Dianggap Lebih Relevan dari Brand Loyalty, Pelajari Seluk-beluk Brand Enthusiasm

Tayang 11 Mar 2021 - Dibaca 8 mnt

Isi Artikel

    Terdapat banyak istilah yang menggambarkan hubungan antara brand dan pelanggannya. Salah satunya adalah brand enthusiasm.

    Selama ini brand loyalty memang masih jadi andalan dan semacam standar yang dituju.

    Padahal, brand enthusiasm bisa memberi keuntungan yang lebih banyak lagi.

    Kalau ingin tahu lebih lanjut mengenai topik ini, baca sampai tuntas, ya!

    Apa Itu Brand Enthusiasm?

    brand enthusiasm adalah

    © Freepik.com

    Brand mana yang tidak ingin digemari dan diandalkan oleh pelanggannya, sih? Hampir semuanya pasti mengincar itu.

    Salah satu cara untuk mendapatkannya adalah dengan menciptakan brand enthusiasm.

    Menurut IBM, brand enthusiasm ini lebih bisa diandalkan dibandingkan dengan brand loyalty.

    Baca Juga: Brand Loyalty vs. Customer Loyalty: Apa Perbedaannya?

    Pasalnya, riset dari IBM menunjukkan bahwa dewasa ini, brand loyalty tidak selalu berarti orang akan membeli barang dari brand yang sama terus menerus.

    Mayoritas orang sekarang lebih setia ke apa pun itu yang baru, inovatif, dan sesuai dengan kebutuhan mereka.

    Di situlah brand enthusiasm masuk. Orang-orang yang ditargetkan adalah para “brand enthusiast”.

    Kalau kata MarketingProfs, brand enthusiast adalah mereka yang melakukan pembelian relevan (secara berulang-ulang, untuk produk dengan kualitas baik) dan akan merekomendasikan sebuah brand kepada orang-orang terdekatnya.

    Jadi, bisa dibilang sistem brand enthusiasm ini kurang lebih seperti referral marketing, tetapi lebih organik dan kemauannya datang dari pelanggan itu sendiri.

    Untuk menjaga ini, tentu saja brand harus terus menjaga kualitas dan mengeluarkan inovasi-inovasi terbaru agar pelanggannya tetap tertarik.

    Contoh Brand yang Menjalankannya

    Supaya lebih mudah memahami konsep brand enthusiasm, Glints akan memberikan beberapa contoh brand nyata.

    Disarikan dari Chief Marketer, berikut ini adalah contoh dua brand yang telah berhasil mencapai brand enthusiasm.

    1. Apple

    contoh brand enthusiasm adalah

    © Unsplash.com

    Pasti pernah melihat berita yang menunjukkan orang-orang mengantri untuk perilisan iPhone terbaru, kan?

    Mereka itulah yang disebut sebagai brand enthusiast, selalu ingin up to date dengan produk yang dikeluarkan oleh sebuah brand, memberi tahu orang terdekat untuk membelinya, dan lain-lain.

    Bahkan, ada yang menjadi “die-hard fans” dan membela Apple habis-habisan kalau disandingkan dengan brand lain, karena mereka merasa produk brand inilah yang terbaik.

    2. Starbucks

    © Pexels.com

    Kalau bicara kopi, sebenarnya minuman yang satu ini bisa dengan mudah dibuat sendiri.

    Namun, banyak orang yang rela membayar berkali-kali lipat untuk kopi dari Starbucks.

    Alasannya? Karena terdapat label premium yang sudah melekat dengan brand ini, dan trik-trik marketing yang dijalankannya pun tidak sembarangan.

    Beberapa bulan belakangan, Starbucks mulai mengeluarkan opsi susu almond sebagai pengganti dairy biasa, memperluas basis pelanggannya ke mereka yang menjalani gaya hidup vegan/vegetarian.

    Brand enthusiasm adalah hasil dari inovasi-inovasi tersebut.

    Menyenangkan pelanggan, meningkatkan penjualan, kan?

    Baca Juga: 5 Strategi Word of Mouth Marketing Paling Efektif untuk Menarik Pelanggan

    Cara Mencapai Brand Enthusiasm

    Diambil dari Blueprint, berikut ini adalah cara atau semacam tips yang bisa diikuti untuk mencapai brand enthusiasm.

    1. Ciptakan hubungan yang kuat

    © Freepik.com

    Tips pertama untuk mencapai brand enthusiasm adalah dengan menciptakan hubungan yang kuat antara pelanggan dengan brand.

    Ini semua dimulai dengan branding yang menarik dan menyentuh para pelangganmu.

    Masih menggunakan contoh Apple, nilai yang ditanamkan dalam branding mereka adalah inovasi dan eksklusivitas.

    Sampai sekarang pun dengan harga produknya yang terus meningkat, mereka yang sudah setia menjadi pelanggan akan terus membeli inovasi-inovasi terbaru keluaran mereka.

    2. Beri penghargaan bagi mereka yang setia

    © Freepik.com

    Seperti yang sempat disebutkan di awal, mendapatkan kesetiaan di pasar yang terus berkembang dan tak ada batas ini sangatlah sulit.

    Selalu ada produk baru, ada brand kompetitor baru, intinya segalanya yang baru dan menarik perhatian. 

    Maka dari itu, berilah penghargaan bagi pelanggan yang tetap setia meskipun banyak “godaan” di luar sana.

    Misalnya, memberikan akses eksklusif untuk produk terbaru lebih dulu dari orang-orang lain, memberikan kupon, dan lain-lain. 

    Intinya, berikan perhatian ekstra spesial bagi mereka yang menetap.

    3. Ikuti pelangganmu

    contoh kesalahan marketing yang sering dilakukan

    © Freepik.com

    Tips lain untuk mencapai brand enthusiasm adalah dengan mengikuti pelangganmu.

    Setelah mengetahui target pasar, cari tahu mereka biasa bertengger di mana. Apakah media sosial, festival musik, di mana pun itu. 

    Dengan begitu, kamu bisa menciptakan brand experience yang menyenangkan, membuat mereka melihat sesuatu di brand-mu, lalu akhirnya membagikannya ke orang-orang terdekat.

    Baca Juga: Sering Dianggap Sama, Ini Dia Letak Perbedaan antara Brand dan Branding

    Dari artikel ini, dapat disimpulkan bahwa brand enthusiasm adalah hubungan antara brand dan pelanggan yang bisa dicapai dengan melakukan tindakan-tindakan ekstra yang membuat pelanggan merasa spesial dan dihargai.

    Kalau ingin mencari tahu strategi marketing lainnya yang menguntungkan bisnis, kamu bisa mengikuti Glints ExpertClass, lho.

    Kelas-kelas di sana akan dibawakan oleh para profesional dari bidang marketing, dengan ilmu dan pengalaman yang sangat berlimpah.

    Jadi, tunggu apa lagi? Langsung cari kelas yang ingin diikuti dan daftarkan dirimu. Jangan sampai kelewatan!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait