Co-Marketing, Strategi Pemasaran dengan Menggandeng Perusahaan Lain

Diperbarui 20 Jan 2021 - Dibaca 11 mnt

Isi Artikel

    Kadang kala, perusahaan merasa tidak cukup untuk melakukan strategi marketing sendirian. Perusahaan membutuhkan perusahaan lainnya untuk menjalankan teknik pemasaran yang disebut dengan co-marketing.

    Beberapa perusahaan mengaku strategi ini cukup ampuh untuk memperluas jangkauan marketing mereka.

    Sebenarnya, apa makna dari strategi itu dan bagaimana cara menjalankannya? Yuk, simak penjelasan Glints berikut ini!

    Baca Juga: Ikuti 7 Tren Marketing di Tahun 2020-2021 Ini agar Bisnis Makin Maju

    Apa Itu Co-Marketing?

    co marketing

    © Pexels.com

    Mi instan adalah makanan andalan masyarakat Indonesia. Begitu pula dengan telur goreng.

    Keduanya memang sudah enak dimakan tanpa pelengkap apa pun. Namun jika keduanya digabungkan, rasanya akan semakin nikmat.

    Kurang lebih itulah analogi dari co-marketing. 

    Dilansir dari BigCommerce, co-marketing adalah upaya pemasaran bersama antara dua atau lebih perusahaan untuk mempromosikan kedua bisnis secara bersamaan.

    Dengan kata lain, dua atau lebih perusahaan akan melakukan strategi pemasaran secara bersamaan dalam jangka waktu tertentu.

    Strategi pemasaran yang dimaksud bisa berupa apa saja, mulai dari logo, memasukkan link website satu sama lain, kemasan produk, dan sebagainya.

    Layaknya analogi di atas, sebenarnya kedua perusahaan mampu melakukan strategi pemasaran masing-masing. Namun, co-marketing bisa memaksimalkan berbagai upaya tersebut.

    Pasalnya, ada berbagai manfaat yang bisa didapatkan perusahaan jika menerapkan strategi tersebut.

    Kedua perusahaan bisa sama-sama memperluas jangkauan terhadap pelanggan, meningkatkan brand awareness, hingga menawarkan jenis konten baru kepada pelanggan, seperti ditulis HubSpot.

    Dalam strategi pemasaran bersama ini, tidak ada salah satu pihak yang lebih untung dan lebih rugi. Strategi ini menerapkan prinsip simbiosis mutualisme.

    Semua perusahaan yang bergabung harus sama-sama mendapatkan keuntungan.

    Siapa pun bisa menjalankan co-marketing. Ada perusahaan yang melakukan strategi marketing ini dengan perusahaan lain di industri yang sama.

    Ada pula perusahaan yang lebih memilih perusahaan di bidang industri lainnya. Jadi, keduanya akan saling melengkapi dalam kerja sama tersebut.

    Baca Juga: Memahami Marketing Funnel dan Strategi Suksesnya

    Cara Menjalankan Co-Marketing

    membangun tim startup

    © Pexels.com

    1. Tentukan tujuan

    Sebelum menjalankan strategi ini, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menentukan tujuan kolaborasi tersebut.

    Hal apa yang ingin kamu capai dari hasil co-marketing tersebut? Apakah kamu sekadar ingin menambah followers Instagram, menambah traffic website, atau meningkatkan penjualan?

    Dengan menentukan tujuan terlebih dahulu, kamu bisa mengetahui gambaran perusahaan yang akan kamu ajak kerja sama.

    2. Riset perusahaan

    Setiap perusahaan memiliki target pasarnya masing-masing. Jika kamu ingin strategi co-marketing berhasil, kamu bisa memilih perusahaan yang memiliki target pasar serupa denganmu.

    Jika kamu memilih perusahaan dengan target pasar yang jauh berbeda dengan perusahaanmu, strategimu justru bisa gagal. Sebab, target pasar mereka bisa jadi tidak tertarik dengan brand-mu.

    Setelah memilih beberapa perusahaan yang bisa kamu ajak kerja sama, riset latar belakang, reputasi, dan kondisi mereka saat ini, seperti ditulis Sprout Social.

    3. Kontak perusahaan

    Jika kamu telah memilih salah satu perusahaan terbaik untuk diajak kerja sama, kontak perusahaan tersebut.

    Kamu bisa membuat pitch deck dan mempresentasikan rencana strategi pemasaran yang akan kamu jalankan.

    Buat mereka terpukau dan yakin bahwa co-marketing tersebut akan menguntungkan perusahaanmu dan perusahaan mereka.

    4. Buat strategi co-marketing

    Dalam menentukan strategi ini, kamu perlu menganalisis kelebihan dari setiap perusahaan. Jadikan kelebihan tersebut sebagai poin kuat dalam strategimu.

    Sebagai contoh, kamu memiliki banyak traffic website. Namun, jumlah followers media sosialmu belum sebanyak perusahaan rekanmu.

    Maka, kamu bisa menjadikan dua hal tersebut sebagai bagian dari strategi co-marketing kalian.

    5. Analisis dan evaluasi

    Ada perusahaan yang menjalankan co-marketing dalam jangka waktu tertentu. Ada pula yang memutuskan untuk menjalani tersebut secara permanen.

    Bagaimana pun perjanjiannya, semua perusahaan harus transparan dalam melaporkan hasil strategi co-marketing-nya.

    Jika hasilnya belum sesuai harapan, semua pihak harus bekerja sama agar hasilnya memuaskan.

    Baca Juga: Mengenal Viral Marketing, Teknik Pemasaran yang Mengandalkan Audiens

    Co-Marketing Vs Co-Branding

    guerilla marketing adalah

    © Freepik.com

    Banyak orang kerap menyamakan co-marketing dengan co-branding. Sekilas keduanya memang tampak serupa. Namun, keduanya tentu saja berbeda.

    Pada dasarnya, co-marketing terjadi ketika dua brand sepakat untuk menjalani upaya pemasaran bersama dengan saling mempromosikan produk atau layanan satu sama lain.

    Dalam kerja sama ini, tidak ada suatu produk atau layanan baru yang dibuat. Tujuannya lebih pada memperluas penjualan, meningkatkan engagement, dan sebagainya.

    Sementara itu, co-branding terjadi ketika dua brand yang berbeda bergabung untuk menciptakan suatu produk atau layanan, seperti ditulis ImpactBND. Produk atau layanan tersebut harus menunjukkan identitas kedua brand.

    Dengan co-branding, setiap perusahaan memiliki kesempatan yang sama untuk memperkenalkan produk atau layanannya kepada target market brand lainnya.

    Baca Juga: Email Marketing vs Social Media Marketing, Mana yang Lebih Efektif?

    Contoh Co-Marketing

    co marketing

    © Popbuzz.com

    Salah satu contoh pemasaran bersama yang sukses adalah kerja sama Uber dengan Spotify pada 2014.

    Keduanya memiliki bidang industri yang berbeda. Namun, ada kesamaan target pasar di antaranya.

    Uber dan Spotify akhirnya sepakat untuk menjalani marketing bersama dengan tujuan yang serupa, yaitu mendapatkan lebih banyak pengguna, seperti dikutip dari Rebrandly.

    Kala itu, setiap penumpang Uber yang naik kendaraan dengan pemutar musik berhak memilih lagu dari playlist di Spotify. Penumpang bisa memilih lagu dari playlist-nya, playlist orang lain, atau lagu-lagu lain yang tersedia.

    Dengan begitu, penumpang bisa mendengarkan musik favoritnya di Spotify kala melakukan perjalanan dengan Uber.

    Baca Juga: Mengenal Remarketing, Strategi Ampuh untuk Tingkatkan Brand Awareness

    Demikian penjelasan Glints tentang co-marketing. Jadi, tertarik untuk menjalankan strategi pemasaran yang satu ini?

    Selain pemasaran bersama, ada banyak strategi marketing lainnya yang banyak digunakan perusahaan saat ini. Jika kamu tertarik untuk mendalami soal marketing, yuk, ikuti kelas online Gints ExpertClass!

    Ada banyak kelas yang membahas soal marketing. Menariknya lagi, semua kelas tersebut dibawakan oleh seseorang yang profesional di bidangnya.

    Tunggu apa lagi? Yuk, sign up dan ikuti kelasnya!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.5 / 5. Jumlah vote: 2

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait