Customer Pain Point, Kendala Pengguna yang Harus Disingkirkan dari Produk
Customer pain point adalah suatu hal dalam marketing dan sales yang wajib dipahami agar pengguna atau pelanggan tidak kabur dan pindah menggunakan produk lain.
Tentunya, menjaga konsumen adalah kunci utama suksesnya sebuah bisnis, kan?
Oleh karena itu, yuk, ketahui apa yang dimaksud dengan pain point dan bagaimana mengidentifikasi serta menyelesaikan masalah yang ada dengan lanjut membaca artikel Glints berikut ini.
Baca Juga: Pilihan 6 Aplikasi untuk Mempermudah Customer Relationship Management
Isi Artikel
Apa Itu Customer Pain Point?

© Betterhelp.com
Customer pain point adalah masalah spesifik yang dialami oleh calon pelanggan dalam berbagai aspek.
Secara sederhana, pain point adalah segala kesulitan yang mereka hadapi.
Dalam marketing, mengidentifikasi pain point merupakan aktivitas penting.
Meminimalisasi kesulitan pengguna akan meningkatkan kepuasan mereka saat menggunakan produkmu dan meningkatkan kesuksesan bisnis.
Nah, pain point yang mungkin dialami pelanggan dalam perjalanan mereka saat menggunakan suatu produk jenisnya cukup banyak.
Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Support pain point
Menurut Commbox, support pain point adalah ketika customer atau pelanggan tidak mendapatkan bantuan ketika berusaha menyelesaikan suatu proses, seperti pembelian.
Ketika mereka tidak dapat menemukan jawaban mengenai apa yang mereka cari dalam kurun waktu tertentu, mereka akan meninggalkan aplikasi atau situs webmu.
2. Process pain point
Customer process pain point adalah kendala yang dihadapi pelanggan akibat proses yang kurang optimal.
Kenyamanan adalah hal yang sangat perlu diutamakan ketika merancang sebuah produk atau jasa.
Pasalnya, 75% pelanggan cenderung pindah menggunakan brand lain ketika mengalami kesulitan dalam proses melakukan suatu tujuan, misalnya membuat pemesanan atau pembelian.
Kadang, pain point ini sulit diidentifikasi.
Oleh karena itu, komunikasi dengan pelanggan perlu dilakukan untuk mengetahuinya.
3. Financial pain point
Financial pain point terjadi ketika pelanggan menghabiskan terlalu banyak uang untuk menggunakan suatu produk dan ingin mengurangi pengeluaran tersebut.
Secara sederhana, pain point ini adalah ketika pelanggan menghadapi masalah yang berkaitan dengan uang.
Contoh financial pain point adalah biaya berlangganan yang mahal, penambahan biaya ketika melakukan checkout, transparansi yang kurang baik mengenai harga akhir, dan kenaikan biaya setelah beberapa waktu.
Baca Juga: Serba-serbi Kepuasan Pelanggan, Mengapa Ini Penting?
Cara Mengidentifikasi Customer Pain Point

© Rawpixel.com
1. Riset pasar secara kualitatif
Identifikasi customer pain point dapat dilakukan dengan riset kualitatif menggunakan data dan pemetaan customer journey.
Hal ini membuat kita bisa mengetahui secara spesifik apa yang mereka mau.
Pemetaan customer journey memberikan kita wawasan mengenai interaksi pengguna dengan produk atau brand-mu dan masalah yang dihadapinya.
2. Riset sales kualitatif
Selain kuantitatif, riset lainnya yang perlu dilakukan adalah secara kualitatif.
Riset untuk mengetahui customer pain point ini dilakukan dengan tim sales yang memiliki banyak informasi mengenai pengguna dan kesulitan yang mereka hadapi.
Tim sales biasanya berhadapan langsung dengan pelanggan potensial dan mengetahui apa saja hal yang menurunkan kepuasan mereka.
Hal ini juga bisa dilakukan dengan memberikan kuesioner customer feedback untuk mengetahui opini mereka mengenai produkmu.
Tips Menyelesaikan Masalah Customer Pain Point

© Freepik.com
Setelah mengetahui apa saja customer pain point yang dirasakan pengguna, hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mencari solusinya.
Menurut Yesware, kunci utama keberhasilan menyelesaikan masalah pain point adalah dengan memastikan pelanggan tahu bahwa kita memahami kesulitan yang mereka hadapi.
Nah, beberapa cara efektif untuk menyelesaikan masalah customer pain point adalah sebagai berikut:
1. Sesuaikan solusi dengan masalah secara spesifik
Agar pengguna merasa dipahami, gunakan frasa atau kata yang mereka pakai untuk mendeskripsikan masalah saat kamu menawarkan solusinya.
Hal ini akan membuat konsumen merasa didengarkan dan dimengerti oleh brand.
2. Gunakan bahasa yang dimengerti
Ketika menunjukkan bahwa kita menawarkan solusi terhadap suatu pain point yang dihadapi pengguna, pakailah bahasa yang dekat dengan mereka dan mudah dipahami.
Hal sederhana ini bisa membuat pengguna lebih percaya pada brand, dan pesan yang disampaikan terasa lebih alami.
3. Jelaskan manfaat
Beri tahu pada pengguna bagaimana solusi yang ditawarkan dapat memberi manfaat pada hidup atau meningkatkan pengalaman mereka.
Tunjukkan juga bahwa solusi tersebut akan benar-benar membantu mereka keluar dari kesulitan yang dialami.
Berikan contoh nyata agar lebih dapat dipercaya.
Baca Juga: Ketahui 5 Cara Membangun Hubungan Baik dengan Customer di Sini
Nah, sekian informasi customer pain point yang bisa Glints berikan.
Sudah lebih paham, kan, apa itu pain point dan cara menyikapinya untuk bisnis yang lebih maju?
Nah, jika sudah menemukan pain point tersebut. Tugasmu selanjutnya adalah bagaimana menemukan cara agar customer tersebut mau terus menggunakan produk dan jasamu.
Maka dari itu, yuk, cari tahu cara memenuhi kebutuhan konsumen untuk mempertahankan loyalitas mereka. Baca selengkapnya di sini!