Repurchase Rate: Arti, Rumus, Contoh, dan Tips Meningkatkannya

Tayang 01 Jun 2022 - Dibaca 10 mnt

Isi Artikel

    Melansir DataQ, repurchase rate atau repeat purchase rate adalah metrik yang penting, namun sering dilupakan.

    Memangnya, apa arti dari metrik tersebut? Mengapa ia penting untuk dipikirkan?

    Jawabannya ada dalam artikel ini. Yuk, simak selengkapnya!

    Apa Itu Repurchase Rate?

    arti repeat purchase rate atau repurchase rate

    © Hellosehat.com

    Kita mulai pembahasan dengan definisi. Melansir Daasity, repurchase rate adalah persentase pelanggan yang melakukan pembelian produkmu sebanyak lebih dari sekali dalam kurun waktu tertentu.

    Biasanya, persentase itu dipakai untuk menilai tingkat kesuksesan strategi pemasaran atau tingkat retention pelanggan.

    Kadang kala, ada juga yang menyebut metrik ini dengan istilah repeat purchase rate, rebuy rate, atau RPR.

    Baca Juga: Hindari 8 Kesalahan Umum Email Sales Ini supaya Penjualan Berhasil

    Rumus dan Contoh Perhitungan Repurchase Rate

    rumus dan contoh perhitungan repeat purchase rate atau repurchase rate

    © Freepik.com

    Berikut rumus yang biasa dipakai untuk menghitung repeat purchase rate:

    • (jumlah pelanggan yang membeli lebih dari sekali dalam kurun waktu X / jumlah seluruh pelanggan dalam kurun waktu X) * 100%

    Supaya lebih jelas, Glints akan memberikan contoh. 

    Misalnya, dalam setahun, toko A punya 200 pelanggan. Akan tetapi, hanya ada 100 pelanggan yang berbelanja sebanyak lebih dari sekali. 

    Perhitungan repurchase rate toko A dalam setahun yakni:

    • = (jumlah pelanggan yang membeli lebih dari sekali dalam setahun / jumlah seluruh pelanggan dalam setahun) * 100%
    • = (100 / 200) * 100%
    • = 50%

    Dapat disimpulkan, RPR toko A dalam setahun adalah 50%.

    Mengapa Repurchase Rate Penting?

    pentingnya rpr untuk bisnis

    © Pexels.com

    Sekarang, kita bahas mengapa metrik yang satu ini penting. Singkatnya, pencarian pelanggan baru membutuhkan waktu dan tenaga yang tak sedikit. 

    Kalau ingin menghemat kedua sumber daya itu, kamu harus mendorong pembelian ulang yang dilakukan pelangganmu saat ini. Itulah mengapa, repeat buying rate menjadi pengukuran bisnis yang penting.

    Supaya lebih jelas, Glints akan memberikan contoh. Misalnya, si B menjual bakso frozen secara online. B mengklaim daging di baksonya sangat terasa serta awet meski tanpa pengawet.

    Kalau baru mendengar klaim B, kamu tentu sulit percaya dengannya. Apalagi, kalau kamu sudah punya langganan bakso frozen yang cocok dengan preferensimu.

    Untuk meyakinkan dirimu, B harus merancang iklan, membuat program promosi, dan melakukan taktik marketing atau sales lainnya. Semua itu membutuhkan waktu dan tenaga.

    Kamu berbeda dengan si C yang sudah pernah membeli bakso frozen B. Kalau cocok dengan produk B, si C pun lebih mungkin membeli bakso lagi alias melakukan repeat purchase.

    Perbedaanmu dan si C tak tanggung-tanggung, lho. Berdasarkan survei Invesp, biaya menggaet pelanggan baru bisa lima kali lebih besar dari biaya mempertahankan pelanggan yang ada.

    Itulah mengapa repurchase rate penting. Kalau metrik itu tinggi, kamu bisa menghemat banyak sumber daya.

    Baca Juga: Inside Sales vs Outside Sales: Mana Strategi Penjualan yang Terbaik?

    Tips Meningkatkan Repurchase Rate

    Setelah memahami arti dan pentingnya repurchase rate, kita bahas tips meningkatkannya, yuk!

    1. Tingkatkan customer experience

    tingkatkan CX agar bisnis makin untung

    © Freepik.com

    Pertama-tama, coba tingkatkan customer experience. Mengutip Daasity, customer experience sendiri mencakup:

    • pengalaman memilih-milih barang
    • proses pembelian
    • layanan setelah pembelian

    Buat tiga titik tersebut spesial, kreatif, dan mudah diingat pelanggan. Sebab, pengalaman pelanggan yang baik bisa meningkatkan repeat purchase rate.

    Baca Juga: Agar Pelanggan Loyal, Ketahui 5 Cara Tingkatkan Customer Experience

    2. Buat program customer loyalty

    program customer loyalty untuk repeat purchase rate atau repurchase rate

    © Freepik.com

    Menurut BSS Commerce, program customer loyalty juga bisa meningkatkan repurchase rate

    Misalnya, kamu membuat sistem poin untuk para pelanggan setia. Tiap kali pelanggan tersebut membeli produkmu, mereka akan mendapat poin. Lantas, poin-poin tersebut bisa ditukar dengan hadiah menarik. 

    Program itu bisa mendorong para pelanggan setia untuk terus berbelanja. Dengan begitu, mereka bisa mendapat hadiah yang kamu tawarkan. Akhirnya, repurchase rate-mu bisa meningkat. 

    3. Lakukan gamification

    lakukan gamification dan tingkatkan repeat purchase rate atau repurchase rate

    © Blog.hubspot.com

    Tak hanya hiburan, perusahaan juga bisa merancang gamification atau permainan untuk meningkatkan repurchase rate.

    Misalnya, saat sudah membeli produkmu sebanyak 10 kali, pelanggan akan mendapat lencana atau pin.

    Kamu juga bisa membuat leaderboard alias papan peringkat yang menampilkan nama-nama orang yang belanjanya paling sering. Sesuaikan saja pelaksanaannya dengan produk yang kamu jual. 

    Demikian penjelasan Glints seputar repurchase rate. Intinya, metrik penting ini menunjukkan persentase orang yang melakukan belanja berulang di tokomu.

    Tingkatkan terus metrik tersebut, ya. Dengan begitu, kamu bisa menghemat biaya pencarian pelanggan baru.

    Selain repurchase rate, masih ada banyak metrik dan strategi bisnis lainnya yang penting kamu pahami. Yuk, pelajari semuanya di Glints Blog!

    Dengan membaca artikel-artikelnya, ilmu dan dirimu jadi makin terasah. Peluang suksesnya bisnis dan karier pun membesar.

    Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, gali ilmu seputar business development dan sales secara gratis sekarang! Klik tombol di bawah ini:

    KLIK DI SINI

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait