Behavioral Finance: Definisi, Konsep Utama, dan Bias di Dalamnya

Diperbarui 23 Okt 2023 - Dibaca 10 mnt

Pernahkah kamu menimbang-nimbang harus membeli produk A atau B saat berbelanja di e-commerce atau mal? Nah, pertimbangan tersebut adalah bentuk dari behavioral finance.

Behavioral finance adalah salah satu teori dan sub bidang behavioral economic yang menjelaskan mengapa individu mengambil keputusan keuangan tertentu.

Investopedia menjelaskan behavioral finance dapat dianalisis untuk memahami hasil ekonomi yang berbeda pada berbagai sektor dan industri. 

Nah, untuk membantu kamu memahami konsep keuangan, Glints telah siapkan penjelasan lengkap soal behavioral finance berikut ini.

Definisi Behavioral Finance

Dikutip Indeed, behavioral finance adalah teori yang menjelaskan pengaruh psikologis terhadap keputusan seseorang terkait aset mereka.

Salah satu aspek dari behavioral finance adalah pengaruh adanya bias secara psikologi dalam pengambilan keputusan keuangan. 

Wall Street Mojo juga menambahkan bahwa pengaruh bias psikologi ini digunakan oleh semua praktisi ekonomi dan finansial untuk membuat keputusan investasi hingga menjelaskan potensi pasar dari suatu industri.

Behavioral finance akan membantu kamu untuk membuat keputusan yang lebih rasional dan efisien sesuai dengan keadaan pasar.

Dalam bisnis, pendekatan behavioral finance ini akan digabungkan dengan pendekatan ekonomi tradisional untuk membantu membentuk strategi manajemen keuangan yang efektif.

Baca Juga: Financial Insecurity: Arti, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Konsep Utama Behavioral Finance

Bias dalam behavioral finance dapat muncul karena berbagai alasan, oleh karena itu para profesional membentuk konsep behavioral finance.

Konsep ini dibentuk untuk menganalisis penyebab dan efek dari bias yang muncul. Berikut adalah 5 konsep utama dari behavioral finance:

1. Mental accounting 

Mental accounting adalah kecenderungan seseorang untuk menyimpan dan mengalokasikan uang untuk tujuan tertentu. 

Dalam behavioral finance, mental accounting dapat menyebabkan pelakunya mengalokasikan jumlah uang yang sama untuk nilai atau value yang berbeda. 

Karena setiap orang mengalokasikan dana yang berbeda, ini bisa menyebabkan aktivitas keuangan yang tidak teratur, seperti rekening tabungan dengan pengembalian rendah dan utang kartu kredit.

Untuk mengimbangi mental accounting, banyak profesional yang menyarankan untuk mengenali bias dan menetapkan nilai yang sama untuk jumlah aset yang sama.

2. Herd behavior

Herd behavior dalam behavioral finance adalah kecenderungan individu untuk mengikuti keputusan keuangan orang lain dibandingkan melakukan riset dan analisis sendiri.

Baca Juga :  5 Aplikasi Ini Dapat Membantumu Fasih Belajar Bahasa Korea

Contohnya, saat ada orang terkenal atau teman dekat yang membeli saham tertentu, maka seseorang atau banyak orang akan ikut-ikutan.

Hal ini tentu akan berbahaya jika kamu tidak melakukan riset terlebih dahulu.

Untuk menghindari herd behavior, kamu harus melakukan riset dan analisis mandiri serta mengenali risikonya agar bisa melakukan mitigasi.

3. Emotional gap

Emotional gap adalah pengaruh emosi yang kuat pada keputusan keuangan. Dalam keuangan, emosi yang biasanya sangat berpengaruh adalah kecemasan, keserakahan, antusiasme tinggi, dan ketakutan. 

Keputusan keuangan yang terjadi secara emosional ini biasanya terjadi karena mengikuti tren tertentu dan terpengaruh banyak hal.

Banyak profesional dalam bidang keuangan menyarankan untuk tidak latah mengikuti tren dan tetap berada pada rencana keuangan jangka panjang yang memiliki dasar rasional.

4. Anchoring

Harga patokan atau standar memiliki pengaruh tinggi yang tidak proporsional pada pengambilan keputusan individu dan menjadi dasar dari anchoring.

Misalnya, seseorang berinvestasi pada saham sebesar Rp10 juta, maka ia akan menggunakan harga pembelian saham tersebut sebagai referensi untuk nilai dari saham tersebut.

Anchoring akan menyebabkan seseorang terpaku pada satu standar angka dan mengabaikan faktor lain.

Ini akan berdampak pada behavioral finance dan tindakan setelah keputusan yang akan mereka lakukan. 

5. Self-attribution

Self-attribution adalah kecenderungan seseorang mengambil keputusan keuangan karena menganggap kemampuannya lebih tinggi dari yang lain.

Bias ini dapat membawa seseorang pada keputusan yang salah karena pengaruh buruk dan tidak mendengarkan profesional.

Hal ini dapat diatasi dengan menerima dan mendiskusikan faktor pengambilan keputusan keuanganmu dengan profesional.

Baca Juga: 6 Kebiasaan Mengelola Keuangan Yang Lebih Bijak

Bias-Bias Behavioral Finance

Behavioral finance menjelaskan tentang sebab akibat dalam pengambilan keputusan keuangan dan dampak emosi yang bisa dirasakan ekonomi.

Selain itu, behavioral finance juga digunakan untuk memahami perubahan yang tidak normal dalam ekonomi dan keuangan serta melihat bias yang ada. 

Berikut adalah bias yang ada pada behavioral finance:

1. Confirmation bias

Confirmation bias atau bias konfirmasi adalah kondisi di mana keputusan individu telah dipengaruhi oleh apa yang mereka percaya sejak awal.

Baca Juga :  Pentingnya Rasa Ingin Tahu dalam Bekerja dan 10 Cara Meningkatkannya

Saat mengalami confirmation bias, pengambil keputusan biasanya akan mencari alasan lain untuk membuktikan kebenaran pilihannya dibandingkan melakukan riset ulang dengan benar.

2. Experiential bias

Biasa juga disebut dengan availability bias, bias ini terjadi saat seorang profesional membiarkan hal yang baru-baru ini terjadi memengaruhi tindakan yang mereka ambil, walaupun irasional.

Contohnya, saat kamu memutuskan untuk menaruh investasi pada startup online marketplace dan ternyata tidak memiliki performa yang baik, kamu cenderung tidak akan lagi melakukan investasi di bidang yang sama.

3. Loss aversion

Loss aversion dalam bias behavioral finance adalah menghindari keputusan yang membuat kerugian.

Bias ini hanya mendorong individu untuk membuat keputusan yang tidak merugikan dan berisiko rendah, namun tidak memikirkan keuntungan dan pengembalian dari investasi atau aset.

4. Familiarity bias

Familiarity bias menggambarkan kecenderungan seseorang untuk melakukan investasi hanya pada perusahaan atau aset yang sudah mereka ketahui dengan tujuan meminimalisir risiko.

Bias ini perlu ditangani agar mendapatkan hasil investasi yang beragam dan menguntungkan.

5. Hindsight bias

Hindsight bias adalah jenis bias yang mendorong individu untuk menganggap dirinya terbaik dalam mengambil keputusan karena keuntungan yang didapatkan, padahal bisa saja itu karena keberuntungan.

Ini dapat memengaruhi proses analisis keuangan karena alasan keberhasilan tidak relevan dan akurat.

6. Heuristic simplification

Heuristic simplification atau penyederhanaan adalah contoh cognitive bias yang menyebabkan para profesional terlalu menyederhanakan proses pengambilan keputusan mereka.

Hal ini bisa menyebabkan keputusan yang mereka buat bersifat tidak akurat serta tidak lengkap karena kurangnya data dan analisis.

Baca Juga: 10 Skill Penting untuk Sukses Berkarier di Bidang Keuangan

Itu dia informasi seputar behavioral finance untuk kamu.

Investopedia menjelaskan bahwa behavioral finance tidak akan membuat kamu secara ajaib selalu mengambil keputusan yang benar.

Tapi, memahami behavioral finance adalah salah satu kunci untuk menghindari kesalahan.

Penting untuk menimbang banyak aspek dengan baik sebelum membuat keputusan terkait keuangan karena sifatnya yang krusial.

Nah, jika kamu ingin tahu informasi dan tips lain seputar keuangan pribadi dan investasi, yuk, baca ragam artikel yang sudah Glints buat.

Klik di sini untuk temukan dan baca ragam artikel lainnya!


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terkait