Affinity Diagram: Definisi, Kegunaan, dan Cara Membuatnya

Diperbarui 11 Des 2023 - Dibaca 8 mnt

Bila mengalami kesulisan saat merumuskan ide karena banyaknya hasil riset hingga informasi yang didapatkan, affinity diagram adalah cara tepat untuk membantumu.

Affinity diagram berbentuk metode yang bisa kamu gunakan untuk mengorganisasi insights dan data yang kamu butuhkan untuk mewujudkan suatu ide.

Nah, apa itu affinity diagram dan bagaimana, sih, manfaatnya untuk kamu? Yuk simak rangkuman Glints di bawah ini!

Definisi Affinity Diagram 

Dikutip dari Interaction-Design, affinity diagram adalah kumpulan data dalam jumlah besar yang diatur dalam kelompok atau tema tertentu berdasarkan hubungan antar data.

Affinity diagram ini sangat baik digunakan jika kamu ingin memahami wawasan/informasi yang dikumpulkan selama kamu melakukan riset, atau untuk mengatur ide-ide.

Praktisi UX design, Matthew Weprin dalam UXDict menyebut saat metode desain tradisional masih sering kesulitan mengorganisasi data yang kompleks dan berjumlah banyak, affinity diagram akan memudahkan hal tersebut.

Metode affinity diagram ini bisa digunakan untuk analytical thinking begitu juga mengorganisasikan ide kreatif bahkan intuisi. 

Affinity diagram pertama kali diperkenalkan oleh Antropologis asal Jepang, Kawakita Jiwo pada tahun 1960. 

Lalu bagaimana diagram ini membantu proses desain kamu?

Affinity diagram akan membantu kamu untuk mensintesis informasi dan wawasan.

Metode ini bisa digunakan hampir pada setiap tahap design thinking termasuk fase Define atau mendefinisikan dan Ideate atau ideasi.

Baca Juga: Temukan Ide dan Rancangan Desain yang Tepat dengan Proses Conceptual Design

Kegunaan Affinity Diagram

Terdapat dua kegunaan dari affinity diagram, yaitu:

1. Alat penelitian atau research tool

Dalam penelitian, kamu akan menghadapi jumlah data yang besar dengan fokus yang berbeda-beda. 

Metode affinity diagram ini bisa digunakan untuk menentukan hubungan antar data penelitian, sekaligus untuk menemukan informasi dari data yang akan digunakan untuk mengembangkan konsep desain.

Baca Juga :  Mengenal Agile Software Development dan Pengaruhnya

Dengan pendekatan ini, tim kamu akan dapat mengembangkan hierarki hubungan yang signifikan atau tema dan insights yang akan dibawa. 

Adanya hierarki ini akan membantu kamu menentukan level fokus dari beberapa ide dan tema saat tahap ideasi sebuah rancangan desain.

2. Alat brainstorming

Affinity diagram juga dapat digunakan selama tahap pembuatan ide atau brainstorming dalam proyek pembuatan desain. 

Affinity diagram digunakan untuk menyaring ide desain yang ada.

Tim desain bisa memutuskan ide apa yang akan diambil atau digunakan selama proses ideasi berlangsung.

Kemudian, ide akan dikombinasikan dengan fitur dan tema yang telah dipilih dari brainstorming, affinity diagram, dan penyaringan data sebelumnya. 

Baca Juga: Menggemari Seni? Kenali Dunia Desain Grafis dan Lingkup Kerjanya

Cara Membuat Affinity Diagram

tips menggunakan empathy map peta empati

© Freepik.com

Cara terbaik untuk membuat affinity diagram adalah dengan tim desain sekaligus orang-orang yang terlibat dalam proses sebelumnya seperti riset dan ideasi.

Kamu juga bisa membuat affinity diagram sendiri, namun akan lebih baik jika melakukannya bersama tim desain karena kamu bisa melakukan diskusi aspek-aspek desainnya.

Berikut adalah tahapan membuat affinity diagram yang bisa kamu ikuti:

Tahap 1: Kelompokkan data yang sama

  1. Tuliskan data-data berupa informasi kecil seperti fakta, gambar, ide, kutipan dan lainnya pada Post-it, kartu, atau kertas kecil. Ingat bahwa satu kertas/Post-it berisikan satu data.
  2. Taruh Post-it di tembok, papan tulis, atau meja tempat diskusi. Penggunaan Post-it ini akan memudahkan kamu menempel dan memindahkan data-data ke bagian/kategorinya. 
  3. Pilih Post-it secara random, dan buatlah grup/kategori berdasarkan Post-it tersebut.
  4. Ambil Post-it lain dan tanyakan kepada tim “Apakah informasi/data yang ada dalam Post-it kali ini mirip dengan yang sebelumnya?”. Jika mirip, kamu bisa meletakkannya di grup/kategori yang sama. 
  5. Lanjutkan proses ini dan kamu akan mendapatkan beberapa grup/kelompok kategori dari ide-ide yang kamu susun. 
Baca Juga :  20 Skill yang Wajib Dikuasai Web Designer di 2024, Catat!

SDengan metode ini, tim desain yang terlibat bisa melihat dari sudut pandang ide-ide dan kemungkinan lain. 

Pemahaman tim akan lebih baik, serta lebih mudah dan efektif dalam  mengkomunikasikan temuan serta ide. 

Tahap 2: Diskusi dan klarifikasi cluster data

Sekarang kamu telah memiliki kelompok data yang terkait, tahap selanjutnya adalah untuk mendiskusikan masing-masing kelompok dengan lebih detail.

  1. Diskusikan ini dengan tim desain dan lakukan satu per satu. 
  2. Jika menemukan masalah/isu, kamu bisa mengorganisasi kembali data dalam kelompok tersebut. 
  3. Saat semua tim sudah setuju dengan data di masing-masing kelompok, kamu bisa memberi nama/judul dari tiap kelompok. 
  4. Opsional: kamu bisa menggunakan garis untuk menghubungkan kelompok yang berhubungan. 

Tahap 3: Menghubungkan kelompok data

Tahap terakhir dari pembuatan affinity diagram adalah menghubungkan kelompok data agar ide yang dibawa tetap terhubung hingga akhir proses desain. 

Dengan menggunakan affinity diagram, data yang kamu punya akan lebih terorganisir. Hal ini tentunya membantu kamu dalam menganalisis dan menggunakan data tersebut nantinya.

Ini juga akan membantu mendefinisikan setiap data atau ide yang kamu punya untuk melanjutkan ke fase berikutnya yaitu proses desain.

Baca Juga: Ketahui Kapan Saatnya Pakai Design Sprint atau Design Thinking

Nah, itu dia rangkuman dari Glints tentang affinity diagram.

Metode ini dapat membuat proses ideasi dan pengerucutan data semakin efektif.

Selain metode ini, kamu bisa juga mengetahui metode atau pendekatan dalam bidang desain yang bisa kamu gunakan.

Klik di sini untuk temukan dan baca informasi tentang desain lainnya.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terkait

Glints TapLoker Icon