Pahami Clan Culture, Budaya Kerja yang Mengutamakan Rasa Kekeluargaan

Diperbarui 06 Mar 2023 - Dibaca 8 mnt

Isi Artikel

    Budaya kerja menjadi salah satu faktor perkembangan perusahaan dan karyawannya. Ada beberapa jenis budaya kerja yang biasanya diterapkan, salah satunya adalah clan culture

    Apa itu clan culture, apa saja manfaatnya bagi perusahaan dan pegawai bila menerapkannya?

    Yuk, temukan selengkapnya lewat rangkuman Glints berikut ini. 

    Apa Itu Clan Culture?

    service design adalah

    © Freepik.com

    Clan culture adalah budaya kerja yang mengutamakan kepentingan kelompok dan rasa kekeluargaan di dalam perusahaan. 

    Bisa dibilang moto dari budaya kerja ini adalah “semua satu, satu untuk semua”. Fokus dari clan culture kerja sama tim dan komunikasi internal. 

    Beragam prinsip tersebut yang membuat perusahaan dengan clan culture juga unggul dalam hal kolaborasi tim.

    Biasanya juga, perusahaan dengan budaya kerja ini memiliki rencana mentorship yang lebih matang dan solid. 

    Menurut sebuah studi yang diterbitkan Project Management Institute, ciri khas dari budaya kerja klan yaitu: 

    • mentoring
    • partisipasi
    • kolaborasi tim
    • kerja sama tim
    • komitmen dan loyal
    • musyawarah mufakat
    • adil 

    Budaya clan umumnya diterapkan pada perusahaan baru yang jumlah karyawannya masih sedikit. Struktur organisasi dari perusahaan tersebut juga biasanya cenderung berbentuk horizontal. 

    Oleh karena itu, clan culture sangat umum diadopsi oleh startup

    Baca Juga: Pentingnya Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Dorong Pertumbuhan Startup

    Kelebihan dan Kekurangan Clan Culture

    Budaya kerja ini punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sebelum menerapkannya, simak apa saja pro dan kontra dari clan culture.

    Kelebihan

    corporate sales adalah

    © Freepik.com

    1. Komunikasi internal yang solid

    Nilai kekeluargaan yang kental pada budaya kerja ini menghasilkan komunikasi yang solid di dalam tim. 

    Dilansir dari Breathe HR, struktur organizasi horizontal membuat setiap karyawan di posisi apa pun terasa dekat.

    Baik staf hingga CEO sekali pun memiliki pola komunikasi yang sama di antartim. 

    Hal ini menimbulkan komunikasi dari berbagai arah, tak hanya dari atasan ke bawahan tapi juga sebaliknya.

    2. Produktivitas kerja tinggi

    Kolaborasi dan kerja sama tim yang solid dapat meningkatkan produktivitas. Tak hanya itu, target perusahaan bisa lebih mudah dicapai. 

    Hal ini karena semua target dibebankan sama rata pada seluruh karyawan, sehingga rasa kepemilikan terhadap perusahaan pun tinggi.

    3. Terbuka dengan hal baru

    Hal positif lain dari budaya ini adalah perusahaan cenderung terbuka dengan semua masukan dan saran dari setiap karyawan. 

    Menerapkan budaya clan dapat membuat karyawan lebih sehingga karyawan pun tak sungkan untuk berbicara dan berpendapat. 

    Hal ini juga bisa mendorong perusahaan untuk lebih kreatif dan inovatif, karena ide yang beragam dari karyawan. 

    Baca Juga: 5 Tips Cepat Beradaptasi dengan Budaya Perusahaan di Kantor Baru

    Kekurangan

    tipe pemimpin rapat

    © Freepik.com

    1. Batasan yang “abu-abu”

    Kekurangan terbesar dari clan culture adalah batasan kerja dan otoritas yang tidak begitu jelas. Hal ini karena setiap orang punya peran dan andil yang sama dalam setiap proyek kerja. 

    Jadi, ketika ada masalah muncul, tim akan kebingungan harus mendengarkan siapa dan mengikuti solusi dari yang mana. 

    2. Terlalu fokus pada tim, bukan individu

    Oleh karena mengutamakan kerja tim, beberapa karyawan yang merasa minoritas cenderung sungkan untuk mengungkapkan pendapatnya. 

    Sehingga, ketika sudah ada satu ide yang muncul, karyawan yang merasa idenya terlalu berbeda akan enggan untuk menolak atau menyanggah. 

    3. Memicu ketidakdisiplinan

    Perusahaan yang menerapkan budaya ini cenderung membebaskan karyawannya dalam bekerja.

    Namun, terkadang ada karyawan yang justru memanfaatkan kebebasan tersebut untuk menguntungkan dirinya sendiri. 

    Hal ini yang harus diantisipasi oleh perusahaan ketika menerapkan budaya clan. Meskipun memberikan kebebasan untuk karyawan, tetap harus ada aturan yang jelas jika melanggar prinsip perusahaan. 

    4. Fokus pada internal

    Budaya kerja ini cenderung menitikberatkan pada aspek internal di dalam perusahaan.

    Sebenarnya, hal ini bisa bermanfaat karena dengan memperhatikan aspek internal, perusahaan tahu kebutuhan karyawan dan kondisi SDM-nya. 

    Namun, terlalu fokus dalam hal ini justru membuat perusahaan kehilangan “pandangan” dari dunia luar, yang justru seharusnya menjadi prioritas dalam bisnis. 

    Cara Menerapkan Clan Culture dalam Perusahaan

    relationship manager adalah

    © Freepik.com

    Kultur ini dibangun dengan cara menumbuhkan rasa kepemilikan dan kerja sama antartim yang solid.

    Kamu bisa memulainya dengan:

    • Membangun komunikasi terbuka, dua arah antara tim dengan atasan.
    • Mencari tahu dan memahami keinginan masing-masing karyawan.
    • Ketahui ekspektasi dan harapan, perusahaan dapat menerapkannya ketika bekerja.
    • Pahami juga ciri khas dan kebutuhan perusahaan ketika membangun sebuah budaya kerja.

    Hal ini akan membantu perusahaan dalam memaksimalkan kerja tim dan produktivitas.

    Baca Juga: Yuk, Pahami 6 Perbedaan Budaya Kerja di Perusahaan Startup dan Korporat!

    Itulah hal-hal yang harus kamu tahu tentang clan culture sebelum menerapkannya.

    Yuk, cari tahu lebih banyak tentang budaya perusahaan. Glints sudah siapkan kumpulan artikel terkait hanya untuk kamu.

    Cek selengkapnya di sini!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 3.7 / 5. Jumlah vote: 3

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait