Mengenal Ethereum, Mata Uang Kripto Terbesar Kedua setelah Bitcoin

Diperbarui 20 Jan 2023 - Dibaca 14 mnt

Isi Artikel

    Apa cryptocurrency yang besarnya persis di bawah Bitcoin dan dibuat oleh remaja berusia 19 tahun? Ether dalam sistem Ethereum adalah jawabannya.

    Dalam artikel ini, Glints akan menjelaskan sistem Ethereum dan cara kerjanya.

    Mulai dari definisi, sejarah, plus minus, hingga cara investasinya, simak selengkapnya, ya!

    Mengenal Ethereum

    mengenal ethereum etftrends com

    © ETFtrends.com

    Untuk menjelaskan Ethereum, Glints akan memberikan sebuah perumpamaan.

    Misalnya, si A ingin mengirim pesan pada si B. Di masa kini, hal ini tentu bisa dilakukan lewat aplikasi chatting.

    Pesan akan dikirim oleh si A ke server aplikasi chat. Nah, dari server, pesan akan diteruskan menuju B.

    Bagaimana kalau ada orang yang menge-hack server aplikasi tersebut? Isi pesanmu tentu tersebar ke mana-mana.

    Belum lagi, ada banyak data-data pribadi yang kamu bagikan pada aplikasi tersebut. Hati-hati, data itu bisa dimanfaatkan untuk merugikanmu.

    Sebagai solusi, hadirlah teknologi bernama blockchain. Blockchain memecah server itu ke beberapa tempat.

    blockchain bitdegree org

    © BitDegree.org

    Dulunya, blockchain hanya dipakai untuk mata uang kripto seperti Bitcoin. 

    Nah, bentuk lain dari teknologi ini adalah Ethereum. Ia berupa sistem operasi atau aplikasi.

    Dalam sistem ini, kamu bisa membangun aplikasi sampai bertukar pesan lewat banyak server.

    Apakah kamu masih bingung, seperti apa maksudnya? Jika begitu, kita kembali lagi ke contoh aplikasi chatting, yuk!

    Misalnya, aplikasi itu punya server yang terpecah-pecah. Dengan begitu, ketika satu server di-hack, tak semua informasi bocor ke mana-mana.

    Dengan Ethereum dan blockchain, semua ini sangat mungkin terjadi. 

    Sistem seperti ini sering disebut dengan desentralisasi. Sebab, tak ada satu tempat yang menyimpan semua datamu. Data-data itu tersebar di mana-mana.

    Sejarah Ethereum

    sejarah ethereum investopedia com

    © Investopedia.com

    Mengutip The Street, Ethereum adalah buah karya remaja berusia 19 tahun. Glints sudah sempat menyinggung hal ini di atas.

    Nama remaja itu adalah Vitalik Buterin. Awalnya, laki-laki keturunan Kanada-Rusia ini tertarik pada sistem blockchain.

    Menurutnya, sistem ini bisa menciptakan lingkungan demokratis di mana-mana. Mulai dari bisnis, organisasi, hingga mata uang, tak ada satu pihak pun yang benar-benar mengendalikan semuanya.

    Buterin akhirnya melontarkan ide ini ke organisasi Thiel Fellowship. Ia akhirnya mendapatkan dana sebesar 100.000 dolar AS untuk membangun Ethereum.

    Dalam proses pengembangannya, Ethereum juga dibantu lewat dana crowdfunding

    Proses crowdfunding ini dibantu oleh developer lainnya seperti Dr. Gavin Wood dan Joseph Lubin. Ethereum pun berhasil mendapat dana sebesar 18 juta dolar AS.

    Akhirnya, pada tahun 2015, sistem yang satu ini lahir. Ia terus berkembang hingga jadi sebesar sekarang.

    Baca Juga: Jangan Tertukar, Ini Perbedaan antara Bitcoin dan Bitcoin Cash

    Ethereum sebagai Pelopor Blockchain 2.0

    blockchain 2.0 elevenews com

    © Elevenews.com

    Salah satu teknologi yang dipakai Ethereum adalah blockchain. Glints sudah sempat menyinggung hal ini di atas.

    Nah, kata BitDegree, blockchain sendiri dicetuskan oleh Bitcoin. Meski begitu, ternyata, Ethereum membuat sistem informasi ini menjadi lebih baik, lho.

    Ada beberapa inovasi dalam blockchain Ethereum, yakni:

    1. Smart contract

    Misalnya, kamu ingin membeli telur di pasar. 1 kg telur punya harga Rp20 ribu.

    Karena banyak berbelanja, pedagang pun memberimu diskon. Kamu hanya perlu membayar Rp18 ribu untuk sekilo telur.

    Transaksi fleksibel seperti ini tentu menguntungkan apabila terjadi di pasar. Sayangnya, dalam jual-beli online, ini sangatlah berbahaya.

    Saat menjual sesuatu seharga Rp50 ribu, kamu bisa saja hanya menerima Rp45 ribu. Padahal, barang tersebut sudah dikirim dan terima oleh pembeli.

    Di sinilah smart contract berperan. Sejak awal, transaksi jual beli sudah diatur menjadi:

    JIKA pembeli membayar Rp50 ribu, MAKA kamu akan memberikan barang

    Ketika kontrak ini sudah dibuat, ia tak bisa diubah lagi. Kontrak hanya bisa dibiarkan atau dijalankan sesuai ketentuan yang ada.

    Teknologi ini juga disebut dengan transaksi trustless alias tanpa rasa percaya. 

    Kamu memang tak perlu percaya pada penjual atau pembeli. Kalau ada salah satu pihak saja yang tak mematuhi kontrak, transaksi takkan terjadi.

    2. dApps

    dApps merupakan singkatan dari decentralized application. Teknologi yang satu ini sudah sempat Glints singgung di atas.

    Aplikasi biasa punya server yang terpusat. Kalau server ini diretas, data pribadimu bisa tersebar ke mana-mana.

    Lain halnya dengan dApps. Server dalam aplikasi ini terpecah ke banyak tempat hingga sulit di-hack.

    Untuk menulis aplikasi ini, kamu butuh bahasa khusus seperti Solidity (mirip JavaScript).

    Ethereum dan Investasi

    investasi ethereum republika co id

    © Republika.co.id

    Glints sudah menjelaskan bahwa Ethereum adalah sebuah sistem operasi. Lalu, apa hubungannya sistem ini dengan investasi? 

    Ether (ETH) adalah jawabannya. Ia merupakan mata uang yang berlaku di dunia Ethereum. 

    Agar kamu tak bingung, Glints akan menjelaskan cara kerjanya.

    Saat developer ingin membangun dApps, mereka tentu butuh biaya. Selain itu, saat melakukan hosting aplikasi di lingkungan Ethereum, mereka juga harus mengeluarkan uang.

    Di sinilah Ether berperan. 

    Developer membayar saat membangun aplikasi dan melakukan hosting. Nah, saat ingin menggunakan dApps itu, kamu bisa membayar developer dengan mata uang ini.

    Semakin rumit suatu perintah, semakin besar Ether yang harus kamu bayarkan. Ini juga berlaku sebaliknya.

    Sebenarnya, kata Investopedia, Ether lebih mirip bahan bakar daripada mata uang. Akan tetapi, ia punya sifat yang mirip dengan cryptocurrency.

    Melansir situs resmi Ethereum, kamu bisa mengirim Ether layaknya uang. Ia juga bisa ditukar dengan cryptocurrency lain seperti Bitcoin.

    Baca Juga: Gunakan 5 Aplikasi Ini untuk Mining Bitcoin di Android

    Meski punya peran kecil di sistem yang besar, kamu tak bisa memandang Ether sebelah mata, lho.

    Seperti dituliskan Business Insider, per akhir Januari 2021, Ether merupakan mata uang kripto terbesar kedua di dunia setelah Bitcoin. 

    Plus Minus Investasi Ethereum

    kelebihan dan kekurangan ethereum adalah coinrevolution com

    © Coinrevolution.com

    Dengan sistem seperti di atas, apakah kamu tertarik berinvestasi dalam mata uang Ether? Eits, tunggu. Pahami dulu kelebihan dan kekurangannya, yuk!

    Dengan mengetahui informasi ini, kamu tentu tak terkesan gegabah dalam memilih instrumen investasi. 

    Plus minus Ethereum itu adalah:

    Kelebihan

    Ethereum punya founder yang jelas serta dikembangkan oleh banyak developer. Ini membuatnya menjadi salah satu platform yang terpercaya.

    Terlebih lagi, blockchain membuat mata uang Ether punya sistem desentralisasi. Ia bisa menjadi alternatif untuk dunia perbankan saat ini.

    Kamu juga harus mempertimbangkan valuasi Ethereum. Ingat, ia merupakan mata uang kripto terbesar kedua di dunia.

    Kekurangan

    Sayangnya, Ether merupakan mata uang dengan volatilitas tinggi. Hal ini dituliskan oleh Nova X Report.

    Harganya bisa naik sangat tinggi karena sesuatu. Sayangnya, harganya juga bisa tiba-tiba jatuh karena hal lainnya.

    Untuk mengakali volatilitas ini, kamu bisa belajar berbagai analisis. Dengan begitu, kamu benar-benar tahu kapan harus membeli atau malah menjual Ether.

    Lalu, di mana kamu bisa belajar analisis ini? Tenang saja, ada Glints ExpertClass.

    Dalam kelas ini, kamu bisa bertemu dengan sederet praktisi hebat di bidang investasi. Ada juga ahli dan pakar di bidang pengembangan diri, lho.

    Psst, kuota kelas ini terbatas, lho. Jadi, jangan tunda lagi, ikut kelasnya sekarang, ya!

    Cara Investasi Ethereum

    cara investasi ethereum adalah mediaindonesia com

    © Mediaindonesia.com

    Setelah memahami semua tentang Ether, apakah kamu tertarik berinvestasi dalam mata uang ini? Sebelumnya, kamu harus punya Ethereum Wallet dulu.

    Setelah itu, kamu bisa membeli Ether. Nah, ada beberapa cara yang bisa kamu pilih. Dirangkum dari BitDegree, cara-cara itu di antaranya:

    1. Beli pakai mata uang biasa

    Belum punya cryptocurrency sama sekali? Tenang saja, kamu bisa membeli Ether dengan mata uang biasa, kok.

    Kamu bisa memakai jasa broker seperti:

    Ada juga pilihan untuk membelinya lewat jasa jual-beli P2P.

    2. Beli dengan mata uang kripto

    Kamu ingin menukar Bitcoin, Litecoin, atau cryptocurrency lainnya dengan Ether? Bisa, kok.

    Ada beberapa jasa crypto trading yang bisa kamu pilih. Alternatif jasa-jasa penukaran Ethereum itu adalah:

    Baca Juga: Ini Dia 8 Pilihan Dompet Bitcoin Terbaik untuk Aset Digitalmu

    Demikian penjelasan soal Ethereum. Bagaimana, apakah kamu tertarik dengan cryptocurrency ini?

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait