Reverse Psychology dalam Marketing: Arti dan Contoh Penerapannya

Diperbarui 02 Jan 2024 - Dibaca 8 mnt

Isi Artikel

    Reverse psychology dalam marketing mungkin belum begitu familier, namun ternyata strategi ini cukup unik jika diterapkan.

    Sederhananya, teknik ini digunakan untuk membuat calon konsumen penasaran dengan apa yang kamu tawarkan. 

    Nah, apa itu reverse psychology dan bagaimana penggunaannya dalam marketing?

    Yuk simak selengkapnya di bawah ini!

    Definisi Reverse Psychology

    Psikologi terbalik atau reverse psychology adalah teknik yang melibatkan perilaku atau tindakan yang dilakukan sebenarnya berbeda dengan hasil yang diinginkan, dikutip dari Verywell Mind.

    Secara sederhana, ide dari reverse psychology adalah mengesampingkan hal yang sebenarnya kamu inginkan dengan menyatakan kebalikannya. 

    Kamu juga bisa menyebut ini sebagai teknik ‘manipulasi’. 

    Dikutip dari Eaglebloom, reverse psychology adalah kemampuan untuk membuat seseorang mengambil tindakan A (yang sebenarnya diinginkan) dengan memberi pilihan sebaliknya atau tindakan B.

    Baca Juga: Brand Dilution, Dampak Buruk saat Salah Strategi Marketing

    Contoh Penggunaan Reverse Psychology dalam Marketing

    Dilansir Eaglebloom, penggunaan reverse psychology dalam marketing bisa lahir dari fakta bahwa banyak orang yang tidak ingin menuruti apa perkataan atau saran dari orang lain.

    Setiap orang punya punya kontrol dalam mengambil keputusan mereka sendiri.

    Oleh karena itu, meminta calon konsumen membeli atau menggunakan produk kamu secara langsung terkadang malah membuat mereka enggan melakukannya.

    Mengutip dari Wizard of Ads, salah satu penggunaan reverse psychology dalam marketing yang paling terkenal adalah dengan teknik “don’t think of a white bear“.

    Contohnya adalah iklan yang menggunakan kalimat “Jangan beli jaket ini”.

    Dengan memberitahu untuk ‘tidak membeli’ jaket, iklan tersebut membuat kamu ‘ingin membeli’ karena bereaksi sebaliknya dari yang disampaikan. 

    Audiens akan merasa enggan menuruti iklan tersebut sehingga justru muncul keinginan untuk membeli produknya.

    Baca Juga: Yuk, Belajar Tentang Marketing Plan dan Contohnya!

    Waktu Tepat untuk Pakai Reverse Psychologi

    Ada waktu-waktu yang tepat untuk menerapkan reverse psychology agar strategi marketing ini berhasil, antara lain:

    1. Email marketing

    Kamu bisa menggunakan strategi ini saat mengirimkan email marketing, secara spesifik dalam penulisan headline atau subjek email.

    Masih melansir Eaglebloom yang mengutip data dari Optinmonster, 33% penerima memutuskan membuka email karena subjek yang menarik. 

    Kamu bisa menggunakan reverse psychology untuk membuat subjek email yang menarik dan catchy.

    Dengan begitu open rate email marketing-mu akan semakin tinggal, dan kesempatan untuk mendapatkan klik juga semakin tinggi.

    Mengapa hal ini bisa diterapkan dan akan berguna jika diterapkan? 

    Manusia memiliki kecenderungan untuk penasaran, jika kamu menulis subjek seperti “Jangan buka email ini”, mereka akan melakukan sebaliknya untuk menemukan apa yang email itu ‘sembunyikan’. 

    2. Menjual produk atau jasa yang mahal 

    Sebagai seorang marketer, saat dihadapkan dengan konsumen potensial, kamu tentu ingin mereka membeli atau menggunakan produk yang lebih mahal, bukan?

    Pastinya dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan. 

    Reverse psychology bisa digunakan pada saat seperti ini.

    Kamu bisa menjual produk yang mahal tanpa harus terlihat menawarkan produk mahal tersebut. 

    Contohnya saat seorang konsumen ingin membeli handbag di toko dalam mal, biasanya penjual akan berkata:

    Handbag A terbuat dari bahan leather berkualitas tinggi dan memang lebih awet hingga bertahun-tahu,  namun memang harganya lebih mahal. Saya mengerti kalau Anda ingin membeli yang lebih terjangkau harganya, handbag B juga tidak kalah bagus kualitasnya”

    Melalui contoh ini, bisa kamu lihat bahwa penjual menjabarkan kualitas handbag A, namun setuju dan mendukung pilihan pembeli dengan handbag B.

    Biasanya cara ini akan berhasil dan membuat pembeli akhirnya melakukan pembelian kepada produk yang lebih mahal.

    Pembeli akan merasa tak masalah mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk mendapatkan kualitas.

    3. Penggunaan kata-kata yang menarik untuk CTA 

    Setiap artikel atau konten yang dibuat di website untuk marketing pasti mengandalkan CTA atau call-to-action. 

    Jika kamu biasanya menulis “klik di sini” atau menggunakan tombol yang langsung menuju link subscribe email atau login, coba terapkan reverse psychology. 

    Contohnya:

    “Apakah kamu mau mengembangkan skill dan sukses dalam karier digital marketing?”

    Pilihan 1: Ya, saya mau!

    Pilihan 2: Saya tidak mau belajar digital marketing.

    Strategi ini biasanya berhasil karena banyak orang ingin mengikuti hal yang ‘positif’.

    Dari kedua pilihan di atas, pilihan pertama tentu terlihat lebih positif sehingga reaksi pertama pengguna adalah mengikutinya.

    Baca Juga: Memahami Social Media Marketing, dari Pengertian Sampai Strateginya
     

    Itu dia rangkuman tentang penggunaan reverse psychology dalam marketing untuk kamu.

    Tak hanya reverse psychology, strategi marketing terus meningkat dan bertambah seiring perkembangan zaman.

    Banyak strategi unik yang mungkin bisa kamu terapkan. 

    Nah, Glints juga merangkum informasi tentang marketing lainnya untuk kamu.

    Kamu tentu tak ingin usaha marketing-mu monoton atau itu-itu saja, bukan?

    Makanya, yuk, ketahui lebih banyak strategi marketing dengan klik di sini!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 2

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait