• Blog
    • Bidang Profesi
      • Marketing
      • Tech & Data
      • Media & Communications
      • Business Dev & Sales
      • Product
      • Design
    • Tips Karier
      • Mengawali Karier
      • Dunia Kerja
    • Konten Eksklusif
      • Artikel Expert
      • Panduan
      • Laporan
    • Dari Glints
      • Panduan Komunitas & Konten
      • Campaign Berlangsung
      • Kabar Produk
      • Kabar Glints
  • Lowongan Kerja
  • Glints ExpertClass
  • Glints Community
  • Dunia Kerja
  • Tips Karier

Mana yang Lebih Penting, Proses atau Hasil Akhir?

Tayang 02 Des 2020 - Dibaca 8 mnt
Khairina F. Hidayati A writer, loves to share about career and finance to help you maximize your potential.

Isi Artikel

    Sadar atau tidak, kebiasaan kerja tiap orang berbeda-beda. Nah, di antara pilihan result–oriented vs process–oriented, kira-kira, yang manakah kamu?

    Setelah tahu jawabannya, memangnya, siapa yang lebih baik di antara keduanya?

    Dalam artikel ini, Glints akan menjawab pertanyaan tersebut. Simak selengkapnya di bawah ini, ya!

    Pengertian Keduanya

    Agar pemahamanmu lebih utuh, ketahui dulu pengertian dari keduanya, yuk!

    Kamu bisa membacanya di bawah ini. Informasinya dirangkum dari Psychology Today dan Industry Today.

    1. Result–oriented

    result-oriented

    © Freepik.com

    Result-oriented merupakan sebuah kebiasaan bekerja, berkomunikasi, dan berkompetisi. 

    Para pemilik kebiasaan ini cenderung fokus pada hasil akhir. Meski juga memikirkan proses, mereka kerap memusatkan perhatian pada target-target.

    Hal ini tentu sangat baik. Sebab, saat bekerja, kamu punya sederet tugas yang harus kamu selesaikan.

    Dengan fokus pada “selesai”, alih-alih “bagaimana caranya untuk selesai”, kamu tentu bisa produktif dan cepat dalam bekerja.

    Ibarat sedang menanam di kebun, orang yang result-oriented fokus pada usaha menyelesaikan penanaman semua tanaman.

    Sayangnya, jika tak hati-hati, orang yang result–oriented berpeluang mau melakukan apa pun demi mencapai tujuan. 

    Hal ini mencakup prosedur yang kurang baik, kompetisi yang kurang sehat, serta proses lainnya yang serupa.

    Baca Juga: Semakin Menjamur, Apa Itu Jam Kerja yang Fleksibel?

    2. Process–oriented

    process oriented

    © Freepik.com

    Di sisi seberang, ada pula orang-orang yang process-oriented. Process-oriented sendiri juga merupakan kebiasaan bekerja, berkomunikasi, dan berkompetisi. 

    Mereka adalah orang yang fokus pada proses atau langkah-langkah. Meski begitu, tentu saja, mereka juga memikirkan target-target.

    Saat sukses, mereka cenderung bertanya soal perjalanan mereka menuju titik itu.

    Apakah semua prosesnya dijalankan dengan baik? Apakah, jika ada langkah yang dilakukan berbeda, kesuksesan ini bisa jadi lebih besar, atau malah lebih kecil?

    Ibarat sedang menanam di kebun, orang yang process-oriented fokus pada usaha menanam tumbuhan satu per satu dengan hati-hati.

    Hal ini tentu sangat baik. Biar bagaimanapun, pekerjaan tentu punya prosedur dan etika yang tak boleh dilanggar.

    Sayangnya, kebiasaan ini bisa membuat mereka terlihat kaku, bahkan perfeksionis. Sebab, semua langkah harus mereka jalani sesuai dengan prosedur yang ada.

    Baca Juga: 8 Ciri Orang Perfeksionis, Apakah Kamu Salah Satunya?

    Result-oriented vs Process-oriented

    result-oriented vs process-oriented

    © Freepik.com

    Sekarang, kita bandingkan keduanya secara langsung, yuk! Kira, kira, mana yang lebih baik di antara result-oriented dan process-oriented?

    Jawaban singkatnya, tidak ada. Glints akan menjelaskannya lebih lanjut kepadamu.

    Sebuah aturan memang dibuat agar pekerjaan tertata. Akan tetapi, mengutip Forbes, aturan bisa bersifat terlalu rumit.

    Jika sudah begitu, prosedur bisa membawa kesulitan, alih-alih meningkatkan produktivitas kerja. 

    Sebab, kamu mengikuti aturan semata-mata karena ia adalah sebuah aturan, bukannya fokus pada tujuan aturan tersebut dibuat. Tujuan itu memudahkanmu mencapai target-target yang ada.

    Ini bisa jadi pengingat bagi mereka yang bersifat process-oriented. Jadi, hati-hati, jangan lupakan tujuan besar kerjamu, ya!

    Baca Juga: Apa Bedanya (Sok) Sibuk Bekerja dengan Kerja Produktif?

    Nah, jika memang aturan bisa membahayakan, apakah kamu harus jadi orang yang result–oriented saja?

    Eits, tunggu dulu. Terlalu bebas dalam bekerja tak selalu baik.

    Dalam artikel lainnya, Forbes menuliskan, aturan bisa membuat pekerjaan menjadi rapi. Jika terjadi masalah, akarnya bisa cepat ditemukan dan cepat diselesaikan pula.

    Agar kamu lebih mudah membandingkan keduanya, Glints akan menuliskan contoh yang disadur dari Psychology Today.

    Coba bayangkan, kamu punya seorang anak. Idealnya, ia tentu tidak dibentak dan diajari hal yang benar secara perlahan. Ini merupakan bentuk pendekatan process–oriented.

    Akan tetapi, suatu hari, sang anak menyeberang jalan tanpa melihat kanan-kiri.

    Idealnya, kamu tentu mengabaikan anjuran “hindari membentak anak”, karena ada yang lebih penting. Hal itu adalah nyawa dari anakmu sendiri.

    Dengan berteriak mengingatkan, anakmu bisa jadi batal menyeberang. Ini bisa menyelamatkannya dari bahaya.

    Jadi, dapat disimpulkan, dua kebiasaan ini sama-sama baik. Pilihannya bukanlah result–oriented vs process–oriented. 

    Lebih tepatnya, bekerja adalah soal fokus pada alternatif keduanya atau jadi fleksibel. Tentu saja, setelah membaca informasi tadi, kamu akan memilih jadi fleksibel.

    Memangnya, bagaimana caranya jadi orang yang fleksibel? Kamu bisa mempelajarinya di newsletter blog Glints.

    Di sana, ada juga kabar terkini dan antibohong soal dunia kerja. Kapan lagi kamu mendapat informasi selengkap ini?

    Jadi, jangan tunda-tunda lagi, ya. Segera langganan gratis sekarang!

    • Glee Club – Results Oriented vs. Process Oriented Approaches
    • Awareness About Result-Oriented VS Process-Oriented Approaches
    • 4 Reasons Process Is Destroying Your Company's Productivity
    • How I Learned To Stop Worrying And Embrace Process

    process oriented produktivitas result oriented result oriented vs process oriented

    Comments are closed.

    Artikel Terkait

    • Mengawali Karier 8 Pertanyaan Wawancara Technical Writer yang Sering Ditanyakan

      Khairina F. Hidayati 19 Mei 2022
    • Dunia Kerja Independen saat Kerja: Arti, Sifat Pendukung, Tips, dan Cara Melatihnya

      Khairina F. Hidayati 17 Mei 2022
    • Mengawali Karier CRM Specialist: Apa Itu, Job Description atau Tugas, dan Skill-nya

      Khairina F. Hidayati 16 Mei 2022
    • Dunia Kerja One-on-one Meeting: Arti, Manfaat, Topik, dan Kesalahan Umum

      Khairina F. Hidayati 10 Mei 2022
    Langganan untuk dapatkan info konten karier terbaru di emailmu
    Terima kasih sudah berlangganan! Nantikan info konten terbaru Glints di emailmu.
    Maaf, permintaanmu tidak bisa diproses. Silakan coba lagi.
    Kategori Topik
    • Tips Karier
    • Bidang Profesi
    • Konten Eksklusif
    • Kabar Glints
    Media Sosial
    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
    • LinkedIn
    Solusi Glints
    • Lowongan Kerja
    • Glints ExpertClass
    • Glints Community

    • Blog
      • Bidang Profesi
        • Marketing
        • Tech & Data
        • Media & Communications
        • Business Dev & Sales
        • Product
        • Design
      • Tips Karier
        • Mengawali Karier
        • Dunia Kerja
      • Konten Eksklusif
        • Artikel Expert
        • Panduan
        • Laporan
      • Dari Glints
        • Panduan Komunitas & Konten
        • Campaign Berlangsung
        • Kabar Produk
        • Kabar Glints
    • Lowongan Kerja
    • Glints ExpertClass
    • Glints Community



    • Dunia Kerja
    • Tips Karier

    Mana yang Lebih Penting, Proses atau Hasil Akhir?

    Tayang 02 Des 2020 - Dibaca 8 mnt
    Khairina F. Hidayati A writer, loves to share about career and finance to help you maximize your potential.

    Isi Artikel

      Sadar atau tidak, kebiasaan kerja tiap orang berbeda-beda. Nah, di antara pilihan result–oriented vs process–oriented, kira-kira, yang manakah kamu?

      Setelah tahu jawabannya, memangnya, siapa yang lebih baik di antara keduanya?

      Dalam artikel ini, Glints akan menjawab pertanyaan tersebut. Simak selengkapnya di bawah ini, ya!

      Pengertian Keduanya

      Agar pemahamanmu lebih utuh, ketahui dulu pengertian dari keduanya, yuk!

      Kamu bisa membacanya di bawah ini. Informasinya dirangkum dari Psychology Today dan Industry Today.

      1. Result–oriented

      result-oriented

      © Freepik.com

      Result-oriented merupakan sebuah kebiasaan bekerja, berkomunikasi, dan berkompetisi. 

      Para pemilik kebiasaan ini cenderung fokus pada hasil akhir. Meski juga memikirkan proses, mereka kerap memusatkan perhatian pada target-target.

      Hal ini tentu sangat baik. Sebab, saat bekerja, kamu punya sederet tugas yang harus kamu selesaikan.

      Dengan fokus pada “selesai”, alih-alih “bagaimana caranya untuk selesai”, kamu tentu bisa produktif dan cepat dalam bekerja.

      Ibarat sedang menanam di kebun, orang yang result-oriented fokus pada usaha menyelesaikan penanaman semua tanaman.

      Sayangnya, jika tak hati-hati, orang yang result–oriented berpeluang mau melakukan apa pun demi mencapai tujuan. 

      Hal ini mencakup prosedur yang kurang baik, kompetisi yang kurang sehat, serta proses lainnya yang serupa.

      Baca Juga: Semakin Menjamur, Apa Itu Jam Kerja yang Fleksibel?

      2. Process–oriented

      process oriented

      © Freepik.com

      Di sisi seberang, ada pula orang-orang yang process-oriented. Process-oriented sendiri juga merupakan kebiasaan bekerja, berkomunikasi, dan berkompetisi. 

      Mereka adalah orang yang fokus pada proses atau langkah-langkah. Meski begitu, tentu saja, mereka juga memikirkan target-target.

      Saat sukses, mereka cenderung bertanya soal perjalanan mereka menuju titik itu.

      Apakah semua prosesnya dijalankan dengan baik? Apakah, jika ada langkah yang dilakukan berbeda, kesuksesan ini bisa jadi lebih besar, atau malah lebih kecil?

      Ibarat sedang menanam di kebun, orang yang process-oriented fokus pada usaha menanam tumbuhan satu per satu dengan hati-hati.

      Hal ini tentu sangat baik. Biar bagaimanapun, pekerjaan tentu punya prosedur dan etika yang tak boleh dilanggar.

      Sayangnya, kebiasaan ini bisa membuat mereka terlihat kaku, bahkan perfeksionis. Sebab, semua langkah harus mereka jalani sesuai dengan prosedur yang ada.

      Baca Juga: 8 Ciri Orang Perfeksionis, Apakah Kamu Salah Satunya?

      Result-oriented vs Process-oriented

      result-oriented vs process-oriented

      © Freepik.com

      Sekarang, kita bandingkan keduanya secara langsung, yuk! Kira, kira, mana yang lebih baik di antara result-oriented dan process-oriented?

      Jawaban singkatnya, tidak ada. Glints akan menjelaskannya lebih lanjut kepadamu.

      Sebuah aturan memang dibuat agar pekerjaan tertata. Akan tetapi, mengutip Forbes, aturan bisa bersifat terlalu rumit.

      Jika sudah begitu, prosedur bisa membawa kesulitan, alih-alih meningkatkan produktivitas kerja. 

      Sebab, kamu mengikuti aturan semata-mata karena ia adalah sebuah aturan, bukannya fokus pada tujuan aturan tersebut dibuat. Tujuan itu memudahkanmu mencapai target-target yang ada.

      Ini bisa jadi pengingat bagi mereka yang bersifat process-oriented. Jadi, hati-hati, jangan lupakan tujuan besar kerjamu, ya!

      Baca Juga: Apa Bedanya (Sok) Sibuk Bekerja dengan Kerja Produktif?

      Nah, jika memang aturan bisa membahayakan, apakah kamu harus jadi orang yang result–oriented saja?

      Eits, tunggu dulu. Terlalu bebas dalam bekerja tak selalu baik.

      Dalam artikel lainnya, Forbes menuliskan, aturan bisa membuat pekerjaan menjadi rapi. Jika terjadi masalah, akarnya bisa cepat ditemukan dan cepat diselesaikan pula.

      Agar kamu lebih mudah membandingkan keduanya, Glints akan menuliskan contoh yang disadur dari Psychology Today.

      Coba bayangkan, kamu punya seorang anak. Idealnya, ia tentu tidak dibentak dan diajari hal yang benar secara perlahan. Ini merupakan bentuk pendekatan process–oriented.

      Akan tetapi, suatu hari, sang anak menyeberang jalan tanpa melihat kanan-kiri.

      Idealnya, kamu tentu mengabaikan anjuran “hindari membentak anak”, karena ada yang lebih penting. Hal itu adalah nyawa dari anakmu sendiri.

      Dengan berteriak mengingatkan, anakmu bisa jadi batal menyeberang. Ini bisa menyelamatkannya dari bahaya.

      Jadi, dapat disimpulkan, dua kebiasaan ini sama-sama baik. Pilihannya bukanlah result–oriented vs process–oriented. 

      Lebih tepatnya, bekerja adalah soal fokus pada alternatif keduanya atau jadi fleksibel. Tentu saja, setelah membaca informasi tadi, kamu akan memilih jadi fleksibel.

      Memangnya, bagaimana caranya jadi orang yang fleksibel? Kamu bisa mempelajarinya di newsletter blog Glints.

      Di sana, ada juga kabar terkini dan antibohong soal dunia kerja. Kapan lagi kamu mendapat informasi selengkap ini?

      Jadi, jangan tunda-tunda lagi, ya. Segera langganan gratis sekarang!

      • Glee Club – Results Oriented vs. Process Oriented Approaches
      • Awareness About Result-Oriented VS Process-Oriented Approaches
      • 4 Reasons Process Is Destroying Your Company's Productivity
      • How I Learned To Stop Worrying And Embrace Process

      process oriented produktivitas result oriented result oriented vs process oriented

      Comments are closed.

      Artikel Terkait

      • Mengawali Karier 8 Pertanyaan Wawancara Technical Writer yang Sering Ditanyakan

        Khairina F. Hidayati 19 Mei 2022
      • Dunia Kerja Independen saat Kerja: Arti, Sifat Pendukung, Tips, dan Cara Melatihnya

        Khairina F. Hidayati 17 Mei 2022
      • Mengawali Karier CRM Specialist: Apa Itu, Job Description atau Tugas, dan Skill-nya

        Khairina F. Hidayati 16 Mei 2022
      • Dunia Kerja One-on-one Meeting: Arti, Manfaat, Topik, dan Kesalahan Umum

        Khairina F. Hidayati 10 Mei 2022
      Langganan untuk dapatkan info konten karier terbaru di emailmu
      Terima kasih sudah berlangganan! Nantikan info konten terbaru Glints di emailmu.
      Maaf, permintaanmu tidak bisa diproses. Silakan coba lagi.
      Kategori Topik
      • Tips Karier
      • Bidang Profesi
      • Konten Eksklusif
      • Kabar Glints
      Media Sosial
      • Facebook
      • Twitter
      • Instagram
      • LinkedIn
      Solusi Glints
      • Lowongan Kerja
      • Glints ExpertClass
      • Glints Community

      • Blog
        • Bidang Profesi
          • Marketing
          • Tech & Data
          • Media & Communications
          • Business Dev & Sales
          • Product
          • Design
        • Tips Karier
          • Mengawali Karier
          • Dunia Kerja
        • Konten Eksklusif
          • Artikel Expert
          • Panduan
          • Laporan
        • Dari Glints
          • Panduan Komunitas & Konten
          • Campaign Berlangsung
          • Kabar Produk
          • Kabar Glints
      • Lowongan Kerja
      • Glints ExpertClass
      • Glints Community



      • Dunia Kerja
      • Tips Karier

      Mana yang Lebih Penting, Proses atau Hasil Akhir?

      Tayang 02 Des 2020 - Dibaca 8 mnt
      Khairina F. Hidayati A writer, loves to share about career and finance to help you maximize your potential.

      Isi Artikel

        Sadar atau tidak, kebiasaan kerja tiap orang berbeda-beda. Nah, di antara pilihan result–oriented vs process–oriented, kira-kira, yang manakah kamu?

        Setelah tahu jawabannya, memangnya, siapa yang lebih baik di antara keduanya?

        Dalam artikel ini, Glints akan menjawab pertanyaan tersebut. Simak selengkapnya di bawah ini, ya!

        Pengertian Keduanya

        Agar pemahamanmu lebih utuh, ketahui dulu pengertian dari keduanya, yuk!

        Kamu bisa membacanya di bawah ini. Informasinya dirangkum dari Psychology Today dan Industry Today.

        1. Result–oriented

        result-oriented

        © Freepik.com

        Result-oriented merupakan sebuah kebiasaan bekerja, berkomunikasi, dan berkompetisi. 

        Para pemilik kebiasaan ini cenderung fokus pada hasil akhir. Meski juga memikirkan proses, mereka kerap memusatkan perhatian pada target-target.

        Hal ini tentu sangat baik. Sebab, saat bekerja, kamu punya sederet tugas yang harus kamu selesaikan.

        Dengan fokus pada “selesai”, alih-alih “bagaimana caranya untuk selesai”, kamu tentu bisa produktif dan cepat dalam bekerja.

        Ibarat sedang menanam di kebun, orang yang result-oriented fokus pada usaha menyelesaikan penanaman semua tanaman.

        Sayangnya, jika tak hati-hati, orang yang result–oriented berpeluang mau melakukan apa pun demi mencapai tujuan. 

        Hal ini mencakup prosedur yang kurang baik, kompetisi yang kurang sehat, serta proses lainnya yang serupa.

        Baca Juga: Semakin Menjamur, Apa Itu Jam Kerja yang Fleksibel?

        2. Process–oriented

        process oriented

        © Freepik.com

        Di sisi seberang, ada pula orang-orang yang process-oriented. Process-oriented sendiri juga merupakan kebiasaan bekerja, berkomunikasi, dan berkompetisi. 

        Mereka adalah orang yang fokus pada proses atau langkah-langkah. Meski begitu, tentu saja, mereka juga memikirkan target-target.

        Saat sukses, mereka cenderung bertanya soal perjalanan mereka menuju titik itu.

        Apakah semua prosesnya dijalankan dengan baik? Apakah, jika ada langkah yang dilakukan berbeda, kesuksesan ini bisa jadi lebih besar, atau malah lebih kecil?

        Ibarat sedang menanam di kebun, orang yang process-oriented fokus pada usaha menanam tumbuhan satu per satu dengan hati-hati.

        Hal ini tentu sangat baik. Biar bagaimanapun, pekerjaan tentu punya prosedur dan etika yang tak boleh dilanggar.

        Sayangnya, kebiasaan ini bisa membuat mereka terlihat kaku, bahkan perfeksionis. Sebab, semua langkah harus mereka jalani sesuai dengan prosedur yang ada.

        Baca Juga: 8 Ciri Orang Perfeksionis, Apakah Kamu Salah Satunya?

        Result-oriented vs Process-oriented

        result-oriented vs process-oriented

        © Freepik.com

        Sekarang, kita bandingkan keduanya secara langsung, yuk! Kira, kira, mana yang lebih baik di antara result-oriented dan process-oriented?

        Jawaban singkatnya, tidak ada. Glints akan menjelaskannya lebih lanjut kepadamu.

        Sebuah aturan memang dibuat agar pekerjaan tertata. Akan tetapi, mengutip Forbes, aturan bisa bersifat terlalu rumit.

        Jika sudah begitu, prosedur bisa membawa kesulitan, alih-alih meningkatkan produktivitas kerja. 

        Sebab, kamu mengikuti aturan semata-mata karena ia adalah sebuah aturan, bukannya fokus pada tujuan aturan tersebut dibuat. Tujuan itu memudahkanmu mencapai target-target yang ada.

        Ini bisa jadi pengingat bagi mereka yang bersifat process-oriented. Jadi, hati-hati, jangan lupakan tujuan besar kerjamu, ya!

        Baca Juga: Apa Bedanya (Sok) Sibuk Bekerja dengan Kerja Produktif?

        Nah, jika memang aturan bisa membahayakan, apakah kamu harus jadi orang yang result–oriented saja?

        Eits, tunggu dulu. Terlalu bebas dalam bekerja tak selalu baik.

        Dalam artikel lainnya, Forbes menuliskan, aturan bisa membuat pekerjaan menjadi rapi. Jika terjadi masalah, akarnya bisa cepat ditemukan dan cepat diselesaikan pula.

        Agar kamu lebih mudah membandingkan keduanya, Glints akan menuliskan contoh yang disadur dari Psychology Today.

        Coba bayangkan, kamu punya seorang anak. Idealnya, ia tentu tidak dibentak dan diajari hal yang benar secara perlahan. Ini merupakan bentuk pendekatan process–oriented.

        Akan tetapi, suatu hari, sang anak menyeberang jalan tanpa melihat kanan-kiri.

        Idealnya, kamu tentu mengabaikan anjuran “hindari membentak anak”, karena ada yang lebih penting. Hal itu adalah nyawa dari anakmu sendiri.

        Dengan berteriak mengingatkan, anakmu bisa jadi batal menyeberang. Ini bisa menyelamatkannya dari bahaya.

        Jadi, dapat disimpulkan, dua kebiasaan ini sama-sama baik. Pilihannya bukanlah result–oriented vs process–oriented. 

        Lebih tepatnya, bekerja adalah soal fokus pada alternatif keduanya atau jadi fleksibel. Tentu saja, setelah membaca informasi tadi, kamu akan memilih jadi fleksibel.

        Memangnya, bagaimana caranya jadi orang yang fleksibel? Kamu bisa mempelajarinya di newsletter blog Glints.

        Di sana, ada juga kabar terkini dan antibohong soal dunia kerja. Kapan lagi kamu mendapat informasi selengkap ini?

        Jadi, jangan tunda-tunda lagi, ya. Segera langganan gratis sekarang!

        • Glee Club – Results Oriented vs. Process Oriented Approaches
        • Awareness About Result-Oriented VS Process-Oriented Approaches
        • 4 Reasons Process Is Destroying Your Company's Productivity
        • How I Learned To Stop Worrying And Embrace Process

        process oriented produktivitas result oriented result oriented vs process oriented

        Comments are closed.

        Artikel Terkait

        • Mengawali Karier 8 Pertanyaan Wawancara Technical Writer yang Sering Ditanyakan

          Khairina F. Hidayati 19 Mei 2022
        • Dunia Kerja Independen saat Kerja: Arti, Sifat Pendukung, Tips, dan Cara Melatihnya

          Khairina F. Hidayati 17 Mei 2022
        • Mengawali Karier CRM Specialist: Apa Itu, Job Description atau Tugas, dan Skill-nya

          Khairina F. Hidayati 16 Mei 2022
        • Dunia Kerja One-on-one Meeting: Arti, Manfaat, Topik, dan Kesalahan Umum

          Khairina F. Hidayati 10 Mei 2022
        Langganan untuk dapatkan info konten karier terbaru di emailmu
        Terima kasih sudah berlangganan! Nantikan info konten terbaru Glints di emailmu.
        Maaf, permintaanmu tidak bisa diproses. Silakan coba lagi.
        Kategori Topik
        • Tips Karier
        • Bidang Profesi
        • Konten Eksklusif
        • Kabar Glints
        Media Sosial
        • Facebook
        • Twitter
        • Instagram
        • LinkedIn
        Solusi Glints
        • Lowongan Kerja
        • Glints ExpertClass
        • Glints Community
        Scroll Up