Apakah Kepemimpinan Partisipatif Selamanya Baik? Ketahui Plus Minusnya!

Diperbarui 04 Feb 2021 - Dibaca 13 mnt

Isi Artikel

    Pandangan lama tentang leadership lebih cenderung mendukung kekuasaan berdasar jenjang jabatan atau pangkat kedudukan. Namun sekarang, kepemimpinan partisipatif justru semakin populer diterapkan di dunia kerja.

    Bahkan, gaya kepemimpinan partisipatif mulanya dianggap kontroversial sehingga sulit diterima dalam dunia bisnis.

    Jadi, apa itu kepemimpinan partifipastif? Berikut akan dikumpas tuntas oleh Glints!

    Definisi Kepemimpinan Partisipatif

    Kepemimpinan partisipatif adalah gaya kepemimpinan di mana semua individu memiliki kekuasaan setara dalam proses pengambilan keputusan bersama, terlepas dari jabatan dan pangkatnya.

    Menurut Indeed, Pemimpin memberikan informasi tentang isu, masalah, atau rencana tentang perusahaan kepada semua staf.

    Peran pemimpin di sini lebih sebagai moderator atau fasilitator untuk menawarkan bimbingan dan menjaga diskusi tetap seimbang dan terkendali.

    Dari situ, anggota diskusi saling berbagi ide, masukan, atau pendapat tentang bagaimana cara terbaik menyelesaikan masalah.

    Pemimpin setelahnya merangkum informasi dan ide dari kelompok untuk membuat keputusan sebagai kelompok.

    Suara terbanyak menentukan arah tindakan yang akan diambil perusahaan (majority wins).

    Meski begitu, kadang ada beberapa kasus di mana tetap pemimpinlah yang berhak menentukan keputusan akhirnya, berdasarkan pertimbangan pribadi dan jalannya diskusi tersebut.

    Tanggung jawab untuk menjalankan keputusan nantinya akan dibagi rata di antara semua anggota staf dengan pemimpin sesuai peran dan tugasnya masing-masing.

    Akan tetapi, gaya kepemimpinan ini hanya merujuk pada proses decision-making di lingkup kecil, seperti per departemen atau di antara satu tim dengan supervisor-nya langsung.

    Bukannya pengambilan keputusan besar yang memengaruhi keseluruhan organisasi.

    Kepemimpinan partisipatif mirip dengan gaya kepemimpinan demokratis dalam mendorong kolaborasi antar anggota tim.

    Ciri-Ciri Kepemimpinan Partisipatif

    gaya kepemimpinan transformasional

    © pixabay.com

    Melansir Status, di bawah ini adalah sifat dan prinsip paling umum yang penting dalam kepemimpinan partisipatif:

    1. Budaya diskusi yang terbuka dan jujur

    Sosok kepemimpinan partisipatif dengan tulus memancing pendapat dari anggota timnya untuk membantu mereka membuat keputusan.

    Mereka menginginkan pendapat berbobot dari sebanyak mungkin orang yang terlibat.

    Setiap ide maupun masukan dipandang sebagai aset yang harus diizinkan mengalir dengan bebas dalam diskusi.

    2. Menumbuhkan kepercayaan

    Tidak seperti pemimpin dengan gaya otokratis atau transaksional, pemimpin memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang menarik dan terbuka.

    Tujuannya agar setiap karyawan merasa nyaman berdiskusi dan berbagi pendapat karena tahu akan ditanggapi dengan serius.

    3. Penekanan pada moralitas dan nilai-nilai

    Sosok dengan kepemimpinan partisipatif percaya bahwa setiap orang memiliki hak untuk didengar.

    Maka itu, mereka juga percaya bahwa sebagai pemimpin mereka harus memfasilitasi interaksi ini untuk kebaikan kelompok.

    Ide-ide akan paling baik didistribusikan dalam kelompok, karena ini berarti semua pendapat dan saran dapat segera dibedah dan dianalisis satu per satu.

    Nah untuk memfasilitasi diskusi yang produktif, Cleverism menyatakan pemimpin partisipatif idealnya harus memiliki karakteristik serta keterampilan berikut ini:

    • Approachable: Gaya kepemimpinan ini tidak akan efektif jika pemimpinnya “dingin” atau agresif. Anggota tim justru akan segan untuk bekerja sama dengannya, apalagi ketika harus berdiskusi.
    • Komunikatif: Pemimpin harus bisa berkomunikasi dengan baik, serta jelas dan gamblang agar tidak menimbulkan kebingungan. Keterampilan komunikasi juga termasuk kemampuan untuk mendengarkan.
    • Bijaksana: Pemimpin harus memiliki empati yang tinggi karena akan berhubungan erat dengan timnya, yang mungkin mencakup semua jenis karakter berbeda. Empati membantu menciptakan lingkungan terbuka yang mendorong kolaborasi.
    • Open-minded: Pemimpin harus dapat menerima saran, masukan, konsep, dan ide berbeda dengan pandangan yang objektif dan tidak memihak, bahkan jika itu bertentangan dengan apa yang benar dan seharusnya dilakukan. Jika pemimpin tidak bisa menyingkirkan bias, diskusi akan berjalan alot.
    • Kompeten: Tidak mudah menjadi pemimpin yang harus menampung beragam jenis ide. Mungkin juga akan sulit untuk menjaga diskusi tidak keluar jalur karena semuanya boleh “berbicara”. Itu kenapa seorang pemimpin partisipatif haruslah kompeten dan cerdas dalam mengendalikan dan memfasilitasi diskusi, serta dalam cara mereka mendekati dan memanfaatkan ide-ide dari anggota.

    Perusahaan yang Cocok untuk Menerapkan Kepemimpinan Partisipatif

    jam meeting saat puasa

    © Freepik.com

    Kepemimpinan partisipatif sering diterapkan di organisasi nirlaba (non-profit), dewan sekolah atau universitas, dan perusahaan yang berpikiran maju.

    Gaya kepemimpinan ini tampak paling berhasil dalam organisasi atau perusahaan yang memiliki peran jelas dan memerlukan sedikit manajemen atau pengawasan, seperti perusahaan teknologi atau perusahaan konstruksi.

    Namun, kepemimpinan partisipatif secara umum dapat diterapkan di organisasi mana pun untuk memenuhi kebutuhannya.

    Mendian Steve Jobs (CEO Apple), Bill Gates (bos Microsoft), Jeff Bezos (eks-CEO Amazon), hingga Jack Stahl (eks-presiden dan CEO Coca-Cola) memimpin dengan gaya ini.

    Cukup banyak pula presiden dari berbagai belahan dunia yang telah menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif selama masa jabatan mereka.

    Beberapa di antaranya adalah George Washington dan Abraham Lincoln, mantan Presiden Amerika Serikat.

    Baca Juga: Cara Menjadi Pemimpin yang Baik dan Disukai

    Kelebihan Gaya Kepemimpinan Partisipatif

    Ada banyak keuntungan dari gaya kepemimpinan partisipatif yang perlu kamu ketahui, yaitu:

    1. Peningkatan produktivitas tim

    Anggota organisasi merasa diberdayakan ketika mereka dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

    Mereka akan lebih cenderung produktif ketika merasa pekerjaan dan suara mereka dihargai.

    Studi menunjukkan bahwa karyawan yang lebih merasa “terhubung” dengan tempat kerjanya menunjukkan produktivitas 20-25% lebih tinggi dari biasanya.

    Keterlibatan karyawan dalam decision-making juga menurunkan risiko konflik internal hingga 28% dibanding yang tidak.

    Pada akhirnya, hal ini meningkatkan kualitas kinerja karyawan; bahkan hingga 27% lebih tinggi.

    2. Melahirkan tenaga kerja yang kreatif

    Budaya diskusi yang membebaskan segala macam ide dan gagasan dapat memfasilitasi lahirnya pemikiran-pemikiran out of the box dan berbagai cara baru yang inovatif untuk berkolaborasi.

    Isu dan masalah dalam organisasi juga mungkin dapat diselesaikan dengan cara yang tidak pernah terduga karena adanya masukan dari semua tingkatan organisasi.

    3. Meningkatkan loyalitas karyawan

    Anggota tim akan menunjukkan loyalitas yang lebih tinggi jika perusahaan memungkinkan mereka berpendapat secara aktif, dan suara mereka didengarkan.

    Ke depannya, hal ini memberi setiap anggota kesempatan untuk ikut serta menentukan kesuksesan masa depan perusahaan.

    Loyalitas akan meningkatkan retensi karyawan dan mengurangi turnover.

    4. Menciptakan tim yang kuat

    Lewat diskusi dan pembuatan keputusan bersama, semua orang yang terlibat akan lebih mudah untuk bersatu menuju tujuan akhir.

    Tim juga kemungkinan akan menghabiskan banyak waktu bersama untuk membahas keputusan dan bekerja dengan pemimpin.

    Maka, hal ini kemungkinan besar akan membentuk sebuah kesatuan tim yang solid.

    Anggota akan memahami pentingnya bekerja dengan orang lain, menghormati pemikiran dan ide rekan kerja, dan bekerja sama mencapai tujuan mereka.

    Ketahui langkah lain untuk menciptkan tim yang kuat dengan berdiskusi dengan para ahli di Glints Komunitas.

    Yuk, cek kanal Company Culture, kamu dapat bertanya pada pakar yang sudah berpengalaman dalam hal tersebut.

    5. Membentuk karyawan yang mandiri

    Indeed juga menyebut, anggota tim yang aktif mengambil bagian dalam pengambilan keputusan cenderung menunjukkan kemandirian lebih tinggi saat bekerja.

    Pasalnya, mereka sudah tahu apa peran mereka di situ, paham apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya, dan mengerti apa tujuan dari pekerjaan tersebut.

    Dengan berbekal pengetahuan ini, mereka tidak begitu memerlukan pengawasan manajerial yang intensif.

    Kekurangan Gaya Kepemimpinan Partisipatif

    career hacks

    © freepik.com

    Meski tampaknya ideal, kenyataannya tidak semua organisasi cocok dengan gaya kepemimpinan ini.

    1. Pengambilan keputusan dapat berjalan alot

    Badan eksekutif, anggota dewan/yayasan, pemegang saham, dan investor sangat bertumpu pada hasil dan profit.

    Bagi mereka, gaya kepemimpinan partisipatif mungkin tidak efisien karena proses pengambilan keputusan dapat berjalan alot dan lambat.

    Diskusi pun dapat menghabiskan waktu yang berharga untuk mencapai persetujuan dari orang-orang yang berlawanan.

    2. Konflik datang dari anggota yang tidak didengar

    Ditambah lagi, ketidaksepakatan selama prosesnya dapat dengan mudah menyebabkan konflik dan masalah antar anggota jika ada yang merasa pendapat mereka tidak didengarkan atau dihormati.

    3. Tidak cocok kala terjadi krisis

    Selain itu, mengandalkan konsensus dari orang-orang yang salah informasi atau tidak memiliki data yang akurat dapat berakhir sia-sia.

    Hal ini dapat menghambat alur kerja dan kinerja karyawan, juga membuat orang-orang yang terlibat di dalamnya cepat frustasi.

    Gaya kepemimpinan partisipatif juga tidak efektif digunakan dalam keadaan krisis karena proses pengambilan keputusan yang berlarut-larut.

    Tips Menerapkan Kepemimpinan Partisipatif

    bonding kantor saat corona

    © Freepik

    Setiap gaya kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Begitu pula dengan kepemimpinan partisipatif.

    Berikut adalah beberapa tips yang bisa kamu coba untuk memanfaatkan gaya kepemimpinan partisipatif di kantor:

    1. Catat semua ide yang disarankan

    Setiap ide pasti berguna, tapi mungkin tidak tepat untuk digunakan dalam semua situasi.

    Maka itu, bukan hal yang asing jika seorang pemimpin mau tidak mau harus menolak banyak ide.

    Namun, mereka harus mahir mengkomunikasikan hal ini dengan cermat dan hati-hati agar tidak melukai perasaan orang lain.

    Idealnya, kamu sebagai pemimpin harus bisa memberi tahu anggota meeting mengapa gagasan mereka tidak digunakan untuk saat ini, dan bagaimana itu dapat digunakan di masa depan jika memungkinkan.

    Ada baiknya kamu juga mencatat dan menyimpan semua ide, masukan, dan gagasan yang terlontar selama proses pengambilan keputusan.

    Mungkin tidak semua bisa diterapkan hari ini, tapi siapa tahu bermanfaat di masa depan.

    2. Buat meeting yang efisien

    Tidak ada seorang pun yang mau berlama-lama meeting demi mencapai keputusan.

    Maka, seorang manajer dengan gaya kepemimpinan partisipatif harus membuat sistem meeting yang efisien.

    Buatlah kerangka meeting dengan topik dan tujuan yang sudah jelas.

    Jika nanti selama meeting ada masalah khusus yang tidak berkaitan dengan topik utama, catat dulu untuk dibahas di luar waktu meeting tersebut.

    Buatlah jadwal diskusi yang khusus untuk membicarakan masalah tersebut nanti.

    Ini akan membuat setiap waktu meeting lebih efisien dan keputusan dapat lebih cepat dibuat.

    3. Libatkan orang yang tepat

    Sebelum membuat jadwal diskusi, cermati dulu apa yang jadi akar masalahnya. Dengan begitu, kamu akan bisa menentukan siapa-siapa saja yang diundang untuk terlibat memecahkan masalahnya.

    Sebagai contoh, jika ada masalah pada penampilan website yang terkait sistem IT/backend libatkanlah orang-orang IT.

    Tidak usah melibatkan tim konten/desain grafis ke dalam meeting meski mereka mungkin juga terkena dampaknya.

    Masalah spesifik ini mengharuskan keterlibatan orang yang memiliki pelatihan dan pengetahuan dalam situasi tersebut untuk mendapatkan masukan yang berguna.

    Baca Juga: 5 Cara untuk Membuat Meeting Lebih Efektif

    Itulah serba-serbi kepemimpinan partisipatif yang harus kamu ketahui.

    Dengan penjelasan di atas, apakah kamu dapat menyimpulkan, apakah kepemimpinan partisipatif baik untuk perusahaan atau tidak?

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.5 / 5. Jumlah vote: 4

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait