Skema Ponzi: Pengertian, Cara Kerja, dan Ciri-Cirinya

Diperbarui 14 Nov 2022 - Dibaca 8 mnt

Isi Artikel

    Sekarang ini, banyak sekali kasus penipuan berkedok investasi. Di antara kasus tersebut, cukup banyak kasus investasi bodong yang menggunakan skema Ponzi dalam pelaksanaannya.

    Skema itu bukanlah hal baru, namun masih cukup banyak orang yang terjebak oleh rayuan investasi bodong seperti ini.

    Pasalnya, tawaran yang diberikan cukup menggiurkan dan terlihat meyakinkan. Tak ayal, masyarakat yang masih belum paham literasi keuangan tergoda begitu saja.

    Memang, apa itu skema Ponzi sebenarnya? Mengapa hal ini bisa memberikan tawaran yang menggiurkan?

    Pada artikel ini, Glints akan memberikan penjelasannya untukmu.

    Baca Juga: 5 Tips yang Harus Kamu Ketahui dalam Diversifikasi Portofolio Investasi

    Pengertian Skema Ponzi

    lump sum

    © freepik.com

    Bersumber dari Investopedia, skema Ponzi adalah suatu penipuan investasi yang dilakukan dengan menjanjikan keuntungan besar  dan risiko rendah kepada investornya.

    Nama Ponzi sendiri berasal dari seorang mafia Italia, Charles Ponzi yang pertama kali menggunakan skema ini pada 1919.

    Ia berhasil membuat banyak orang mengalami kerugian dari kegiatan investasi bodong yang dijalankan.

    Hal tersebut tentu membuat kehebohan dan nama Ponzi dijadikan nama dari skema tersebut. 

    Investasi dengan skema Ponzi pada dasarnya murni perputaran uang dari anggotanya sendiri. 

    Prosesnya adalah dengan mengandalkan aliran investasi baru yang konstan untuk terus memberikan pengembalian kepada investor terdahulu. 

    Apabila aliran habis, skema tersebut akan berantakan.

    Contoh skema ponzi

    Tentu, skema penipuan ini pun ada di Indonesia. Menurut OJK, bahkan praktik ini sudah ada sejak tahun 1990-an.

    Lalu apa saja contoh-contohnya di Indonesia? OJK mengungkapkan beberapa contoh di antaranya.

    • PT. Qurnia Subur Alam Raya (QSAR)
    • Golden Traders Indonesia (GTI) Syariah
    • Virgin Gold Mining Corporation (VGMC)
    • First Travel Anugerah Karya Wisata
    • Abu Tours
    • Manusia Membantu Manusia (MMM)
    • Pandawa Group
    • MeMiles

    Cara Kerja Skema Ponzi

    skema ponzi adalah

    © techloader.com

    Bersumber dari Detik, skema ini bekerja dengan menjanjikan imbal hasil menggiurkan jika investor berhasil mengajak orang lain untuk bergabung.

    Investor lama akan dibayar dengan uang dari investor baru. 

    Saat investor baru menginginkan keuntungannya, nantinya akan dibayar dengan uang investor baru lainnya.

    Pola ini akan terus berjalan sehingga para investor akan terus mencari investor-investor baru. 

    Pemilik perusahaan atau penawar jasa investasi tak ragu untuk menyiapkan fasilitas-fasilitas bodong seperti kantor sewaan, produk investasi fiktif, dan lain-lain. 

    Skema ini akan hancur ketika tidak ditemukannya investor baru lagi. Hal ini karena tidak adanya uang untuk membayarkan imbal hasil yang dijanjikan pada investor lama.

    Uniknya, investasi skema Ponzi ini biasanya bermain di wilayah elite dalam tatanan masyarakat. 

    Mereka menjual nama-nama besar sebagai endorser. Sistem pengelolaannya dibungkus sedemikian rapi dan terlihat kredibel. 

    Padahal, skema yang dijalankan sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan.

    Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Kamu Lakukan Ketika Investasi Reksa Dana Turun

    Tanda-Tanda Skema Ponzi

    skema ponzi

    © Freepik.com

    Terdapat beberapa karakteristik yang menjadi tanda bahwa investasi tersebut menjalankan skema Ponzi.

    Menyadur Investor.gov, berikut adalah beberapa tanda adanya skema Ponzi:

    1. Dijanjikan imbalan yang tinggi dengan risiko rendah

    Ciri utama yang cukup terlihat adalah dijanjikannya imbalan tinggi dengan risiko rendah. Perlu diingat bahwa setiap investasi memiliki prinsip “high risk high return”. 

    Ini maksudnya, semakin besar hasil yang ingin dicapai, tentu semakin besar pula risiko yang harus dihadapi.

    Oleh karenanya, jika terdapat investasi yang menawarkan hasil tinggi namun risiko rendah, hampir bisa dipastikan bahwa investasi tersebut merupakan investasi bodong. 

    2. Imbal hasil tak melihat pergerakan ekonomi

    Tiap-tiap produk investasi tentu akan memberikan imbal hasil yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi.

    Jika ekonomi sedang baik, imbal hasil yang diberikan juga cenderung meningkat. Begitu pula sebaliknya.

    Hal ini berbeda pada investasi bodong yang menggunakan skema ini. Investasi tersebut memberikan imbal hasil yang konsisten secara terus menerus tak peduli dengan kondisi ekonomi.

    Kamu perlu mewaspadai jika ini terjadi pada investasi yang kamu lakukan.

    3. Strategi investasi dirahasiakan atau dijelaskan dengan rumit

    Ciri selanjutnya dari skema Ponzi adalah jika strategi investasi dirahasiakan atau dijelaskan dengan sangat rumit sehingga sulit dimengerti.

    Biasanya, skema Ponzi menuntut investornya untuk tetap tenang tanpa perlu mengetahui apa yang direncanakan, dan strategi yang dilakukan.

    Bahkan, beberapa menjelaskan strateginya dengan sangat rumit, sehingga investor sulit memahami bagaimana investasi tersebut dijalankan dan menerima hasil apa adanya.

    4. Tidak diberikan akses untuk melihat dokumen investasi

    Kemudian, kamu harus semakin berhati-hati ketika kamu tidak diberikan akses untuk melihat dokumen investasi. 

    Hal ini bisa terjadi karena dokumen tersebut memang tidak ada atau menggunakan investasi yang ilegal. 

    Dengan begitu, investor akan sulit mengevaluasi investasi seperti apa yang dilakukan. 

    5. Sulitnya menarik dana

    Ciri terakhir adalah kamu akan kesulitan untuk mengambil dana investasimu.

    Jika kamu telah mendapatkan keuntungan dan berpikiran untuk berhenti menjadi investor, prosesmu dalam menarik dana akan dipersulit atau tidak bisa sama sekali.

    Pasalnya, dana yang sudah kamu serahkan telah digunakan untuk membayar keuntungan bagi investor lain atau digunakan untuk keperluan pribadi pelaku skema Ponzi.

    Cara Menghindari Skema Ponzi

    seorang pria sedang menghindari skema ponzi

    © Pexels.com

    Mengutip dari Investopedia dan Pinnacle, berikut adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan.

    • gunakan jasa konsultan keuangan tepercaya
    • jangan percaya pada investasi yang menawarkan keuntungan tinggi dengan risiko rendah
    • selalu riset broker, konsultan keuangan hingga perusahaan penasihat investasi
    • cek apakah investasi yang akan dibeli sudah resmi atau tidak
    • selalu pahami investasi yang akan dilakukan
    Baca Juga: Analisis Fundamental dan Teknikal: Apa Saja Perbedaannya?

    Nah, itulah penjelasan singkat dari Glints mengenai skema Ponzi yang perlu kamu ketahui.

    Dengan mengetahui pengertian dan tanda-tandanya, kamu dapat semakin berhati-hati dalam melakukan investasi. 

    Masih banyak investasi lain yang bisa kamu lakukan dengan risiko terukur.

    Jika kamu tertarik dengan informasi sejenis, kamu bisa mendaftar pada newsletter blog Glints.

    Melalui newsletter, kamu akan mendapatkan beragam informasi menarik lain khususnya tentang perkembangan karier dan kehidupan kantor langsung di inbox-mu.

    Tunggu apa lagi? Daftarkan dirimu sekarang!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 4.3 / 5. Jumlah vote: 28

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait