Tak Selalu Berbayar, Inilah Arti Premium Content yang Sebenarnya
Isi Artikel
Apa yang ada di benakmu saat mendengar kata premium content? Apakah konten tersebut hanya bisa diakses kalau audiens membelinya dengan uang?
Pernyataan tersebut tak sepenuhnya benar, tapi tak sepenuhnya salah juga. Glints akan menjelaskan fakta sebenarnya dalam artikel ini.
Selain itu, ada juga informasi soal jenis, kelebihan, serta kekurangan dari konten premium. Yuk, simak selengkapnya!
Apa Itu Premium Content?
Kita mulai pembahasan dengan definisi.
Mengutip PCMag, premium content adalah konten digital yang hanya bisa diakses dengan biaya tertentu.
Biaya ini tak melulu uang, lho. Kamu juga bisa meminta kontak audiens sebelum memberi mereka akses untuk konten premiummu.
Selain itu, menurut Gianfagna Strategic Marketing, konten premium punya ciri:
- fokus ke topik yang dibutuhkan oleh audiensmu dan penting bagi bisnismu
- menampilkan panduan atau informasi untuk menghadapi isu tertentu
Jenis-Jenis Premium Content
Sekarang, kita bahas berbagai jenis premium content.
1. E-book
Pertama-tama, ada e–book. Mengutip Digital Marketing Institute, konten premium yang satu ini bisa membuat brand-mu makin dipercaya, lho.
Kamu bisa menulis buku panduan, kumpulan data, dan lain-lain.
Sebelum membuatnya, jangan lupa, cek kompetitormu. Kalau mereka sudah membuat e-book dengan topik X, carilah topik lainnya. Kamu juga bisa membuat e-book topik X yang lebih update dan lengkap.
2. Template
Template adalah sebuah dokumen yang sudah punya pola tertentu. Nantinya, pengguna template tinggal mengisi bagian kosong dari dokumen tersebut.
Nah, template juga bisa menjadi premium content. Beberapa contohnya adalah:
- template planner tahunan
- template marketing plan
- template presentasi
Konten-konten di atas harus di-download oleh para audiens. Nah, sebagai syarat download, kamu bisa meminta alamat email, atau bahkan biaya tertentu.
3. Konten interaktif
Melansir Content Marketing Institute, konten interaktif adalah konten yang melibatkan audiens secara langsung. Supaya lebih jelas, berikut contoh-contohnya:
a. Kuis
Pertama-tama, ada konten premium berupa kuis.
Misalnya, kamu bekerja di sebuah perusahaan bimbingan belajar. Kamu bisa membuat kuis dengan tema “jurusan kuliah apakah yang cocok untukmu?”.
Ada juga pilihan kuis yang lebih ringan, seperti “dilihat dari gaya belajarmu, tokoh kartun siapakah kamu?”.
Nantinya, audiens akan diminta menjawab beberapa pertanyaan. Hasil yang mereka dapat akan disesuaikan dengan jawaban itu.
b. Kalkulator
Kalkulator online juga bisa menjadi premium content, lho.
Coba bayangkan, kamu bekerja di perusahaan finansial. Buat saja halaman web khusus untuk menghitung pajak, hingga melakukan budgeting.
c. Infografik interaktif
Ingin tampilkan data-data dengan cara yang berbeda? Buat saja infografik interaktif.
Nantinya, audiens bisa mengeklik komponen-komponen yang ada dalam infografik tersebut. Data-data yang ditampilkan juga berubah sesuai dengan interaksi audiens dengannya.
4. Rekaman webinar
Pernah mengadakan webinar, lalu merekamnya? Rekaman itu bisa kamu jual kembali sebagai premium content, lho.
Tentu saja, lakukan ini atas persetujuan semua pihak dalam webinar, terutama sang pemateri.
Kelebihan dan Kekurangan Premium Content
Sekarang, kita bahas berbagai kelebihan dan kekurangan dari konten premium.
Kelebihan
1. Meningkatkan revenue
Kamu bisa menjual konten premiummu. Ini tentu bisa meningkatkan pemasukan perusahaan alias revenue.
2. Mengembangkan email list
Seperti yang sudah Glints jelaskan, konten premium tak selalu harus dibeli dengan uang.
Kamu juga bisa meminta email para audiens. Akhirnya, seperti dituliskan Waypost Marketing, email list-mu pun berkembang. Lead-mu juga semakin banyak.
3. Meningkatkan traffic
Premium content juga bisa meningkatkan traffic, lho. Tentu saja, agar ini tercapai, kamu harus membuat konten dengan topik yang pas untuk audiensmu.
Untuk menentukan topik, kamu bisa membuat buyer persona. Mengutip Hootsuite, buyer persona adalah gambaran detail tentang seseorang yang merupakan audiensmu.
Gambaran ini bisa berupa:
- keinginan
- perilaku
- tujuan
- pain point (masalah yang dihadapi saat meraih tujuan)
- kebiasaan membeli
- dan lain-lain
Dengan memahami semua itu, kamu bisa merancang konten yang benar-benar mereka butuhkan. Konten premiummu pun tepat sasaran, sehingga berpeluang mendatangkan traffic yang tinggi.
Kekurangan
1. Pengembangannya butuh waktu
Tak seperti artikel biasa, pembuatan premium content memakan lebih banyak waktu. Sebab, kamu harus mengumpulkan lebih banyak informasi dari biasanya.
Selain itu, agar makin berkualitas, konten infografik atau e–book harus didesain. Proses desain itu tentu membutuhkan waktu.
Kadang kala, ada juga revisi yang tak bisa diselesaikan dalam semalam. Jadi, siapkan waktu saat mengembangkan konten premium, ya.
2. Pembuatannya butuh skill khusus
Seperti yang sudah Glints singgung, agar makin berkualitas infografik atau e–book harus didesain. Proses itu tidak hanya membutuhkan waktu, tetapi juga skill khusus. Kamu harus meminta bantuan dari para desainer.
Tak hanya itu, kalkulator dan infografik interaktif juga membutuhkan tenaga para developer.
Setelah mengetahui arti, jenis, dan plus minus premium content, apakah kamu tertarik membuatnya? Jangan-jangan, kamu masih ingin mencari strategi alternatif yang bisa kamu pakai.
Kalau iya, yuk, temukan strategi yang tepat di kategori Content Marketing Glints Blog! Di sana, ada banyak artikel seputar konten yang bisa menambah wawasanmu.
Tenang saja, semua informasinya dirangkum dari sumber tepercaya. Tak perlu ragu soal kebenarannya.
Jadi, tunggu apa lagi? Baca artikel-artikelnya sekarang dengan klik tombol di bawah ini. Tenang saja, semuanya gratis, kok.
- Premium Content
- How to Use Premium Content in a Content Marketing Strategy
- 3 Ways to Use eBooks in Your Content Marketing Strategy
- Why Now’s the Time for Interactive Content [Examples]
- What Is Premium Content And Why Does Your Content Marketing Strategy Need It?
- How to Create a Buyer Persona (Includes Free Persona Template)