Hadapi Tuntutan di Era Media Sosial dengan Unfiltered Marketing
Isi Artikel
Internet memang banyak mengubah dunia pemasaran. Salah satu perubahan itu adalah lahirnya teknik unfiltered marketing.
Kira-kira, apa itu unfiltered marketing? Apa hubungannya dengan era digital? Kenapa pemasar harus memahaminya?
Jawabannya ada di dalam artikel ini. Simak selengkapnya, yuk!
Apa Itu Unfiltered Marketing?
Kita mulai pembahasan dari pengertian. Unfiltered marketing adalah sebuah teknik pemasaran yang mengedepankan kejujuran dan keaslian pesan yang disampaikan brand.
Konsep ini muncul untuk menjawab tantangan era digital. Di era ini, ada banyak sekali saluran untuk mendapat informasi. Ada media cetak, digital, sampai sosial.
Ini ternyata memengaruhi kepercayaan audiens terhadap suatu brand. Supaya lebih jelas, Glints akan memberikan contoh.
Misalnya, X adalah brand yang menjual kosmetik. Di media sosialnya, X tiba-tiba memberi dukungan untuk program pelestarian hewan yang terancam punah.
Sayangnya, kosmetik-kosmetik X diambil dari tanaman yang juga hampir punah.
Nah, di masa kini, dukungan X takkan ditelan mentah-mentah oleh audiens. Mereka justru kurang percaya dengan brand kosmetik ini, karena pesan yang disampaikan tak sejalan dengan bisnis mereka.
Istilah unfiltered marketing sendiri dipopulerkan oleh Stephen Denny dan Paul Leinberger lewat buku mereka.
Mengapa Unfiltered Marketing Penting?
Sekarang, kita bahas pentingnya strategi yang satu ini.
1. Turunnya kepercayaan audiens
Internet mempercepat pertukaran informasi. Apalagi, di masa kini, sudah ada smartphone dan media sosial yang menghubungkan kita semua.
Seperti yang sudah Glints singgung, ini ternyata memengaruhi kepercayaan konsumen. Mereka jadi lebih kritis terhadap pesan dari brand. Ini disampaikan oleh Stephen Denny lewat podcast The B2B Revenue Executive Experience.
Sebelum menaruh kepercayaan, audiens harus melihat, mendengar, dan mengalami semuanya sendiri. Itulah mengapa, unfiltered marketing pending.
Dengan strategi ini, pemasar, menyampaikan informasi dengan bukti. Akhirnya, kepercayaan audiens pun bisa didapatkan.
Jadi, jujurlah dengan nilai atau isu yang kamu tawarkan dan dukung.
2. Audiens yang mengambil alih kendali
Seperti yang sudah Glints singgung, audiens tak lagi menelan mentah-mentah pesan dari brand. Mengutip Inc, mereka justru mencari informasi lewat sesama konsumen.
Ada banyak review dan forum yang bermunculan. Di sana, audiens mencari testimoni jujur dari sesamanya. Perlahan tapi pasti, mereka pun mengambil alih kontrol.
Nah, era digital tak hanya menghadirkan unfiltered marketing. Perkembangan zaman juga banyak mengubah teknik pemasaran lainnya.
Kira-kira, apa sajakah itu? Yuk, ketahui jawabannya di Glints ExpertClass! Di kelas online ini, kamu bisa belajar ilmu dan strategi pemasaran terbaru.
Tak perlu khawatir, semua pemateri di Glints ExpertClass merupakan praktisi berpengalaman. Ilmu mereka tentu sesuai dengan praktik di dunia nyata.
Jadi, tunggu apa lagi? Pilih dan daftarkan dirimu ke kelas-kelas pemasaran berkualitas. Klik tombol di bawah ini, ya:
Contoh Unfiltered Marketing
Ternyata, sudah ada brand yang menggunakan strategi ini. Beberapa contohnya adalah:
1. L’Oréal Paris
Mengutip Business Insider, di awal pandemi, L’Oréal Paris mengadakan campaign untuk produk produk Excellence Crème. Produk ini merupakan pewarna rambut yang murah dan mudah dipakai.
Nah, untuk mempromosikannya, L’Oréal Paris menggandeng sang ambassador, Eva Longoria. Keduanya membuat sebuah iklan berdurasi 1 menit 30 detik.
Uniknya, iklan ini menggunakan teknik unfiltered marketing. Semuanya direkam lewat HP milik Longoria sendiri. Tempatnya juga bukan di studio, melainkan rumah.
Belum lagi, rambut Eva Longoria yang sudah abu-abu ditampakkan jelas. Ia juga mengecat rambutnya sendiri, tanpa bantuan orang lain. Kamu bisa menonton iklannya di bawah ini:
Dalam iklan ini, L’Oréal Paris mencoba menyampaikan pesan dengan jujur. Sebagai model iklan, Eva Longoria tampil dengan warna rambut aslinya.
Selain itu, ada tutorial singkat penggunaan Excellence Crème. Pewarna rambut ini pun berhasil menampilkan salah satu keunggulannya, yakni praktis.
2. Menantea
Menantea merupakan brand teh milik kakak beradik Jerome Polin Sijabat dan Jehian Panangian Sijabat. Pada peluncuran brand ini, keduanya mengambil teknik yang tak biasa.
Jerome sendiri merupakan seorang content creator, dan Jehian merupakan manajernya. Nah, Menantea dibangun lewat kolaborasi Jerome, Jehian, dan audiens keduanya.
Proses pembangunan brand ini kerap di-post di media sosial Instagram. Pesan yang disampaikan pun terasa jujur, layaknya unfiltered marketing. Beberapa contohnya ada di bawah ini.
Demikian penjelasan Glints seputar unfiltered marketing. Bagaimana, apakah kamu tertarik menggunakan teknik yang satu ini?
Apa pun strategi pemasaran yang kamu pilih, asah skill di Glints ExpertClass, ya. Dengan begitu, proses marketing bisa dijalankan dengan maksimal.