Iterative Development Model: Arti, Tahapan, Plus, dan Minusnya
Beda dari model waterfall, iterative development model proses iterasi menambahkan fitur satu per satu, menghasilkan produk kerja di akhir setiap iterasi, dan meningkatkan fungsionalitasnya dari siklus ke siklus.
Model iteratif lebih seperti proses yang berputar dibanding tahapan proses selangkah demi selangkah yang kaku.
Saat fase perencanaan awal selesai, beberapa tahapan lain diulang, sehingga menghasilkan sebuah siklus.
Setiap satu siklus selesai, perangkat lunak diperbaiki dan diiterasi.
Nah, yuk, pahami lebih jauh model pengembangan software ini selengkapnya di bawah ini.
Isi Artikel
Pengertian Iterative Development Model
Iterative development model adalah pendekatan pengembangan perangkat lunak (software) yang memecah proses pengembangan aplikasi besar menjadi bagian-bagian kecil.
Setiap bagian yang disebut “iterasi” mewakili proses pengembangan keseluruhan serta berisi langkah-langkah perencanaan, desain, pengembangan, dan pengujian.
Bagi kamu yang belum paham dengan istilah iterasi, menurut Vocabulary, ini bermakna pengulangan.
Dalam ilmu komputer, iterasi berarti mengeksekusi seperangkat instruksi berkali-kali atau sampai hasil tertentu diperoleh.
Iterative model development merupakan implementasi dan bagian dari software development life cycle (SDLC).
Iterative model development punya beragam metodologi pengujian dan pengembangan, aktivitas, tools, serta teknik.
Model iteratif adalah implementasi spesifik siklus hidup pengembangan perangkat lunak.
Model ini berfokus pada implementasi sederhana yang semakin kompleks dan memiliki set fitur yang lebih luas seiring perjalanannya menuju sistem final.
Proses Iterative Development Model
Berikut tahapan dalam iterative development model menurut Planbox:
1. Tahap perencanaan
Digunakan untuk mengatur detail spesifik, termasuk kebutuhan perangkat keras atau lunak serta persiapan tahapan berikutnya.
2. Tahap analisis
Dilakukan untuk memasang model database, logika bisnis, dan perangkat lain yang diperlukan untuk tahapan ini.
Desain juga ada di tahap tersebut, di mana persyaratan teknis dibentuk.
Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang ditentukan di tahap analisis.
3. Tahap implementasi dan proses coding
Dokumen spesifikasi, perencanaan, dan desain dijalankan dan di-coding di titik ini.
4. Tahap testing
Prosedur pengujian dilakukan untuk mengidentifikasi masalah atau bug yang muncul.
5. Tahap evaluasi
Evaluasi menyeluruh diperlukan untuk semua perkembangan sampai tahap ini.
Tim dan klien atau pihak eksternal dapat memeriksa proyek tersebut dan memberikan masukan terkait apa yang perlu atau bisa diubah.
Setelah tahapan-tahapan tadi selesai, iterasi software yang terakhir dibangun berikut masukan dari evaluasi dikembalikan ke tahap perencanaan dan pengembangan (tahap 1) untuk diulangi lagi.
Kelebihan Iterative Development Model
- Karena prosesnya bertahap, model ini memungkinkan identifikasi dan koreksi kekurangan di tahap awal agar tidak terlanjur masuk ke proses yang lebih jauh.
- Dengan model iteratif, versioning (produksi versi software yang berbeda) lebih mudah dengan memastikan setiap iterasi yang baru adalah versi yang lebih baik dari iterasi sebelumnya.
- Jika iterasi baru gagal, iterasi sebelumnya bisa diimplementasikan atau rolled-back dengan kerugian minimal.
- Lebih mudah dapat masukan dari pengguna, seperti tanggapan mereka tentang produk saat ini dan apa yang mereka harapkan dari produk tersebut di masa depan. Dengan demikian, kamu bisa membuat perbaikan dan perubahan yang dibutuhkan.
- Bisa menghemat waktu untuk dokumentasi yang seringkali terjadi di cara kerja waterfall.
- Jadi bisa lebih fokus pada desain proyek.
- Cocok untuk organisasi yang cepat berubah, terutama yang memiliki tim kecil dan tangkas.
- Dengan iterasi yang sering dan konstan secara reguler, adaptabilitas yang cepat memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan kebutuhan proyek atau klien secara cepat.
- Meski kelihatannya banyak tahapan yang harus diikuti dan diulangi, model iteratif menawarkan proses penyelesaian yang cepat.
Kekurangan Iterative Development Model
Menurut Eastern Peak, meski keseluruhan proses iteratif cukup fleksibel, fase iterasi kaku dan harus diikuti dengan hati-hati.
Perubahan yang tidak diduga bisa terjadi pada pengembangan iteratif karena tidak semua persyaratan ditentukan sejak awal proyek.
Hal ini dapat menyebabkan proses yang tersendat, atau bahkan diulangi. Alhasil kerugian waktu, materi, dan biaya akan dirasakan.
Nah, itulah serba-serbi iterative development model yang sudah Glints rangkum untuk kamu.
Untuk lebih menguasai proses software development, Glints sudah menyiapkan ragam artikel untuk kamu baca dan pelajari.
Yuk, klik di sini untuk temukan dan baca artikel-artikelnya sekarang juga!