1. Growth portfolio
Growth portfolio adalah portofolio yang disusun untuk mendorong pertumbuhan portofolio itu sendiri. Portofolio yang fokus untuk pertumbuhan aset investasi biasanya menerapkan prinsip high risk, high return.
Prinsip tersebut digunakan oleh seorang investor yang berani mengambil risiko tinggi untuk mendapat keuntungan yang lebih tinggi pula.
Biasanya, tipe portofolio yang satu ini berfokus pada industri-industri yang sedang berkembang saat itu. Selain itu, growth portfolio juga bisa berisi saham-saham lapis kedua.
2. Income portfolio
Tipe portofolio saham yang kedua adalah income portfolio.
Dilihat dari asal katanya, income portfolio adalah portofolio yang lebih fokus pada pengamanan pendapatan reguler dari investasi daripada capital gain.
Pendapatan reguler yang dimaksud bisa berupa dividen yang biasanya dibagikan perusahaan pada periode waktu tertentu. Namun, tidak semua perusahaan rutin membagikan dividen.
Sementara itu, capital gain adalah keuntungan yang didapat dari menjual saham dengan harga yang lebih tinggi daripada harga belinya.
3. Value portfolio
Selain dua portofolio tersebut, tipe portofolio saham selanjutnya adalah value portfolio.
Value portfolio dimiliki oleh seorang investor yang membeli saham dengan harga yang lebih murah daripada saham lain di industri yang sama.
Saham-saham ini sering disebut sebagai undervalued stock karena harganya juga sedang murah.
Biasanya, investor akan menahan saham tersebut dalam waktu yang cukup lama untuk menemukan value yang lebih tinggi daripada saat mereka membelinya.
Meski demikian, umumnya value portfolio memiliki risiko yang lebih tinggi karena harga saham-saham tersebut relatif lebih fluktuatif dibandingkan tipe portofolio lainnya.
Cara Membangun Portofolio
1. Tentukan tujuan investasi
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam membangun portofolio saham adalah menentukan tujuan investasi.
Sebelum memutuskan untuk investasi, kamu perlu memahami alasan mengapa kamu melakukan investasi.
Apakah kamu melakukan investasi jangka panjang atau pendek? Apakah kamu berinvestasi untuk dana pensiun, membeli rumah, atau tujuan-tujuan lainnya?
Tujuan investasi ini nantinya akan menjadi dasar dari setiap kegiatan investasi yang kamu lakukan.
2. Kenali profil risiko
Setelah menentukan tujuan investasi, kamu perlu mengenali profil risikomu sendiri. Umumnya, ada tiga profil risiko atau tipe investor, yaitu konservatif, moderat, dan agresif.
Tiga profil tersebut menunjukkan risiko yang paling rendah hingga paling tinggi.
Dengan mengenali profil risiko sendiri, kamu bisa menentukan tipe portofolio yang akan kamu miliki.
3. Diversifikasi portofolio
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam membangun portofolio saham adalah diversifikasi portofolio.
Pernah mendengar, “Don’t put your eggs in one basket,”?
Pepatah tersebut menyarankan investor agar tidak meletakkan semua investasinya pada satu instrumen saham saja.
Salah satu tujuannya adalah menghindari risiko terburuk jika saham perusahaan tersebut jatuh.
Dalam buku The Warren Buffett Portfolio karya Robert G. Hagstrom, Buffet menyarankan agar investor memiliki 5-10 saham dalam portofolionya.
Demikian penjelasan Glints tentang apa itu portofolio saham.
Intinya, portofolio saham adalah kumpulan saham yang dimiliki oleh seorang investor. Menyusun portofolio penting untuk melihat seberapa besar return atau imbal hasil yang didapat investor.
Bagaimana? Tertarik untuk mempelajari investasi lebih lanjut?
Di Glints Blog, ada berbagai informasi menarik yang bisa kamu baca untuk menambah pengetahuan investasimu. Selain itu, kamu juga bisa mendapat banyak informasi seputar dunia karier.
Agar tidak ketinggalan, yuk, berlangganan newsletter blog Glints! Glints akan mengirimkan berbagai informasi tersebut langsung ke inbox-mu.
Sign up dan langganan sekarang, yuk!