Pahami Survey Fatigue, Penyebab Data Responden Jadi Tak Valid
Isi Artikel
Apakah kamu pernah mendapatkan banyak data dari responden yang tidak valid? Hati-hati, bisa jadi respondenmu mengalami survey fatigue.
Survei adalah alat yang sangat penting dalam riset pasar untuk perkembangan bisnis. Era informasi telah membuat survei lebih kuat dan lazim digunakan dibandingkan sebelumnya.
Sehingga, data survei yang tidak valid akan menyulitkan perusahaan untuk melakukan pengembangan.
Bagaimana cara mengatasinya? Simak selengkapnya dalam artikel berikut.
Serba Serbi Survey Fatigue
Istilah survey fatigue mengacu pada perasaan bosan yang dialami oleh responden saat mengerjakan survei.
Menurut Qualtrics rasa bosan ini dapat muncul pada dua saat, yaitu sebelum mengerjakan survei dan saat mengerjakan survei.
Ketika fatigue ini terjadi sebelum mengerjakan survei, responden merasa kewalahan oleh banyaknya data yang diminta.
Sehingga, responden memutuskan untuk tidak mengerjakan survei tersebut.
Hasilnya, terjadi penurunan tingkat respons karena lebih sedikit responden yang memutuskan untuk mengerjakan survei.
Fatigue yang muncul saat mengerjakan survei biasanya disebabkan oleh desain survei yang buruk seperti terlalu banyak pertanyaan.
Misalnya, proporsi bidang teks terbuka yang tinggi, atau menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali.
Akibatnya, responden memutuskan untuk berhenti memberikan data atau kehilangan minat dan kecepatan, sehingga memberikanmu data yang tidak akurat.
1. Tipe-tipe survey fatigue
Menurut Nextiva, terdapat dua tipe fatigue yang dialami responden saat mengerjakan survey.
- Survey response fatigue, terjadi ketika responden memang tidak berminat untuk mengikuti survei dan dengan cepat mengklik “tidak, terima kasih”.
- Survey taking fatigue, muncul saat respnden benar-benar mengikuti survei namun pertanyaan survei sulit dipahami atau tidak berlaku untuknya. Sehingga, responden segera kehilangan minat.
2. Penyebab survey fatigue
Customer Think mengatakan, survey fatigue dapat muncul akibat dua hal berikut.
a. Frekuensi survei
Responden akan mulai malas mengerjakan survei ketika kamu memberikan terlalu banyak survei dalam waktu yang singkat. Inilah yang sering kali menjadi pemicu survey fatigue
Kamu mungkin berpikir bahwa mengirimkan survei yang banyak dalam waktu singkat akan menghasilkan data yang banyak.
Padahal, ini hanya akan membuat responden kehilangan minat untuk berpartisipasi.
b. Ketepatan waktu survei
Selain frekuensi, ketepatan waktu juga bisa menjadi penyebab responden enggan mengikuti survei.
Jika kamu mengirim survei pada interval yang acak kepada responden, mereka mungkin tidak memahami relevansinya dan mengabaikannya.
3. Dampak survey fatigue
Apa akibatnya jika responden mengalami survey fatigue?
Pertama, persepsi brand akan menurun. Mengirimkan undangan survei terus menerus kepada responden hanya akan membuatnya jengkel. Ini dapat merusak citra brand kamu.
Kedua, kamu akan mendapatkan kualitas data yang rendah.
Ketika responden mulai merasa bosan mengerjakan survei, mereka akan cenderung menjawab pertanyaan survei secara acak. Akibatnya, data yang kamu dapatkan tidak akan akurat.
Terakhir, hasil survei akan mengalami bias yang cukup tinggi. Kelelahan saat survei tidak akan memengaruhi individu dengan pandangan ekstrem karena mereka pasti ingin suaranya didengar.
Hal ini dapat menyebabkan bentuk bias survei yang dikenal sebagai bias non-respons.
Mereka yang tidak menanggapi kemungkinan memiliki pandangan yang berbeda. Sehingga, data survei tidak akan secara efektif mencerminkan semua pandangan pelanggan.
Cara Menghindari Survey Fatigue
Ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menghindari rasa bosan yang dialami responden saat mengerjakan survei.
1. Buat survei yang sederhana
Ketika responden mengalami survey fatigue akibat pertanyaan atau jumlah survei yang diberikan, tingkat respons akan menjadi lebih rendah untuk semua orang.
Cara terbaik untuk mencegah tingkat pengabaian yang tinggi adalah dengan mengurangi jumlah survei yang kamu minta dari responden dan membuat surveimu sesingkat mungkin.
Buatlah survei dengan singkat dan sederhana. Pastikan setiap pertanyaan dalam survei tersebut berkisar pada 140 hingga 200 karakter saja.
Lalu, jangan lupa memastikan pertanyaan tersebut relevan bagi tujuan survei.
2. Jelaskan tujuan survei dengan jelas
Untuk menghindari survey response fatigue, pastikan respondenmu memahami tujuan dari survei tersebut.
Jika kamu menjelaskan tujuan surveu tersebut, kemungkinan besar rasio respons kamu akan meningkat.
Pertimbangkan sumber permintaan survei.
Survei tak jelas asalnya, seperti email otomatis yang meminta umpan balik atau survei telepon yang membuat pelanggan tetap terhubung setelah panggilan layanan pelanggan akan mudah diabaikan.
Jika permintaan survei datang dari seseorang yang memiliki otoritas seperti CEO perusahaan, kemungkinan besar orang akan meresponsnya.
3. Cobalah mengerjakan survei itu sendiri
Cara terbaik untuk menentukan apakah survei bermakna, fungsional, dan mudah dipahami adalah dengan melakukannya sendiri dan meminta kolega untuk melakukannya juga.
Ini akan memastikan apakah survei yang kamu buat berpotensi memicu survey fatigue atau tidak.
Catat setiap masalah atau hambatan yang kamu temui ketika mengerjakan survei. Jika terdapat bias dalam pertanyaan tersebut, eliminasi dan ganti pertanyaan tersebut.
Survey fatigue dapat membuat hasil survei yang kamu dapatkan tidak sesuai dengan yang kamu harapkan. Kamu kesulitan melakukan pengembangan jika feedback yang dihasilkan survei mengalami bias.
Nah selain tentang survey fatigue, kamu bisa tahu lebih banyak seputar business development dengan baca kumpulan artikel dari Glints.
Ada kumpulan informasi, tips, dan trik seputar pengembangan bisnis yang tentunya bisa kamu aplikasikan dengan mudah.
Menarik bukan? Yuk, klik di sini sekarang untuk mengakses kumpulan artikelnya!