Hadirkan Kesan Formal dan Profesional dengan Font Serif

Tayang 03 Apr 2021 - Dibaca 9 mnt

Isi Artikel

    Apakah kamu ingin hasil desain terlihat profesional dan klasik? Kalau memang begitu, Serif adalah huruf yang wajib kamu coba.

    Memangnya, apa itu Serif? Kapan font ini muncul, dan seperti apa contoh penggunaannya?

    Simak informasinya dalam artikel ini, ya!

    Apa Itu Huruf Serif?

    Seperti yang sudah Glints jelaskan, Serif adalah salah satu jenis font. Ciri khasnya adalah adanya garis kecil di sudut akhir tiap hurufnya.

    contoh font serif

    © Postprepress.com.au

    Nama “Serif” sendiri diambil dari bahasa Belanda, schreef. Ia berarti garis atau goresan pena.

    Dalam artikel ini, garis kecil tersebut akan kita sebut sebagai “ekor”.

    Mengutip Adobe, asal-usul garis tambahan ini kurang jelas. Meski begitu, ada yang berpendapat bahwa ini merupakan pengaruh dari penulisan dengan kuas.

    Pada zaman dulu, pulpen tak langsung bisa dipakai untuk menulis. Orang-orang harus mencelupkan ujungnya dulu ke tinta. Setelah itu, barulah pulpen digoreskan ke kertas.

    Dengan alasan ini, tiap kali menulis, muncul garis kecil di bagian ujung huruf. Tentu saja, ini bukanlah sebuah kesengajaan.

    Nah, di masa kini, pulpen lebih modern dan tidak punya jejak tinta. Namun, huruf-huruf Serif tetap punya “ekor” untuk tujuan dekorasi.

    Baca Juga: Ingin Download Font Keren? Ini 7 Situs Buatmu

    Seperti yang sudah Glints sebutkan, font yang satu ini memberikan kesan profesional dan formal. Ia membuat penggunanya punya kesan historis dan klasik.

    Salah satu penggunaannya adalah majalan Time. Logo mereka hanya terdiri dari kata “TIME” ber-font Serif.

    logo majalah time

    © Time.com

    Nah, bagaimana denganmu sendiri? Apakah masih perlu panduan untuk menentukan pemilihan font?

    Kalau memang begitu, kamu tak perlu kebingungan. Ada sederet ahli di Glints ExpertClass yang siap membantumu.

    Dalam kelas ini, kamu akan belajar serba-serbi desain. Pemilihan font hanyalah salah satunya saja.

    Penawarannya tak berhenti sampai di situ saja, lho. Dengan subscription plan, kamu bisa belajar lebih banyak meski bayar lebih murah.

    Pelajari subscription plan dari Glints ExpertClass dengan klik gambar di bawah ini.

    glints expertclass subscription plan

    Jenis-Jenis Huruf Serif

    Dari masa ke masa, font Serif terus mengalami perubahan. Hingga kini, ada setidaknya 6 turunan dari huruf klasik ini.

    Dirangkum dari Figma dan CreativePro Network, turunan-turunan itu adalah:

    1. Old Style

    3. old style huruf serif creativepro com

    © Creativepro.com

    Old Style merupakan jenis Serif yang paling tua. Ia sudah ada sejak abad ke-14. 

    Font yang satu ini terus berkembang dan dikreasikan hingga pertengahan abad ke-18.

    Ciri khasnya adalah “ekor” yang menghadap ke kiri. Selain itu, sudut di antara huruf dan “ekor”-nya kurang dari 90 derajat.

    Garis-garisnya juga cenderung membulat, bukannya membentuk sudut. Selain itu, perbedaan di antara sisi tebal dan tipisnya tak terlalu jauh.

    2. Transitional atau Baroque

    4. transitional serif adalah creativepro com

    © Creativepro.com

    Kalau Old Style tebal-tipisnya tak jauh beda, lain halnya dengan Transitional. Ia punya kontras ketebalan yang lebih jelas.

    Selain itu, sudut “ekor” dan hurufnya lebih mendekati 90 derajat. Secara umum, mereka juga terlihat lebih tipis daripada Old Style.

    Gaya huruf Serif yang juga disebut Baroque ini muncul pada abad ke-18.

    3. Slab Serif

    5. slab serif webfx com

    © WebFX.com

    Pada abad yang sama, Slab Serif lahir. Font yang satu ini tak punya beda tebal-tipis sama sekali.

    Semuanya terlihat seragam , mulai dari “ekor” hingga huruf utamanya. Keduanya punya sudut temu sebesar 90 derajat.

    Baca Juga: Pahami Prinsip Memilih Font untuk Desain Logo Supaya Brand Mudah Dikenal

    4. Modern, Didone, atau Neoclassical

    6. didone neoclassical modern serif adalah creativepro com

    © Creativepro.com

    Di akhir abad ke-18, muncullah Serif Modern.

    Ciri khas Serif Modern adalah “ekor”-nya yang sangat tipis. Apalagi, jika “ekor” itu dibandingkan dengan hurufnya.

    Sudut temu keduanya juga mencapai 90 derajat. Sisi tebal-tipisnya jauh lebih kontras daripada Transitional.

    Pada awal abad ke-19, font ini banyak dipakai oleh majalah. Sayangnya, trennya menurun seiring perkembangan waktu.

    Meski begitu, hingga kini, masih banyak brand yang menggunakan Serif Modern, lho. Dua di antaranya adalah logo majalah VOGUE dan merek fashion ternama Dior.

    5. Square Serif

    7. square huruf serif creativepro com

    © Creativepro.com

    Sebagai tandingan huruf Serif Modern, ada Square Serif. Font ini muncul di waktu yang sama, yakni pada awal abad ke-19.

    Ia mirip dengan Old Style yang tak punya banyak kontras di antara “ekor” dan hurufnya.

    Sudut-sudutnya juga membentuk persegi, bukannya bulat atau segitiga.

    6. Glyphic

    8. glyphic creativepro com

    © Creativepro.com

    Ingin pakai font Serif yang “ekor”-nya unik? Glyphic adalah jawabannya.

    “Ekor”-nya berbentuk segitiga, bukannya sekadar garis atau persegi. Ini membuatnya punya kesan huruf yang diukir, bukannya ditulis atau diketik.

    Baca Juga: Ketahui Tips Memilih Font agar Instagram Story-mu Makin Ciamik!

    Demikian penjelasan Glints soal huruf Serif. Coba pertimbangkan font ini untuk karya grafismu selanjutnya, ya!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.5 / 5. Jumlah vote: 2

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait