Sebelum Menulis untuk UX, Pahami Dulu 7 Prinsipnya di Sini!
Isi Artikel
Tahukah kamu, copy dari suatu produk bisa mempengaruhi pengalaman pengguna, lho! Itulah mengapa, UX writing memiliki prinsip yang wajib kamu taati.
Sejatinya, prinsip ini merupakan pecahan dari tujuan utama menulis UX, yakni membantu user menggunakan produk.
Lantas, apa sajakah aturan-aturan itu? Merangkum Adobe XD Ideas, UX Planet, dan UX Mag, inilah penjelasannya!
Prinsip dalam UX Writing
1. Jelas
Aturan pertama yang harus kamu ingat adalah kejelasan tulisan. Ingat, produkmu harus bisa digunakan oleh siapa pun.
Misalnya, gunakan frasa “kata sandi salah” alih-alih “data #4576 tidak ditemukan, coba kode lainnya”. Pasalnya, “kata sandi salah” lebih mudah dipahami.
2. Ringkas
Tulisan untuk user juga harus ringkas. Maksud dari prinsip UX writing ini adalah bersifat sependek dan seefisien mungkin.
Pilih copy “simpan perubahan?”, bukan “apakah kamu ingin menyimpan perubahan yang telah kamu buat?”. Dengan begitu, produk bisa lebih nyaman digunakan.
3. Dipilih yang terpenting
Sadarkah kamu, saat membaca layar, mata kita cenderung membentuk huruf “F”?
Dua kalimat pertama di bagian atas akan kita baca dengan serius. Setelah itu, kita turun ke bawah secara terus-menerus.
Hal ini juga diperhatikan dalam prinsip UX writing. Jika kamu menulis terlalu banyak copy di bagian atas, semua pesanmu takkan sampai.
Oleh karena itu, pilih satu hingga dua kalimat yang ringkas saja.
4. Hati-hati dengan humor
Candaan memang baik digunakan untuk membuat produkmu lebih mudah diterima. Pasalnya, ia membuat karyamu terasa “seperti manusia”.
Akan tetapi, pada prinsipnya, kamu harus berhati-hati menggunakan komedi dalam UX writing.
Hati-hati dengan hal sensitif dan budaya tertentu. Selain itu, beberapa lelucon bisa lucu saat pertama kali dilontarkan, namun menjadi menyebalkan setelah disampaikan berulang-ulang.
5. Selaras dengan brand
Prinsip UX writing selanjutnya berkaitan dengan perusahaan, bukan pengguna. Ingat, aspek yang harus dipikirkan dalam UX design bukan hanya pengguna, melainkan juga bisnis.
Oleh karena itu, selalu pastikan copy dan microcopy yang kamu buat sudah selaras dengan brand, ya!
Misalnya, brand perusahaan adalah profesional dan santai. Buat tulisan yang selaras dengan hal itu, alih-alih terlalu kaku.
6. Konsisten
Sama seperti UI design, UX writing juga harus konsisten dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
Misalnya, produk perusahaanmu adalah pemesanan tiket kereta. Nah, dalam halaman pemesanan, kamu menggunakan kata “pesan sekarang”.
Di halaman lain, misalnya halaman profil, ada juga tombol untuk memesan tiket secara cepat. Agar tidak membingungkan pengguna, pilih copy yang sama, yakni “pesan sekarang”.
Dengan menggunakan istilah yang konsisten, pengguna takkan bingung. Oleh karena itu, jangan lupakan prinsip UX writing yang ini, ya!
7. Hal lainnya
Ingat kembali tujuan utama dari UX writing, yuk! Tujuan itu adalah membuat pengguna mudah menggunakan produk.
Jika kamu selalu mengingat hal itu, saat menulis, semua yang kamu lakukan tinggal disesuaikan.
Misalnya, pilih kalimat aktif, alih-alih kalimat pasif. Ini akan membuat pengguna lebih mudah memahami apa maksudmu.
Contohnya, pilih “klik tombol search untuk mencari artikel”, bukannya “tombol search bisa kamu klik jika ingin mencari artikel”.
Ingat juga tempat kamu menulis. Jika kamu menulis untuk aplikasi, kata “sentuh” lebih cocok daripada “klik”.
Demikian penjelasan dari Glints soal prinsip dalam UX writing. Terapkan semuanya dalam pekerjaan sehari-harimu, ya!
Masih ada banyak informasi terbaru soal produk dan desain yang wajib kamu pahami. Tidakkah kamu takut ketinggalan?
Tenang, para ahli di Glints ExpertClass siap memberikanmu semua itu! Glints ExpertClass adalah seminar dari Glints dengan pemateri pakar berpengalaman.
Jangan sampai kamu ketinggalan, ya! Ikut kelasnya sekarang!