Storytelling untuk Tingkatkan User Experience, Bagaimana Penjelasannya?

Diperbarui 27 Nov 2023 - Dibaca 9 mnt

Isi Artikel

    Siapa yang tidak suka cerita? Mulai dari gosip dan huru-hara tetangga hingga sastra indah nan apik, semuanya berbentuk kisah-kisah. Nah, untuk dunia UX, storytelling juga bisa diterapkan, lho!

    Selain meningkatkan pengalaman pengguna, ternyata, cerita juga bisa memudahkan pekerjaanmu sebagai seorang desainer produk.

    Apakah kamu semakin penasaran? Glints sudah merangkum informasi lengkapnya dalam artikel ini. Simak, yuk!

    Storytelling untuk UX

    apa itu storytelling untuk ux

    © Freepik.com

    Sebelumnya, kita lihat lagi pekerjaan mendasar dari desainer produk, yuk! Hal ini penting untuk bisa mengerti bagaimana kisah fiksi bisa digunakan untuk user experience.

    Tanggung jawab itu adalah memahami pengguna. Apa saja yang menjadi ekspektasi mereka, serta apa masalah yang mungkin mereka hadapi? Hal ini bisa dilakukan melalui riset. 

    Setelah memahami hal itu, barulah desainer menciptakan suatu produk. Rangkaian proses ini disebut dengan design thinking.

    Tahap memahami pengguna sendiri memegang peranan penting. Pasalnya, jika langkah itu meleset, produk yang dibuat juga jadi tak tepat sasaran.

    Nah, pengguna dipahami lewat serangkaian riset. Sayangnya, hasil penelitian pengguna biasanya abstrak dan berupa data yang rumit. 

    Bagaimana cara menggambarkannya dengan ringkas dan akurat?

    Dikutip dari Interaction Design Foundation, salah satunya adalah melalui storytelling. Dengan menciptakan skenario, perilaku pengguna pun bisa terlihat lebih jelas.

    Misalnya, produk yang kamu desain adalah dompet digital. Contoh storytelling untuk UX-nya adalah:

    Wajah Rahmat pucat pasi. Ia berkali-kali meraba kantong celana, baik depan maupun belakang.

    Ada barang penting yang hilang. Isinya tidak hanya banyak lembar-lembar rupiah, tetapi juga tumpukan kartu identitas.

    Akhirnya, ia menyerah. HP adalah satu-satunya barang berharga yang tersisa. Sisanya? Ikhlaskan saja semua pada pencopet yang kini entah di mana.

    Lewat cerita ini, kamu bisa memosisikan produk sebagai solusi bagi Rahmat, alias pengguna. Ia tak perlu lagi khawatir kehilangan uangnya. Semua teratasi lewat produk e-money milikmu.

    Nantinya, hasil kisah ini bisa dituang menjadi sebuah user persona. Lewatnya, memahami pengguna menjadi jauh lebih mudah.

    Baca Juga: Untuk Meningkatkan User Experience, Pahami Apa Itu Micro Interaction, Unsur, serta Contohnya

    Mengapa Storytelling Penting?

    Fungsi storytelling untuk UX yang pertama sudah disampaikan di awal tadi. Manfaat itu adalah memudahkan desainer produk memahami pengguna.

    Nah, melansir NNgroup, masih ada peran penting lain dari kisah fiksi ini, lho! Di antaranya adalah:

    1. Memicu imajinasi

    memicu imajinasi storytelling untuk ux

    © Freepik.com

    Kita ingat kembali salah satu tujuan dari mendesain produk, yakni menyelesaikan masalah pengguna. Saat memikirkan solusi, imajinasi bisa membantumu, lho!

    Untuk memahami manfaat yang satu ini, Glints akan memberikan contoh deskripsi user. Produk yang digunakan adalah aplikasi transportasi.

    Contoh pertama adalah deskripsi data biasanya:

    80% pengguna adalah seorang pekerja. Jarak rumah dan kantor mereka sangat jauh, tapi tetap mereka tempuh karena keinginan mengembangkan karier.

    Mereka berangkat naik kereta. Di hari kerja, 73% berangkat dari tempat tinggal ke stasiun sekitar pukul 06:00. Kereta terakhir adalah pukul 06:05.

    Bandingkan dengan contoh kedua, yang menggunakan storytelling untuk UX:

    Matahari sudah tak kelihatan. Di sebuah ruangan dalam gedung perkantoran, hanya ada Rahmi seorang.

    Ia baru saja menyelesaikan pekerjaan. Setelah ini, ia harus berangkat ke stasiun kereta untuk pulang ke rumahnya.

    Perjalanan jauh rela Rahmi tempuh demi kenaikan jabatan yang sudah ia dambakan. Sudah berhari-hari waktu tidurnya kurang. Dengkurannya baru terdengar pukul 00:30.

    Kala matahari muncul lagi, ia harus berangkat sesegera mungkin. Pasalnya, kereta terakhir adalah pukul 06:05. 

    Jika terlambat sampai ke kantor, gajinya akan dipotong. Jabatan impiannya juga bisa terasa semakin jauh.

    Contoh yang kedua bisa menggugah imajinasi seseorang. Masalah Rahmi saja, bisa membantumu memahami masalah pengguna lainnya.

    Di mana produk bisa hadir sebagai solusi? Fitur baru apa yang bisa kamu buat untuk memudahkan hidupnya? Pertanyaan itu bisa lebih mudah dijawab jika masalah dipaparkan lewat cerita.

    Baca Juga: Design Thinking Bisa Digunakan oleh Pekerja di Luar Desain, Lho! Pahami di Sini!

    2. Menjelaskan pada tim lainnya

    menjelaskan pada tim lainnya

    © Freepik.com

    Selain membantu pemahaman desainer produk sendiri, storytelling juga bisa digunakan untuk tim lainnya, lho!

    Penggambaran perilaku, emosi, reaksi, motivasi, serta tujuan bisa mudah dilakukan dengan kisah fiksi.

    Oleh karena itu, kamu bisa menggunakan storytelling untuk menjelaskan UX, alih-alih menggunakan sebuah diagram alir atau narasi biasanya.

    3. Membantu tim desain

    membantu tim desain

    © Uxhires.com

    Di dalam tim desainer produk, bisa saja terjadi bias dan kesalahan dalam mendesain.

    Bias ini bisa membuat mereka menciptakan produk untuk keinginan sendiri, alih-alih berdasarkan kebutuhan pengguna.

    Lewat cerita, desainer bisa selalu ingat bahwa produk dibuat bukan untuk dirinya, melainkan untuk user.

    Hal yang Harus Diperhatikan

    hal yang harus diperhatikan dalam storytelling untuk ux

    © Burst.shopify.com

    Nah, cerita yang baik akan melahirkan pemahaman yang baik. Pada akhirnya, pemahaman baik ini bisa menjadi dasar pembuatan produk yang tepat sasaran pula.

    Lantas, apa saja trik membangun storytelling yang baik? Melansir UX Planet, tips itu di antaranya:

    • Lihat bagaimana produkmu hadir di masalah nyata pengguna, buat cerita dari sana.
    • Gunakan plot dan konflik agar makin menarik.
    • Letakkan user sebagai karakter utama, tambah karakter pendukung jika perlu.
    • Gunakan setting waktu dan tempat.
    • Tambahkan judul atau hal lain yang bisa membuatnya makin menarik.
    Baca Juga: Microcopy: Definisi dan Fungsinya untuk Meningkatkan User Experience (UX)

    Demikian penjelasan dari Glints soal storytelling untuk UX. Coba metode ini untuk membuat produkmu makin ramah pengguna, ya!

    Selain menggunakan kisah fiksi, masih banyak hal yang bisa kamu lakukan agar produkmu makin ciamik. Apa sajakah itu?

    Semuanya bisa kamu pelajari lewat Glints Blog. Kamu bisa menemukan ragam info bermanfaat di kategori User Experience.

    Yuk, lihat pilihan artikelnya sekarang!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait