Apa Itu Bell Curve? Pelajari Definisi dan Tips Menghadapinya!
Isi Artikel
Bell curve adalah salah satu sistem penilaian dalam performance appraisal yang kerap jadi bahan perbincangan.
Pasalnya, perusahaan jadi lebih mudah melakukan penilaian, tetapi tidak terlalu menguntungkan bagi mayoritas karyawan.
Ingin tahu kelebihan dan kekurangan sistem penilaian ini serta tips menghadapinya?
Yuk, simak lebih lanjut!
Apa Itu Bell Curve?
Mengutip sage HR, bell curve adalah sistem evaluasi kinerja karyawan yang dibagi menjadi terbaik, biasa saja, dan terburuk.
Sistem penilaian ini nantinya akan terdiri dari:
- 20% karyawan dengan performa terbaik
- 70% karyawan dengan performa standar
- 10% karyawan dengan performa di bawah standar
Dari persentase tersebut, hasil akhir kurva akan berbentuk seperti bel.
Karyawan yang termasuk ke dalam 20% biasanya akan mendapat kenaikan gaji atau insentif lain, 70% penghargaan biasa, sedangkan 10% harus dilatih kembali atau bahkan dilepas kalau dirasa kurang pas.
Banyak yang bilang bahwa penilaian ini cukup kaku dan memaksa, karena memang tidak ada kategori atau aspek penilaian lainnya.
Para manajer dan jajaran atas lainnya hanya boleh membagi karyawan mereka ke dalam tiga kategori tersebut.
Kelebihan dan Kekurangannya
Kelebihan sistem bell curve
Meskipun kerap dianggap kontroversial, sistem ini punya beberapa keunggulan.
Beberapa kelebihan dari sistem bell curve adalah mengetahui orang-orang dengan performa kerja terbaik, mampu mendorong karyawan untuk lebih produktif, dan membantu manajer untuk menilai secara objektif.
Dalam metode ini, manajer dapat melihat siapa yang bekerja dengan baik dan mana karyawan dengan performa kerja yang buruk. Walaupun demikian, perlu diakui kalau tak semua dalam 10% performa kerjanya buruk.
Sistem ini juga membuat karyawan lebih paham apakah mereka cocok di jabatan yang sekarang, apakah butuh pelatihan ulang, dan lainnya.
Kekurangan sistem bell curve
Beberapa kekurangan dari sistem penilaian bell curve adalah menciptakan kompetisi tidak sehat dan menghambat perkembangan perusahaan.
Memang, di atas sempat disebutkan bahwa sistem ini justru meningkatkan perkembangan perusahaan. Akan tetapi, tidak untuk jangka panjang.
Menurut Cavin HR, metode ini membuat orang-orang yang sebenarnya memiliki performa sangat baik, terpaksa harus ditempatkan pada kategori rata-rata saja.
Alasannya bukan karena performa mereka kurang baik, tetapi karena persentase yang hanya memungkinkan 20% orang berada di kategori tertinggi.
Alhasil, perkembangan perusahaan akan stagnan dan semua orang hanya memikirkan performa dirinya sendiri saja.
Contoh lain, katakanlah ada orang bernama Adi yang menjabat sebagai content lead di sebuah perusahaan.
Karena adanya sistem ini, ia akan berpikir dua kali untuk mempekerjakan orang yang bagus untuk menjadi anggota timnya.
Kalau berada di posisi Adi, kamu pasti akan melakukan hal serupa agar terhindar masuk ke 10% dari karyawan yang kemungkinan besar dipecat, kan?
Tips Menghadapi Sistem Penilaian Ini
1. Usahakan untuk selalu produktif
Tips pertama untuk menghadapi sistem penilaian bell curve adalah dengan meningkatkan produktivitas kerja dan terus menjadi proaktif.
Meskipun metode ini bisa dibilang kaku, yang menilai karyawan pada akhirnya adalah manajer. Kamu harus bisa memanfaatkan celah tersebut.
Bayangkan saja kalau perusahaan menggunakan sistem ini dan yang melakukannya adalah robot, pasti akan lebih sulit, kan?
Maka dari itu, penting bagimu untuk melakukan performa terbaik dan menjaga hubungan baik dengan atasan tersebut.
Jangan mementingkan pekerjaan saja, luangkan waktu juga untuk bersosialisasi dan mencuri hati manajermu.
Namun, usahakan untuk melakukannya dalam batas wajar, ya. Jangan sampai dianggap menjilat dan ada maunya saja.
2. Buat dirimu jadi spesial dan berguna
Mengutip Patch, cara lain untuk menghadapi metode bell curve adalah dengan membuat dirimu berguna dan tak tergantikan.
Ketika kamu bisa meringankan pekerjaan manajer dan rekan kerja lainnya, mereka pasti ingin kamu tetap berada di perusahaan.
Kalau kamu hanya menyelesaikan pekerjaan sendiri, selesai kerja langsung pulang dan tak ada basa-basi, bisa-bisa kamu ditempatkan di kurva terendah nantinya.
Pastikan juga pekerjaanmu selalu selesai tepat waktu dan memenuhi persyaratan yang diminta.
Karena bell curve adalah metode yang bisa dibilang cukup kaku, kamu harus bisa mencari celah dan memanfaatkannya dengan baik.
Ingat, yang penting adalah kamu sudah melakukan yang terbaik.
Kalau sampai tiba-tiba berada di posisi 10% terbawah, tak masalah. Pasalnya, kalau semua orang sebenarnya menjalankan performa terbaik, kurva tersebut hanya mengurutkannya saja.
Nah, jika kamu ingin tahu lebih banyak seputar tips menghadapi performance appraisal, baca artikel-artikel terkait di Glints Blog, yuk.
Tambah wawasanmu dengan membaca ragam artikel terkait, klik di sini untuk temukan dan baca artikelnya.