Luxury Marketing: Definisi dan 6 Contoh Strateginya
Isi Artikel
Apakah kamu pernah mendengar istilah luxury marketing? Istilah yang satu ini mungkin belum banyak terdengar di bidang digital marketing.
Akan tetapi, topik mengenai luxury marketing layak untuk dipelajari lebih dalam.
Selain bermanfaat untuk menambah wawasan, beberapa strateginya mungkin juga cocok untuk diterapkan pada beberapa brand serupa yang menyediakan barang atau jasa eksklusif.
Nah, artikel ini bertujuan untuk memberi gambaran lebih banyak mengenai apa itu luxury marketing dan contoh strateginya.
Langsung saja kita simak pembahasan lengkapnya yang telah Glints siapkan untukmu!
Definisi Luxury Marketing
Dilansir dari Top Marketing School, luxury marketing adalah strategi pemasaran untuk barang-barang mewah (luxury goods).
Strategi pemasaran luxury brand ini menarik untuk dibahas. Brand mewah tidak akan mempromosikan barangnya seperti brand-brand mainstream pada umumnya.
Kamu pasti tidak pernah melihat iklan Gucci, Louis Vuitton, ataupun Chanel di saluran televisi lokal, bukan?
Orang-orang juga pasti jarang melihat iklannya terpampang di billboard.
Lantas, bagaimana cara mereka mempertahankan branding dan menjalankan strategi pemasarannya?
Strategi Luxury Marketing
Berikut beberapa strategi luxury marketing yang dapat kamu pelajari.
Strategi di bawah ini dapat menjadi inspirasi bagi kamu yang bekerja sebagai marketer di perusahaan yang menawarkan barang sejenis luxury goods.
1. Menyaring negative keywords
Strategi pertama yang biasanya dilakukan oleh luxury brand adalah menyingkirkan keywords yang justru biasa digunakan oleh brand mainstream.
Negative keywords adalah keywords yang tidak ingin kamu asosiasikan dengan produkmu.
Bagi luxury brand sendiri, biasanya mereka menghindari keywords seperti:
- cheap (murah)
- sale (diskon)
- free (gratis)
Keywords di atas memang kemungkinan besar tidak cocok dengan buyer persona barang-barang mewah.
2. Menentukan dan mengoptimalkan buyer persona
Bicara mengenai buyer persona, luxury brand juga pasti memiliki buyer persona yang jumlahnya lebih dari satu.
Prinsip buyer persona ini tidak jauh berbeda antara luxury marketing dan strategi marketing pada umumnya.
Ketika membuat profil buyer persona, biasanya terdapat informasi-informasi di bawah ini:
- demografi
- minat
- pekerjaan
- hobi
- pendapatan
- usia
Luxury brand pasti mengetahui bahwa konsumen mereka rata-rata berpenghasilan tinggi, namun pertanyaannya, bagaimana cara mereka menjangkaunya?
Nah, dengan membuat buyer persona ini, brand menjadi semakin mudah menargetkan konsumennya terutama dalam merancang social media ads atau online campaign lainnya.
3. Optimasi mesin pencari Bing
Menurut data yang dilansir dari Word Stream, ternyata 1/3 penggunanya memiliki penghasilan di atas 100.000 dolar AS.
Data ini mungkin kurang relevan jika digunakan untuk market Indonesia. Namun, ini merupakan insight penting yang dapat diteliti kembali oleh luxury brand di Indonesia.
Siapa tahu banyak orang Indonesia berpenghasilan tinggi yang cenderung menggunakan mesin pencari Bing dari pada Google.
Jika ternyata demikian, sudah saatnya untuk mengoptimasi SEO Bing dari pada Google. Budget yang dialokasikan pun kini semakin efektif dan lebih tepat sasaran.
4. Influencer marketing
Siapa bilang luxury marketing tidak melibatkan influencer marketing?
Luxury brand juga memanfaatkan popularitas dan pengaruh influencer untuk mendukung strategi branding dan marketing mereka.
Namun, brand pasti akan memastikan bahwa influencer yang dipilih memang memiliki audiens yang sesuai dengan buyer persona.
Sangat kecil kemungkinannya mereka akan bekerja sama dengan influencer yang memang dikenal jarang memakai luxury brand.
Jadi, jenis influencer yang biasanya terlibat dalam pemasaran luxury brand adalah mega dan makro influencer.
5. Brand ambassador
Brand ambassador memiliki peran yang sedikit berbeda dengan influencer.
Mereka berdua sama-sama mendukung brand dan berpengaruh atas opini atau persepsi yang dihasilkan dari kerja sama yang terjalin.
Namun, influencer tidak bisa mewakili brand untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak tertentu, termasuk media dan juga konsumen.
Selain itu, bentuk kerja samanya juga berbeda. Influencer biasanya bertugas untuk memposting sejumlah foto atau video materi promosi brand.
Sementara itu, tugas brand ambassador lebih dari itu. Mereka merupakan representasi dari brand dan bekerja sama untuk waktu yang lebih lama.
6. Luxury marketing content
Luxury marketing juga melibatkan strategi content marketing.
Dilansir dari Neil Patel, luxury brand biasanya menitikberatkan strateginya pada jenis content storytelling.
Baik itu mengenai sejarah brand, tagline brand, maupun proses pembuatan produk.
Selain itu, konten media sosial juga dimanfaatkan untuk menjalankan kampanye mengenai produk series baru yang akan launching dalam waktu dekat.
Hal ini akan menambah euforia yang hasil akhirnya adalah brand awareness dan konversi yang meningkat.
Demikian pembahasan mengenai apa itu luxury marketing dan contoh-contoh strateginya. Semoga dapat memberikan wawasan dan inspirasi baru untuk kamu terapkan.
Mau tahu insight menarik lain seputar digital marketing? Ayo baca lebih banyak artikel di Glints Blog!
Di sana, kamu bisa temukan banyak topik terkait strategi, tren terbaru, hingga ide promosi yang dapat kamu manfaatkan sebagai referensi.
Tertarik? Ayo temukan kumpulan artikel terbarunya di sini! Semuanya gratis.