Mengekspresikan Warna dari Desain kepada Pelanggan melalui Teori Warna

Diperbarui 06 Jan 2021 - Dibaca 9 mnt

Isi Artikel

    Berbicara mengenai desain tentu tidak terlepas dari warna-warna yang mendasari di dalamnya. Nah, tahukah kamu teori warna atau color theory adalah salah satu pedoman yang digunakan oleh desainer dalam memilihnya?

    Dalam kehidupan sehari-hari, pasti kamu sering menemukan desain dengan warna yang cocok dan enak dipandang oleh mata.

    Namun, di sisi lain ada juga pemilihan warna desain yang tidak tepat dari sehingga mengakibatkan mata tidak nyaman.

    Lazimnya, seorang desainer menggunakan color theory supaya user dapat merasa nyaman dengan warna yang disajikan dari berbagai desain, entah itu logo, tampilan UI UX, dan lain-lain.

    Lalu, apa sih pengertian teori warna? Seberapa perlu kita menggunakannya dalam desain?

    Jangan khawatir, di bawah ini Glints telah merangkumnya untukmu.

    Apa Itu Teori Warna?

    color theory adalah

    © Freepik.com

    Dilansir dari Interaction Design Foundation, teori warna atau color theory adalah pedoman yang digunakan oleh desainer untuk menyampaikan pesan kepada pengguna melalui warna.

    Secara umum, warna memang bisa dilihat dari persepsi masing-masing orang. Ada yang menyukai warna tertentu atau bahkan tidak menyukainya.

    Namun, hal yang tidak disadari oleh entrepreneur adalah bahwa warna memiliki peran penting dalam membangun brand.

    Bahkan, menurut 99 Designs, orang-orang memutuskan apakah menyukai suatu produk atau tidak dalam waktu 90 detik atau kurang.

    Sebanyak 90% dari keputusan itu hanya didasarkan pada warna saja, bukan aspek yang lain.

    Dari sini, terlihat bahwa sebaiknya desainer grafis lebih peka dalam pemilihan warna dengan menggunakan teori warna.

    Baca Juga: CMYK dan RGB, Mana yang Cocok untuk Keperluan Desainmu?

    Kenapa Teori Warna Itu Penting?

    teori warna

    © Freepik.com

    Warna adalah salah satu komponen yang membuat sebuah benda, logo, atau desain tertentu menjadi lebih hidup.

    Menurut Design and Promote, warna menciptakan ide, mengekspresikan pesan, menumbuhkan minat, dan membangkitkan emosi dari user.

    Oleh karena itu, teori warna atau color theory adalah salah satu pedoman yang harus dipegang teguh oleh desainer.

    Selain itu, dilansir dari 99 Designs, teori warna juga memegang peran penting untuk kegiatan branding, marketing, bahkan penjualan.

    Sebab, melalui pengetahuan dasar tentang warna dan skema warna, kamu dapat membuat keputusan yang baik dalam membangun citra brand yang efektif, terutama melalui desain.

    Bayangkan saja jika kamu misalnya melakukan social media marketing di Instagram, tetapi warna yang disajikan di desain postingan bertabrakan dan tidak sesuai dengan teori warna.

    Otomatis, engagement-mu akan sulit naik karena pengunjung tidak tertarik dengan apa yang kamu sajikan.

    Teori Warna dan Color Wheel

    color theory adalah

    © Freepik.com

    Jika dilihat dari sejarah, Sir Isaac Newton menemukan roda warna pada tahun 1666.

    Dalam roda warna, dia mengkategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu primer, sekunder, dan tersier.

    1. Primer

    Menurut Hubspot, warna primer adalah warna yang tidak bisa kamu buat dengan menggabungkan dua warna atau lebih secara bersamaan.

    Dengan kata lain, primer menjadi warna dasar.

    Contoh dari warna primer adalah merah, kuning, dan biru.

    2. Sekunder

    Berbeda dengan primer, warna sekunder justru warna yang dihasilkan dari gabungan dua dari tiga warna primer di atas.

    Contoh dari warna sekunder:

    • merah + kuning: oranye
    • biru + merah: ungu
    • kuning + biru: hijau

    3. Tersier

    Warna tersier dinilai lebih rumit dari dua warna di atas. Sebab, ini merupakan campuran antara warna primer dan sekunder.

    Agar memahami warna ini dengan baik, kamu harus memahami semua komponen warna lainnya.

    Pasalnya, tidak semua warna primer dapat digabungkan dengan warna sekunder, dan begitu sebaliknya.

    Salah satu contoh dari warna tersier adalah merah + ungu: magenta.

    Baca Juga: Ini 10 Istilah Menarik dalam Desain Grafis, Sudah Tahu Artinya?

    Skema Warna

    © elearningindustry.com

    Nah, setelah membahas mengenai teori warna dan roda warna, kini saatnya kita berlanjut ke pembahasan skema warna.

    Pada dasarnya, desainer mengembangkan skema warna melalui roda warna untuk materi pemasaran.

    Dilansir dari Usability Geek, skema warna dibagi menjadi beberapa kategori:

    1. Monokrom

    Secara umum, skema monokromatik menggunakan variasi rona yang sama. Skema ini sangat sederhana dan dapat menghasilkan tampilan yang sangat elegan.

    2. Analog

    Analog menggunakan perpaduan antara warna primer dan juga sekunder.  Skema ini dinilai sangat menenangkan dan nyaman untuk digunakan. 

    Bagi bisnis, skema analog tidak hanya enak dipandang, tetapi juga dapat mengajak konsumen untuk mengambil tindakan, seperti membeli produk atau layanan.

    Secara tidak langsung, di sini juga merupakan perananan penting dari teori warna melalui skema warna.

    3. Complementary

    Skema ini menggunakan warna yang berlawanan pada roda warna, seperti merah dan hijau. Biasanya, dalam skema ini akan terlihat kontras yang kuat sehingga sangat terlihat.

    4. Triadic

    Skema ini dibuat dengan menggunakan tiga warna yang disebar secara merata di seluruh roda warna. Warna-warnanya kemungkinan tidak cerah, tetapi skema dapat mempertahankan kontras yang tinggi.

    Baca Juga: Ingin Mendesain Gambar Digital? Pahami Dulu Seluk-beluk RGB!

    Demikian penjelasan mengenai teori warna beserta serba-serbi di dalamnya. Semoga setelah membaca ini kamu jadi semakin memperhatikan warna yang diberikan untuk branding, ya!

    Selain informasi di atas, masih ada banyak, lho, informasi menarik lainnya yang bisa kamu dapatkan dari Glints.

    Jika ingin mendapatkannya, kamu tinggal berlangganan newsletter blog Glints secara gratis dari sekarang juga.

    Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, segera sign up dan dapatkan informasi menarik lainnya!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 3.7 / 5. Jumlah vote: 41

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait