Membangun Kesetaraan Gender di Kantor

Diperbarui 03 Jun 2022 - Dibaca 6 mnt

Isi Artikel

    Kesetaraan gender hingga kini masih menjadi isu yang layak diperbincangkan. Topik ini bukan hanya muncul di lingkup global, namun juga masih sering ditemui di lingkungan yang lebih sempit seperti tempat kerja.

    Data dari Workplace Gender Equality Agency di Australia menemukan bahwa pendapatan per jam pekerja wanita di posisi non-managerial 11,1% lebih rendah dibandingkan pria di posisi yang sama. Indonesia sendiri sudah mengalami peningkatan dalam upaya kesetaraan wanita dan pria di tempat kerja. Menurut riset Grant Thornton di tahun 2017 yang dilansir dari Jawa Pos, ada kenaikan jumlah perempuan yang menempati posisi senior di perusahaan sebesar 2%, dari 24% di tahun 2016 menjadi 28% di tahun 2018.

    Bentuk Diskriminasi Gender di Kantor

    Bentuk Diskriminasi Gender di Kantor

    © Freepik.com

    Disadari atau tidak, bentuk ketidaksetaraan gender bisa ditemui dalam hal-hal yang terkesan “sepele” di tempat kerja. Beberapa di antaranya yaitu:

    1. Kesempatan berkembang yang tidak sama

    Istilah “glass ceiling” atau atap kaca digunakan untuk menggambarkan keadaan wanita yang seringkali tidak memiliki jenjang karier yang sama dengan pria. Dalam hal ini, wanita tidak berkesempatan untuk menjadi pemimpin dan menduduki hirarki tinggi dalam perusahaan. Alasan dibalik ketidaksetaraan ini yaitu wanita yang memiliki tanggung jawab sebagai ibu dan dianggap tidak akan bisa maksimal dalam pekerjaan di kantor.

    Baca Juga: 6 Tips Menentukan Gaji Karyawan dengan Tepat

    2. Ketidaksetaraan gaji

    Menurut banyak data penelitian, wanita umumnya memiliki pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Misalnya, data yang ditemukan oleh National Women’s Law Center di Amerika memaparkan bahwa wanita barat hanya mendapatkan 79 cents untuk setiap 1 dollar yang dihasilkan oleh pria, sedangkan wanita asia-amerika 87 cents, wanita Amerika 57 cents, dan wanita latin hanya 54 cents.

    3. Pemecatan yang tidak adil

    Wanita mungkin saja dipecat karena ingin mendapatkan kesetaraan gender yang adil di tempat kerja, misalnya dengan mengajukan protes ketika menjadi korban pelecehan seksual di kantor. Pada industri atau tempat kerja yang didominasi oleh laki-laki, wanita yang dipecat demi karyawan laki-laki baru juga bisa dianggap sebagai gender bias.

    4. Pelecehan seksual

    Equal Employment Opportunity Commission (EEOC) di Amerika mengklasifikasikan pelecehan seksual sebagai diskriminasi gender. Terlebih ketika pelaporan atau penolakan atas kasus pelecehan seksual memengaruhi pekerjaan, mengganggu kinerja di kantor, hingga menciptakan budaya kerja yang intimidatif.

    Hal yang Bisa Dilakukan untuk Membangun Kesetaraan Gender di Kantor

    Hal yang Bisa Dilakukan untuk Membangun Kesetaraan Gender di Kantor

    © Freepik,com

    Siapa lagi yang bisa bertanggung jawab untuk membangun kesetaraan gender di tempat kerja jika bukan perusahaan dan karyawan yang berperan aktif di dalamnya. Kabar gembiranya, HR yang memiliki kewenangan untuk mengatur kebijakan bisa mulai membangun kesetaraan gender di lingkungan kerja. Begini caranya!

    1. Kesetaraan gaji

    Membangun kesetaraan gender di kantor bisa dimulai dari memberikan kesetaraan gaji antara pria dan wanita. Masalah satu ini seringkali menjadi masalah yang dibahas dan kerap muncul berulang kali. Berikan gaji dengan adil berdasarkan pengalaman kerja, bukan berdasarkan gender semata.

    Baca Juga: 4 Training Kerja yang Dibutuhkan Karyawan Millennials

    2. Berikan pilihan untuk karyawan wanita

    Dalam rumah tangga dan perannya sebagai orang tua, wanita biasa mengambil porsi terbanyak dibandingkan pria. Karena itu, ada baiknya apabila perusahaan bisa memahami hal ini dengan memberikan kelonggaran pilihan untuk mengurus anak hingga jam kerja. Priya Nalkur, Executive & Leadership Coach The Boda Group, menambahkan 2 hal lagi yang dinilai bisa meningkatkan kesetaraan gender di kantor,  yaitu kesetaraan gaji dan program pelatihan untuk para pemimpin perempuan.

    3. Berikan fleksibilitas dan kebebasan

    Sudah tahu mengenai data rendahnya gaji perempuan dibandingkan pria di tempat kerja? Profesor dari Harvard, Claudia Goldman menemukan salah satu alasan wanita mendapatkan gaji yang lebih rendah, yaitu karena mereka lebih memilih fleksibilitas dibanding gaji tinggi. Inilah alasan mengapa wanita rela menolak pekerjaan dengan gaji tinggi yang diikuti dengan jam kerja lebih lama.

    Fleksibilitas yang diterapkan di perusahaan tentunya tidak hanya menguntungkan bagi karyawan wanita, tetapi juga bagi pria. Buat kebijakan jam kerja yang lebih fleksibel. Misalnya, tentukan batas waktu jam masuk dan pulang kerja, kemudian berikan karyawan kebebasan untuk memilih sendiri jam masuk dan pulang mereka, asalkan sudah memenuhi 8 jam waktu kerja.

    Contoh: A bisa datang jam 8 pagi ke kantor dan pulang jam 4 sore, sedangkan B bisa masuk jam 10 pagi dan pulang jam 6 sore. Jika memang memungkinkan bagi operasional perusahaan, kebijakan ini bisa jadi hal yang menguntungkan, lho!

    4. Terapkan jadwal

    Terdengar kontradiktif dari cara pertama, namun cara ini justru bisa diterapkan untuk perusahaan yang tidak bisa menerapkan kebijakan fleksibilitas. Wanita, terutama yang sudah berkeluarga, akan perlu mengatur jadwalnya sebagai orang tua dan sebagai karyawan. Untuk mengakomodasi hal ini, perusahaan bisa memperjelas jadwal kerja agar wanita yang juga berperan sebagai orang tua juga bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai ibu.

    Contoh singkatnya, pastikan A hanya bekerja setiap hari Senin-Jumat setiap minggunya, atau bekerja dari jam 7 pagi hingga 5 sore setiap hari.

    5. Adakan training manajemen

    Kesuksesan membangun kesetaraan gender di kantor juga bisa ditentukan dari bagaimana pemimpin di perusahaan memperlakukan anggota timnya. Sudah biasa apabila seseorang dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi karena performanya yang bagus. Tapi kinerja yang baik tidak menjamin kemampuannya untuk memimpin orang lain dengan baik juga. Berikan training kepada para pemimpin atau manager seputar bagaimana mengatur dan memimpin tim yang baik.

    Baca Juga: Analisis Beban Kerja Karyawan Untuk Kesejahteraan Perusahaan

    6. Buat keputusan secara adil

    Adil dan sama rata merupakan dua hal yang berbeda. Manager seringkali merasa sudah memperlakukan mereka secara adil, meskipun nyatanya keputusan yang dibuat jauh dari kata adil. Misalnya, ketika A meminta izin untuk bekerja dari rumah karena ada hal penting lain yang harus diurus, jangan buru-buru menolak dengan alasan “semua orang hari ini tidak ada yang bekerja dari rumah”. Sebaiknya, pertimbangkan dulu setiap permintaan berdasarkan fakta dan situasi.

    Selain untuk mendapatkan tips membangun lingkungan kerja yang kondusif, Anda juga bisa menggunakan Glints untuk merekrut kandidat terbaik untuk posisi yang sedang Anda cari di perusahaan. Sign up dan posting lowongan sekarang atau coba Glints TalentHunt untuk mendapatkan bantuan dari kami!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 3.5 / 5. Jumlah vote: 2

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait