Ingin Ubah Harga Produk? Ketahui Dulu Customer Willingness to Pay-nya!

Diperbarui 18 Des 2020 - Dibaca 7 mnt

Isi Artikel

    Saat harus menaikkan harga produkmu, apa patokannya agar tak terlalu mahal? Willingness to pay (WTP) atau kesediaan membayar adalah jawabannya.

    Dengan mengetahui angka ini, keuntunganmu bisa maksimal, lho. Selain itu, risiko harga naik terlalu tinggi juga bisa ditekan. Ini tentu penting untuk pengembangan bisnismu.

    Nah, memangnya, apa itu willingness to pay? Glints akan menjelaskan semua tentangnya dalam artikel ini. Simak, yuk!

    Apa Itu Willingness to Pay?

    apa itu willingness to pay

    © Freepik.com

    Kata 3dcart, willingness to pay adalah harga tertinggi seorang pelanggan mau membeli produkmu.

    Misalnya, kamu menjual jasa konsultasi pengembangan diri. Harga yang kamu tetapkan adalah Rp100 ribu per konsultasi selama satu jam.

    Nah, jika tarifmu naik, pelanggan tak lagi mau membeli jasamu. Inilah yang dimaksud dengan willingness to pay.

    Angkanya bisa berupa tarif mutlak, misalnya Rp300 ribu. Akan tetapi, ia juga bisa berbentuk range atau kisaran, misalnya Rp500 ribu sampai dengan Rp700 ribu.

    Baca Juga: Strategi Diskon: Ketika Bisnis Memotong Harga untuk Tingkatkan Penjualan

    Faktor yang Memengaruhi Willingness to Pay

    faktor yang memengaruhi kesediaan membayar konsumen

    © Freepik.com

    1. Keadaan ekonomi

    Jika terjadi masalah ekonomi, apakah kamu tetap ingin berbelanja seperti biasanya? Jawaban idealnya adalah, tentu tidak.

    Itulah mengapa, naik-turun ekonomi adalah hal yang memengaruhi willingness to pay. Jika ekonomi sedang tak baik, besar kemungkinan, WTP produkmu akan turun.

    Sebab, semakin banyak orang yang ingin mengurangi pengeluaran mereka. Secara otomatis, pelanggan lebih suka dengan barang yang lebih murah.

    2. Tingkat tren produk

    Selain trending topic, apa lagi yang dipengaruhi oleh isu-isu panas? Willingness to pay dari produkmu adalah salah satunya. Glints akan memberikan contoh.

    Di awal masa pandemi corona, harga sabun cuci tangan mendadak meroket. Semua orang tetap rela membelinya meski harganya selangit.

    Ini merupakan salah satu bukti bahwa tren memengaruhi kemauan seseorang untuk membayar lebih.

    Sabun cuci tangan hanyalah salah satunya. Di luar itu, masih ada contoh topi Santa Claus saat Hari Natal, bahan-bahan makanan saat menjelang Idulfitri, dan lain-lain.

    Sayangnya, melansir Price Intelligently, pengaruh musim ini sulit dipantau.

    Meski begitu, kamu tak perlu khawatir. Kamu bisa belajar cara-cara memantau dan meriset tren dan pengaruhnya bagi penjualanmu. Datang saja ke Glints ExpertClass.

    Glints ExpertClass adalah kelas dengan sederet pemateri berpengalaman. Pembahasannya tak terbatas pada dunia penjualan dan pengembangan bisnis, lho.

    Untukmu yang ingin belajar banyak industri, inilah tempat yang tepat untukmu. Terlebih lagi, ada subscription plan yang bisa membuatmu belajar lebih banyak dengan harga lebih murah. Menarik, kan?

    Informasi lebih lengkapnya bisa kamu baca dengan klik gambar di bawah ini:

    3. Faktor internal pelanggan

    Kesediaan membayar pelanggan juga dipengaruhi oleh pengalaman mereka. Kalau pernah membeli bawang merah dengan harga Rp20 ribu/kg, mereka tentu berpikir dua kali untuk membeli saat harganya Rp25 ribu/kg.

    Jadi, dapat disimpulkan, faktor internal adalah komponen yang juga memengaruhi willingness to pay.

    Bukan hanya itu saja, lho. Faktor kebutuhan mereka, apakah produkmu jadi prioritas, hingga lokasi geografis pelanggan juga termasuk di dalamnya.

    Itulah mengapa, membuat buyer persona menjadi penting. Lewat tool ini, kamu bisa dengan mudah memahami pelangganmu dan pola pikirnya.

    Baca Juga: Ini Dia Perbedaan dan Persamaan antara User dan Buyer Persona

    4. Kelangkaan produk

    Coba perhatikan, barang-barang koleksi langka kerap punya harga lebih mahal dari biasanya. Namun, banyak orang yang tetap mau membelinya.

    Dengan alasan unik dan sulit didapatkan, WTP barang-barang ini melejit. Pelanggan mau menguras kantong lebih dalam karena barang tersebut langka.

    5. Kualitas produk

    Orang bilang, ada harga ada rupa. Frasa ini memang sering benar. Banyak orang yang mau membayar lebih jika produkmu punya kualitas prima.

    Cara Meriset Willingness to Pay

    cara meriset willingness to pay

    © Freepik.com

    Nah, sekarang, bagaimana cara menentukan angka ini? Melansir SendCloud, pilihan metode pengukuran willingness to pay adalah:

    • analisis data pasar
    • eksperimen
    • survei
    • dan lain-lain

    Baca Juga: Tahap Demi Tahap Melakukan Riset Pasar Dengan Efektif

    Demikian penjelasan dari Glints. Setelah ini, tentu saja, willingness to pay adalah konsep yang sudah kamu pahami. Jangan lupa, tentukan angka ini melalui metode yang sudah disebutkan, ya! 

    Sebab, melansir Harvard Business School, angka kesediaan membayar ini penting untuk kamu ketahui. Lewat informasi ini, kamu bisa menentukan harga maksimal hingga mencapai keuntungan yang maksimal pula.

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 1

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait