Sering Diremehkan, Ini Arti dan Pentingnya Kemampuan Manajemen Ekspektasi
Isi Artikel
Kemampuan mengatur alias manajemen ekspektasi sering dipandang sebelah mata. Padahal, skill ini penting dimiliki di dunia kerja, lho.
Kira-kira, mengapa begitu, ya? Glints akan menjelaskannya dalam artikel ini. Ada juga tips mengatur ekspektasi yang bisa langsung kamu terapkan.
Akan tetapi, sebelumnya, kita bahas arti dari manajemen ekspektasi, yuk!
Apa Itu Manajemen Ekspektasi?
Untuk memahami manajemen ekspektasi, pahami dulu apa itu ekspektasi.
Melansir Project Management, ekspektasi adalah kepercayaan dan dugaan kita seputar masa depan. Biasanya, dugaan itu terlihat menyenangkan dan positif.
Nah, manajemen ekspektasi adalah usaha dan kemampuan mengatur ekspektasi itu. Dengan begitu, ketika ekspektasimu tak menjadi realita, rasa kecewamu tak berlebih.
Ingat, ekspektasi itu diatur dan dijaga. Bukan berarti kamu tak boleh berharap sama sekali, ya.
Mengapa Manajemen Ekspektasi Penting?
Misalnya, Dini diminta mengerjakan tugas X. Tugas itu baru dan membutuhkan skill yang belum Dini kuasai.
Walau begitu, Dini menaruh ekspektasi yang tinggi. Ia ingin tugas X selesai dengan sempurna.
Sayangnya, dugaan Dini tak sesuai dengan realita. Ia harus mengerjakan ulang tugas X karena prosesnya kurang tepat. Akhirnya, Dini merasa sedih dan tak lagi bersemangat mengerjakan tugas X.
Itulah mengapa, pengaturan ekspektasi sangat penting. Tak hanya saat kerja, hal yang tak terduga sering kali terjadi dalam hidup kita.
Akan tetapi, seperti yang sudah Glints singgung, tak berarti ekspektasi harus kamu hilangkan sepenuhnya. Kamu hanya harus mengaturnya.
Seperti dituliskan The New York Times, kalau tak punya ekspektasi atas diri sendiri, kamu bisa kehilangan motivasi.
Misalnya, kamu ingin mendapat promosi di kantor pada tahun ini. Namun, karena takut kecewa, kamu tak terlalu mengharapkannya.
Ternyata, kamu terlena. Target promosi tak benar-benar kamu kejar. Akhirnya, kamu tak kunjung naik jabatan.
Tips Manajemen Ekspektasi
Ekspektasimu tak boleh terlalu tinggi, tetapi tak boleh terlalu rendah pula. Glints sudah menjelaskan hal ini di atas.
Lalu, bagaimana cara mengatur tingkat ekspektasi yang pas? Berikut tips yang bisa kamu ikuti:
1. Cek lagi ekspektasimu selama ini
Pertama-tama, coba lihat kembali harapanmu selama ini. Sudahkah harapan tersebut realistis?
Seperti dituliskan Psychology Today, cek juga asumsi-asumsimu yang kurang tepat. Salah satu contohnya adalah “kalau aku naik jabatan, aku pasti bisa hidup bahagia”.
Memang, perkembangan karier sangatlah menyenangkan. Ketika dipromosi, kamu bisa mendapatkan tantangan baru hingga naik gaji.
Akan tetapi, ekspektasi “bisa hidup bahagia” rasanya kurang realistis. Kamu harus tahu, orang dengan jabatan lebih tinggi punya tanggung jawab yang lebih besar.
Tentu saja, bukan berarti kamu tak boleh mengharapkan promosi. Kamu hanya perlu menyesuaikan ekspektasi saja. Naik jabatan memang menyenangkan, tapi ada juga hal yang harus kamu perhatikan.
2. Tetapkan target yang realistis
Coba tetapkan target yang realistis. Ini merupakan langkah manajemen ekspektasi selanjutnya.
Seperti yang sudah Glints singgung, kalau targetmu terlalu tinggi, saat tak tercapai, kamu bisa kecewa. Akan tetapi, kalau targetmu terlalu rendah, usahamu menggapainya jadi kurang maksimal.
Itulah mengapa, seperti dituliskan BBC Bitesize, kamu tak boleh optimis dan pesimis berlebihan.
Sebagai tips, coba pakai teknik SMART untuk tetapkan target. SMART merupakan singkatan dari:
- specific (spesifik)
- measureable (terukur)
- achievable (realistis)
- relevant (penting bagimu, waktunya tepat)
- time-bound (memiliki deadline)
Misalnya, kamu ingin segera mendapatkan pekerjaan. Tujuan tersebut bisa dirinci lagi menjadi:
a. Specific
- Kamu ingin kerja di bidang apa? (misalnya pemasaran, sales, administrasi, dll.)
- Kamu ingin kerja di kota mana?
- Apa dokumen cari kerja yang harus disiapkan?
b. Measureable
- Berapa banyak lamaran yang harus kamu kirim dalam seminggu?
c. Achievable
Di tahap inilah skill manajemen ekspektasi sangat dibutuhkan.
- Bagaimana caranya mendapat pekerjaan?
- Apa saja halangan/tantangan yang kamu punya?
- Apakah masih ada skill yang harus kamu pelajari?
d. Relevant
- Kenapa mendapat pekerjaan penting bagimu?
- Kenapa kamu harus bekerja di bidang/kota tertentu?
e. Time-bound
- Apa yang bisa kamu lakukan hari ini?
- Apa yang bisa kamu lakukan minggu ini?
- Apa yang bisa kamu lakukan bulan depan?
3. Fokus ke hal yang bisa kamu kontrol
Selanjutnya, fokuslah ke hal-hal yang bisa kamu kontrol.
Kita kembali ke contoh pencarian kerja. Kamu hanya bisa berusaha memperbaiki CV, latihan interview, atau mengasah skill. Jadi, coba maksimalkan semua itu.
Kamu tak bisa mengontrol keputusan akhir rekruter. Jadi, jangan terlalu pikirkan hal ini. Selalu usahakan yang terbaik, tapi ingat bahwa tak semua hal bisa kamu kontrol.
4. Siapkan hal-hal yang tak terduga
Terakhir, kejadian-kejadian yang tak terduga hampir pasti ada. Tanamkan ini di dalam pikiranmu sehingga kamu tak kaget kalau sampai terjadi.
Kalau kamu mengalaminya, merasa sedih tentu sah-sah saja. Akan tetapi, jangan berlarut-larut, ya.
Seperti dituliskan Psychology Today, lihat sisi positif dari kejadian tersebut. Kalau memang kamu bisa belajar dan berkembang karenanya, mengapa tidak hadapi saja?
Demikian penjelasan Glints soal manajemen ekspektasi. Yuk, asah terus skill ini agar karier dan dirimu terus berkembang!
Masih ada kemampuan-kemampuan lain yang tak kalah penting dikuasai. Kamu bisa mempelajari semuanya secara gratis di artikel-artikel Glints Blog. Klik saja link–link di bawah ini: