Mengenal Influencer, Mulai dari Arti, Manfaat, hingga Jenis-jenisnya
Menjadi influencer adalah salah satu cita-cita yang populer di generasi ini.
Seperti kata Bloomberg, 86% orang di usia 13-38 ingin jadi seorang influencer.
Pasalnya, memang pekerjaan ini terlihat mudah dan santai.
Belum lagi, penghasilannya juga besar dan sangat menggiurkan.
Akan tetapi, apakah kamu tahu bahwa pekerjaan sebagai influencer itu tidak semudah yang dibayangkan?
Nah, dalam artikel ini, Glints akan mengupas tuntas tentang influencer.
Dengan informasi ini, kamu bisa lebih paham tentang pekerjaannya secara menyeluruh.
Yuk, langsung masuk ke pembahasannya!
Isi Artikel
Apa Itu Influencer?
Sebenarnya, apa arti dari influencer itu sendiri?
Secara harfiah, arti influencer dalam bahasa Indonesia adalah “pemberi pengaruh”.
Menurut Influencer Marketing Hub, influencer adalah seseorang yang punya kekuatan untuk memengaruhi keputusan orang lain.
Kekuatan ini datang dari statusnya sebagai orang yang memiliki otoritas, pengetahuan, kedudukan, atau hubungan tertentu dengan audiensnya.
Sebenarnya, influencer tidak harus selalu artis atau selebritas.
Akan tetapi, umumnya demikian.
Pasalnya, mereka memiliki followers dalam jumlah banyak dan digemari orang-orang.
Dengan begitu, apa yang mereka katakan mudah dipercaya dan diikuti.
Biasanya, seorang influencer punya niche khusus tertentu.
Contohnya, influencer Tasya Farasya dan Suhay Salim yang mengedukasi tentang dunia kecantikan.
Karena sudah sangat terkenal dengan pengetahuan di bidang kecantikan, orang-orang akan mudah percaya dengan review atau opini dari kedua sosok tersebut.
Kenapa Influencer Marketing Penting?
Karena influencer semakin banyak dan dibutuhkan di dunia marketing, muncul istilah influencer marketing.
Strategi marketing ini salah satu yang paling penting dan berdampak di era digital ini.
Alasannya adalah karena tingkat kepercayaan yang dapat dibangun oleh para influencer tersebut.
Orang-orang semakin kurang percaya dengan iklan yang terlalu banyak menawarkan janji.
Akan tetapi, dengan produk yang dicoba dan di-review oleh influencer, orang bisa lebih mudah percaya.
Oleh karena itu, bagi para influencer, sangat penting untuk membangun hubungan dan komunitas dengan para followers-nya.
Dengan begitu, engagement akan semakin tinggi.
Pada akhirnya, hal ini tidak hanya memberi manfaat bagi brand saja, tetapi juga bagi influencer itu sendiri.
Semakin terpercaya, maka followers pun semakin banyak.
Otomatis, brand–brand juga akan makin berminat untuk bekerja sama dengan influencer tersebut.
Karena memegang kepercayaan dari banyak brand dan followers-nya, seorang influencer harus cermat dalam melakukan tugasnya.
Jadi, apa yang dikatakannya di platform mana pun tidak bisa asal dan harus banyak pertimbangan.
Perbedaan Influencer dengan KOL
KOL (key opinion leader) sering dianggap sama dengan influencer.
Padahal, KOL dan influencer punya perbedaan dalam definisinya.
Menurut Influencity, influencer identik dengan sosok yang aktif di platform media sosial saja.
Sementara, KOL juga bisa saja ada di media sosial.
Akan tetapi, mereka juga punya profesi lain, misalnya jurnalis, entrepreneur, penulis, atau politisi.
Salah satu contoh yang paling terkenal adalah Najwa Shihab.
Ia adalah seorang jurnalis dan presenter. Ia pun punya visibilitas di media sosial.
Opini yang ia lontarkan di profilnya bisa memengaruhi opini para followers-nya, sama seperti influencer.
Akan tetapi, fokus utamanya bukan membangun karier di media sosial.
KOL juga tidak sering atau bergantung pada endorsement untuk mendapatkan penghasilan.
Meski begitu, ada pula KOL yang bekerja sama dengan brand–brand tertentu.
Pada dasarnya, perbedaan fundamental dari KOL dan influencer adalah motivasinya dalam memberi pengaruh pada audiens.
Influencer berfokus pada membangun komunitas dan mendapatkan keuntungan dari kerja sama dengan brand untuk mempromosikan sesuatu.
Sementara, ini tidak selalu penting untuk KOL.
Akan tetapi, dapat berkomunikasi dengan followers-nya pun merupakan hal yang penting untuk mereka sebagai bagian dari misinya sebagai profesional.
Nah, jika masih penasaran tentang perbedaan kedua sosok di media sosial ini, Glints sudah pernah menjelaskannya dalam sebuah artikel khusus.
Yuk, baca artikelnya dengan klik tombol di bawah ini!
Jenis Influencer
Ternyata, influencer punya kategori yang berbeda-beda.
Secara umum, influencer bisa dikategorikan berdasarkan jumlah followers-nya dan di platform apa ia berfokus membuat konten.
Berdasarkan jumlah followers
1. Mega influencer
Mega influencer adalah jenis influencer yang punya followers paling banyak dibanding yang lainnya.
Influencer ini bisa punya followers lebih dari 1 juta orang di satu platform, lho.
Biasanya, mereka memang orang yang sudah terkenal karena berstatus sebagai bintang, seperti aktor, musisi, pemain sepak bola, dan lainnya.
Jika brand mau bekerja sama dengan orang ini, sudah pasti rate card-nya sangat mahal.
2. Macro influencer
Macro influencer ada di posisi setelah mega influencer.
Untuk brand–brand besar, kategori influencer ini lebih terjangkau.
Untuk masuk ke kategori ini, followers-mu harus berkisar antara 40.000-1 juta orang.
3. Micro influencer
Micro influencer biasanya adalah akun yang berkembang dari orang biasa.
Maksudnya, mereka tidak selalu artis atau sebagainya.
Akan tetapi, mereka punya pengetahuan mendalam tentang suatu niche.
Micro influencer memiliki followers sekitar 1.000-40.000 orang di satu platform media sosial.
4. Nano influencer
Nano influencer pada dasarnya adalah influencer yang masih baru mengembangkan presence-nya di media sosial.
Jumlah followers-nya pun tidak banyak.
Jika punya followers di bawah 1.000 orang, kamu pun bisa termasuk nano influencer.
Untuk brand atau online shop kecil, nano influencer bisa sangat membantu.
Pasalnya, mereka punya followings yang cukup banyak, tetapi biaya kerja samanya tidak begitu mahal.
Berdasarkan platform
Kita paling sering menemukan influencer di platform Instagram.
Akan tetapi, platform media sosial lainnya juga punya banyak influencer, lho.
Kalau tertarik menjadi influencer, kamu dapat menimbang platform mana yang paling cocok untuk dijadikan fokus.
Apabila bertindak sebagai brand yang ingin bekerja sama dengan influencer, kamu juga bisa memperluas pencarianmu ke platform lain selain instagram.
Pasalnya, format konten dari para influencer ini berbeda-beda.
Nah, ini dia pembahasannya.
1. Blog
Blogger influencer dianggap punya hubungan yang paling autentik dengan para audiensnya.
Tipe influencer ini biasanya menyampaikan konten lewat tulisan.
Mereka bisa me-review produk, memberikan opini, dan menceritakan banyak hal lewat postingannya.
Blog umumnya sangat tersegmentasi.
Misalnya, satu influencer/blogger punya blog khusus tentang keuangan, kesehatan, lifestyle, atau bisnis saja.
Ia akan membahas banyak hal yang terkait dengan niche topik pilihannya.
2. YouTube
Kalau suka mengambil dan mengedit video, YouTube adalah platform yang cocok untukmu.
Dengan format video, influencer bisa berbagi banyak hal, mulai dari kesehariannya hingga review produk tertentu.
Sampai saat ini, YouTube adalah salah satu platform bagi para influencer yang paling banyak diminati.
3. Podcast
Platform yang sedang semakin naik daun saat ini adalah podcast.
Di platform ini, format konten yang dibuat adalah suara, seperti radio.
Meski terdengar membosankan, sebenarnya format konten ini tak kalah menarik, lho.
Peminatnya juga semakin banyak dari tahun ke tahun.
4. Media sosial
Instagram dan Twitter adalah dua media sosial yang juga banyak digunakan para influencer.
Platform ini menyediakan banyak fitur untuk berbagi konten, mulai dari gambar, video, hingga teks.
Semakin kreatif seorang influencer, semakin banyak pilihan konten yang bisa di-upload di media sosial ini.
Nah, itu dia pemaparan Glints soal influencer. Apakah sekarang kamu punya gambaran lebih jelas tentang profesi sebagai influencer?
Untuk memahami lebih lanjut tentang hal ini, masih banyak artikel Glints lainnya yang bisa kamu baca dengan klik tombol di bawah ini.