Compassion Fatigue: Apa Itu, Penyebab, Gejala, & Cara Mengatasi

Tayang 26 Apr 2023 - Dibaca 6 mnt

Isi Artikel

    Compassion fatigue mungkin adalah istilah yang masih asing di telinga kita. Namun, sebenarnya hal ini bisa dirasakan siapa pun, lho.

    Compassion fatigue biasanya dikaitkan dekat dengan rasa empati. Dalam dunia kerja, kemampuan empati ini sangat diperlukan oleh bidang pelayanan publik.

    Oleh karena itu, pekerjaan yang seperti ini lebih rentan terkena compassion fatigue.

    Menurut Canadian Medical Association, compassion fatigue bisa menyebabkan kelelahan yang berlebihan dan berkurangnya produktivitas. Jadi, hal ini tentu bisa mengganggu pekerjaan dan keseharian.

    Nah, sebenarnya, apa itu compassion fatigue? Apa saja penyebab dan gejalanya? Bagaimana kita mengatasinya?

    Jika kamu penasaran, yuk, segera baca ulasan Glints di bawah ini!

    Apa Itu Compassion Fatigue?

    Compassion fatigue adalah kelelahan yang disebabkan oleh sering merasa empati atau keinginan untuk membantu kesusahan orang lain.

    Menurut WebMD, compassion fatigue adalah dampak fisik, emosional, psikologis yang terjadi karena membantu kesulitan, stres, atau trauma orang lain.

    Oleh karena itu, tidak jarang juga orang menyebut hal ini dengan sebutan secondary trauma atau trauma sekunder.

    Jadi, orang yang rentan terkena compassion fatigue adalah pekerjaan pelayanan publik. Hal itu seperti dokter, perawat, terapis, sukarelawan bencana, dan pengacara yang terpengaruh oleh pengalaman pasien atau klien mereka.

    Selain itu, dilansir Pyschology Today, informasi buruk dari berita maupun media sosial yang mengundang empati, membuat banyak orang semakin rentan terkena compassion fatigue.

    Secara sekilas, compassion fatigue mungkin mirip dengan burnout yang juga merupakan kelelahan yang terus terkumpul. Namun, sebenarnya keduanya memiliki perbedaan ujar GoodTherapy.

    Disebutkan bahwa compassion fatigue bisa terjadi tanpa diprediksi atau datang secara tiba-tiba. Namun, jika terjadi, ia dapat langsung ditangani.

    Sementara itu, burnout adalah hal berkumpul secara bertahap dan semakin memburuk, sehingga bisa efeknya bisa lebih dirasakan.

    Selain menyebabkan kelelahan dan kurang produktivitas, compassion fatigue juga bisa mengakibatkan kehilangan kemampuan empati seseorang.

    Dengan begitu, sangat penting untuk para profesional untuk bisa mengetahui kapasitas emosional dan empati masing-masing agar tidak merasa lelah dan dapat segera ditangani.

    Baca Juga: Stres Kerja? Simak 10 Tips Berikut Ini Biar Kamu Santai Sedikit

    Gejala Compassion Fatigue

    Menurut WebMD, berikut adalah beberapa gejala yang dirasakan saat kamu mengalami compassion fatigue:

    1. Mood swing

    Salah satu gejala dari compassion fatigue adalah mood swing atau perubahan emosi yang terjadi sangat sering dan intens.

    Misalnya, kamu sedang merasa senang, kemudian secara tiba-tiba kamu merasa jengkel dan mudah marah.

    2. Sering menyendiri

    Gejala yang juga sering muncul adalah perasaan ingin menyendiri dan tidak ingin berinteraksi dengan orang lain seperti teman maupun pasangan.

    Selain itu, kamu juga menjadi kurang peka secara emosional dengan kehidupan pribadi dan juga dengan orang di sekitarmu.

    3. Insomnia

    Kelelahan emosional dari compassion fatigue bisa mengganggu pikiran dan tubuh, sehingga kamu akan merasa kesulitan saat tidur.

    Tentunya, ini akan menyebabkan fisik menjadi kurang fit, tidak bisa berkonsentrasi, dan kurangnya daya ingat. Alhasil, menimbulkan kurangnya produktivitas kerja.

    4. Gejala fisik lain

    Selain insomnia, adapun beberapa gejala fisik lain yang seperti:

    • rasa lelah yang berlebihan
    • perubahan pola makan
    • sakit kepala
    • berkurangnya berat badan
    • masalah pencernaan
    • lebih cemas

    Baca Juga: 8 Cara Ampuh Meredakan Sakit Kepala akiibat Stres Kerja

    Cara Mengatasi Compassion Fatigue

    Tentu, karena gejala-gejala di atas, compassion fatigue adalah hal yang bisa mengganggu kehidupan profesional maupun pribadi sehari-hari.

    Namun, kamu tidak perlu takut. Merangkum Forbes dan GoodTherapy, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi compassion fatigue.

    1. Membuat batasan pribadi

    Menurut BannerHealth, compassion fatigue memerlukan waktu untuk berkembang dan terus menumpuk.

    Oleh karena itu, untuk mencegah atau mengatasi gejala di atas, sebaiknya kamu mulai menetapkan batasan emosional dan psikologi saat kamu membantu dengan orang lain.

    Salah satu cara mudahnya adalah mengenal bahwa kamu juga punya kebutuhan emosional tersendiri yang perlu dilindungi. Kamu tidak perlu membebani diri dengan permasalahan orang lain.

    2. Journaling

    Journaling adalah salah satu cara terbaik untuk menuangkan emosi dan pikiran di saat sedang banyak pikiran dan cemas.

    Dengan journaling, kamu bisa menghubungkan pemikiran dan perasaan agar tidak ada emosi atau pemikiran yang terpendam. Emosi ini jika menumpuk bisa menyebabkan compassion fatigue.

    3. Luangkan waktu untuk diri sendiri

    Untuk para pelayan publik, sudah menjadi tanggung jawab mereka untuk membantu dan mendengar cerita orang lain. Sayangnya, tak jarang mereka menjadi lupa dengan kebutuhan diri sendiri.

    Nah, untuk bisa mencari keseimbangan di antara keduanya, sebaiknya kamu cari luangkan waktu untuk diri sendiri untuk hal-hal seperti beristirahat, berolahraga, dan meditasi.

    Dengan begitu, kebutuhan fisik, emosional, dan psikologismu tetap akan terpenuhi.

    4.Minta bantuan ahli

    Jika sudah mulai merasa gejala compassion fatigue mempengaruhi keseharianmu, sebaiknya kamu langsung meminta bantuan profesional seperti psikolog dan psikiater.

    Pertolongan profesional ini bisa membantu untuk meredakan rasa stres, cemas, dan lelah melalui sesi terapi dan dengan obat yang diberikan dokter.

    Baca Juga: 8 Tips Mudah untuk Mulai Journaling Bagi Pemula

    Demikian ulasan Glints mengenai apa itu compassion fatigue, penyebabnya, gejala, dan cara mengatasinya.

    Kesimpulannya, compassion fatigue adalah kelelahan fisik dan emosional yang disebabkan oleh kegiatan membantu stres, kesulitan atau trauma orang lain.

    Jadi, bidang pekerjaan yang sering mengalami compassion fatigue ini adalah pekerjaan di bidang medis seperti perawat, terapis, dokter, dan hukum seperti pengacara.

    Nah, cara yang paling mudah untuk mencegah hal ini adalah memberikan batasan antara hubungan dengan pasien dan klien serta menjaga work-life balance.

    Untuk kamu yang penasaran bagaimana caranya mempraktikkan work-life balance, Glints ada banyak tips dan triknya untukmu.

    Pastinya kamu tidak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun untuk mendapatkan informasi yang inginkan.

    Tunggu apa lagi? Yuk, segera temukan dan baca artikelnya dengan klik di sini!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 1

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait