Marketplace: Definisi, Jenis, Manfaat, dan Contoh-contohnya
Isi Artikel
Sebagai penikmat belanja online, marketplace adalah istilah yang pasti tak asing lagi bagi kita.
Namun, apakah hal ini hanya merujuk pada tempat belanja secara online saja?
Kamu juga pasti sering mendengar kata e-commerce. Nah, apakah marketplace dan e-commerce memiliki arti yang sama?
Untuk menjawab semua pertanyaanmu, yuk, baca penjelasan Glints di bawah ini!
Apa Itu Marketplace?
Menurut Shopery, marketplace adalah sebuah platformatau tempat di mana berbagai jenis penjual dengan produk yang berbeda bisa berkumpul untuk menjual produknya ke pelanggan.
Nah, kuncinya adalah di jumlah penjual (seller atau vendor). Jika kamu membeli produk sepatu brand A di website mereka, apakah itu termasuk marketplace?
Jawabannya adalah bukan. Website sepatu brand A tersebut termasuk ke dalam contoh online store atauonline shop.
Mengapa? Pasalnya, online store adalah toko yang hanya menjual produknya sendiri secara online.
Dari penjelasan singkat tersebut, dapat dilihat bahwa marketplace pada dasarnya adalah pihak ketiga yang menyediakan tempat untuk sejumlah seller untuk menjual produknya kepada konsumen.
Nantinya, mereka kemudian akan mendapatkan komisi dari setiap transaksi yang terjadi.
Jenis Marketplace
Sebelumnya, kamu mungkin mengira bahwa istilah ini merujuk pada tempat belanja online saja.
Padahal, ada berbagai jenis-jenisnya yang perlu kamu ketahui. Berikut ini penjelasan lengkapnya berdasarkan klasifikasi tertentu.
1. Berdasarkan tempat
Berikut adalah jenis marketplace berdasarkan tempatnya yang dilansir dari Market Business News.
Traditional marketplace
Marketplace tradisional adalah sebuah area terbuka di suatu tempat yang ditujukan untuk orang-orang melakukan transaksi jual beli.
Contohnya adalah pasar tradisional, pasar malam, street market, retail, dan lain-lain.
Online marketplace
Sesuai namanya, online marketplace adalah platform pihak ketiga yang menyediakan tempat untuk transaksi jual beli secara online.
Nah, jenis yang satu inilah yang biasa kita sebut sebagai e-commerce. Namun, ada beberapa perbedaan di antara keduanya, lho.
Penjelasannya ada di dalam artikel ini. Baca sampai habis, ya!
2. Berdasarkan target audiens
Berdasarkan yang dilansir dari Arateg, berikut jenis marketplace berdasarkan target audiens.
Business to business (B2B) marketplace
B2B marketplace menghubungkan antara organisasi sebagai konsumen dengan organisasi bisnis lainnya sebagai penjual, seperti perusahaan manufaktur atau retailer.
Kemudian mereka akan memfasilitasi transaksi dan kebutuhan pemesanan secara online. Baik itu transaksi penjualan, procurement, dan lain-lain.
Business to customer (B2C) marketplace
B2C marketplace adalah jenis yang sering kita temui, karena fungsinya yang menjembatani antara penjual dengan konsumen individu secara langsung.
Supaya bisa bersaing, platform jenis ini biasanya memiliki karakteristik masing-masing untuk menarik calon konsumen.
Peer to peer (P2P) marketplace
Peer to peer atau consumer to consumer marketplace menghubungkan para individu untuk dapat bertukar jasa dan produk di satu tempat saja.
Jadi, hal ini memungkinkan mereka untuk berganti peran menjadi konsumen maupun penyedia jasa. Contohnya adalah Uber dan Etsy.
3. Berdasarkan fokus
Vertical
Vertical marketplace biasanya hanya menjual barang atau jasa yang sesuai dengan satu kategori atau sektor tertentu.
Contohnya adalah Sribulancer atau Fiverr, yang merupakan platform khusus freelancer untuk menghubungkan pekerja lepas dengan para client.
Horizontal
Sebaliknya, ada terdapat banyak jenis vendor atau penjual di horizontal marketplace. Ibaratnya, jenis yang satu ini memiliki peran seperti departement store yang menyediakan berbagai jenis barang.
Contohnya adalah Amazon dan AliExpress. Jadi, platform dengan jenis horizontal ini tidak memiliki karakter khusus.
4. Berdasarkan pendekatan manajemen
Unmanaged
Dalam marketplace jenis ini, pemilik tidak melakukan quality control terhadap barang atau jasa yang disediakan oleh pembeli.
Untuk meningkatkan kredibilitas, biasanya mereka hanya akan melihat pada umpan balik konsumen dan rating.
Lightly managed
Nah, jenis yang satu ini memungkinkan pemiliknya untuk melakukan beberapa quality control seperti verifikasi identitas.
Selain itu, mereka juga menentukan kebijakan retur, garansi barang, dan pengembalian dana.
Fully managed
Untuk memastikan kualitasnya, pemilik marketplace jenis ini memiliki kontrol atas segala proses transaksi di dalamnya.
Termasuk menyeleksi kualifikasi penjual hingga mengecek kelengkapan dokumennya. Hal ini dilakukan untuk keamanan pembeli dan pengalaman konsumen yang lebih baik.
Manfaat Marketplace
1. Mendapatkan konsumen
Menggunakan marketplace bisa mempermudah kamu untuk menjangkau konsumen baru.
Biasanya, konsumen akan menjelajahi toko-toko terlebih dahulu sebelum memutuskan membeli. Nah, kamu berkesempatan untuk bersaing juga dengan toko lain dalam menarik minat beli mereka.
2. Meningkatkan brand awareness
Dengan adanya fitur search, produkmu bisa ditemukan oleh orang banyak dengan keyword tertentu.
Kamu juga bisa mengiklankan produkmu di keyword yang paling relevan dengan produk tersebut.
Apalagi jika kamu adalah pemilik bisnis kecil. Hal ini memungkinkan produkmu untuk ditemukan oleh orang yang sebelumnya mungkin belum pernah mendengar brand kamu.
3. Meningkatkan kepercayaan konsumen
Jika marketplace sudah mendapat kepercayaan konsumen, biasanya mereka juga memiliki kepercayaan terhadap produk dan penjual di dalamnya.
Dari pada membeli di website yang belum pernah mereka coba, mereka lebih memilih mencari produk yang dibutuhkan melalui platform kepercayaan mereka.
Hal tersebut karena biasanya platform tersebut telah melakukan seleksi ketat dan quality control terhadap seluruh vendor, untuk memastikan keamanan pembelian.
Perbedaan dengan E-commerce
Berikut perbedaan e-commerce dengan marketplace berdasarkan definisi, biaya, pihak, dan marketing-nya.
1. Definisi
Seperti yang dijelaskan di atas, marketplace adalah tempat di mana sejumlah seller dengan produk yang berbeda-beda bisa menjual produknya.
Sementara itu, e-commerce merupakan website yang dibuat oleh satu seller saja untuk menjual berbagai jenis produknya kepada para konsumen.
2. Biaya
Sebagai penjual, kamu bisa menghemat biaya jika memilih untuk menjual produkmu di marketplace.
Hal ini akan berbeda jika kamu membuat situs e-commerce sendiri yang membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar.
3. Pihak yang terlibat
Di marketplace, setidaknya ada tiga pihak yang terlibat, yaitu:
- administrator
- vendor
- pembeli
Sementara itu, hanya terdapat dua pihak yang terlibat dalam sebuah e-commerce, yaitu penjual dan pembeli.
4. Marketing
Dari segi pemasaran, penjual di marketplace bisa memanfaatkan nama besar platform tersebut untuk menjangkau audiens seluas-luasnya.
Misalnya, di promo 12.12, penjual bisa melakukan strategi marketing yang serupa, agar bisa terbantu karena ada banyak orang mudah yang mengenali promosinya.
Sementara di e-commerce, selain mempromosikan produk dan brand, kamu juga mungkin harus mempromosikan situs e-commerce tersebut.
Contoh Marketplace di Indonesia
Ada banyak sekali marketplace yang kini digunakan oleh masyarakat Indonesia, 5 di antaranya adalah sebagai berikut sebagaimana dilansir dari Timedoor.
1. Tokopedia
Pertama kali beroperasi di tahun 2009, Tokopedia berhasil berkembang hingga mendapatkan status startup unicorn di Indonesia.
Menurut Timedoor, tiga jenis barang yang paling banyak dicari di Tokopedia adalah barang elektronik, fashion, dan kebutuhan bahan makanan.
2. Shopee
Karena promosinya yang cukup intens di berbagai media, Shopee menjadi salah satu platform dengan pengguna terbanyak di Indonesia meskipun baru beroperasi pada tahun 2015.
Sekitar 58% pengguna Shopee adalah perempuan. Jadi, tak heran jika komoditas utama yang paling laris di Shopee adalah produk fashion dan kecantikan.
3. Lazada
Bernaung di bawah grup Alibaba, Lazada juga sering memenuhi televisi dan akun media sosial kita dengan promosinya.
Sama seperti Shopee dan Tokopedia, barang-barang yang dijual di Lazada biasanya memiliki harga yang cukup terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
4. Blibli
Pada tahun 2021, Tech In Asia pernah mencatat bahwa Chief Executive Blibli telah mengumumkan status unicorn yang berhasil diraih oleh marketplace asal Indonesia ini.
Sedikit berbeda dengan platform lain, konsumen biasanya memutuskan berbelanja di Blibli untuk mencari produk elektronik atau smartphone.
5. Bukalapak
Contoh selanjutnya adalah Bukalapak. Sama dengan platform lainnya, Bukalapak juga berupaya bersaing dengan menyediakan produk yang terjangkau tetapi berkualitas.
Selain itu, Bukalapak juga terus berupaya memperbaiki user experience bagi para penggunanya supaya bisa berbelanja dengan nyaman.
Itu dia beberapa ulasan singkat dari Glints. Intinya, marketplace adalah tempat bagi berbagai jenis vendor untuk menjual produknya baik secara online maupun tradisional di satu tempat saja.
Semoga pembahan dari Glints kali ini bisa bermanfaat untuk kamu, ya.
Tertarik untuk belajar lebih banyak tentang dunia e-commerce?
Artikel di Glints Blog bisa jadi sumber belajarmu untuk mendalami dunia business development & sales.
Topik di dalamnya sangat beragam dan sudah terbagi menjadi kategori beginner, intermediate, hingga advanced. Jadi, kamu bisa temukan bacaan yang sesuai dengan kemampuanmu.
Yuk, baca lebih banyak artikel di Glints blog melalui link ini!