Sebelum Terjadi, Kenali Disaster Recovery Plan untuk Amankan Datamu

Diperbarui 18 Des 2020 - Dibaca 5 mnt

Isi Artikel

    Kini, bisnis mengandalkan teknologi untuk hampir semua urusan operasional. Sayangnya, teknologi tidak kebal terhadap bencana. Disaster recovery plan adalah cara untuk mencegah terganggunya operasional saat terjadi bencana.

    Tanpa disaster recovery plan, proses operasional perusahaan akan terganggu saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Ini akan berdampak besar pada pendapatan dan kestabilan perusahaan.

    Lalu, apa itu disaster recovery plan dan bagaimana cara menyusunnya? Simak selengkapnya dalam artikel berikut.

    Mengenal Disaster Recovery Plan

    Dilansir dari IBM, disaster recovery plan (DRP) adalah petunjuk terperinci tentang cara menanggapi insiden yang tidak direncanakan. Hal itu misalnya bencana alam, pemadaman listrik, serangan dunia maya, dan insiden lainnya.

    Petunjuk tersebut berisi strategi untuk meminimalkan efek bencana, sehingga perusahaan dapat terus beroperasi atau segera melanjutkan operasi utama.

    DRP harus disusun berdasarkan jenis bencana dan lokasinya. Itu juga harus mencantumkan instruksi yang dapat diterapkan oleh siapa saja sesuai dengan posisi dan kemampuannya.

    Setiap perusahaan sebaiknya memiliki DRP yang terstruktur dan teruji untuk hal-hal berikut.

    • meminimalkan gangguan pada operasi normal
    • membatasi tingkat gangguan dan kerusakan
    • meminimalkan dampak ekonomi dari gangguan tersebut
    • menetapkan cara operasi alternatif terlebih dahulu
    • melatih personel dengan prosedur darurat
    • menyediakan pemulihan layanan yang lancar dan cepat

    Baca Juga: Kupas Tuntas Cybersecurity dan Seluk-beluknya

    Membuat Disaster Recovery Plan

    © Freepik.com

    Disaster recovery plan harus dimulai di tingkat bisnis untuk menentukan mana yang paling penting agar operasional tetap berjalan.

    Untuk itu, kamu harus menentukan recovery time objective dan recovery point objective.

    Recovery time objective (RTO) atau sasaran waktu pemulihan harus diukur untuk menjelaskan jumlah target waktu operasional yang dapat dihentikan saat bencana terjadi.

    RTO biasanya diukur dalam jam, menit, hingga detik.

    Recovery point objective (RPO) atau tujuan titik pemulihan juga harus ditentukan untuk mengidentifikasi usia file yang harus dipulihkan dari penyimpanan cadangan agar operasional dapat dilanjutkan dengan normal.

    Selain RTO dan RPO, kamu juga harus mempertimbangkan hal berikut sebelum membuat disaster recovery plan yang tepat.

    • anggaran
    • perlindungan asuransi
    • sumber daya (orang dan fasilitas fisik)
    • risk management
    • teknologi
    • data
    • regulasi pemerintah

    Baca Juga: Mengenal Manajemen Risiko dan Kegunaan Untuk Perusahaan

    Tipe-Tipe Disaster Recovery Plan

    © Shutterstock.com

    Dilansir dari Tech Target, terdapat tiga tipe disaster recovery plan yang umum digunakan.

    1. Virtualized disaster recovery plan

    Virtualisasi memberikan peluang untuk implementasi DRP dengan cara yang lebih efisien. Lingkungan tervirtualisasi dapat menjalankan instance virtual machine (VM) untuk menjalankan pemulihan.

    Pengujian juga dapat lebih mudah dicapai. Akan tetapi, rencana tersebut harus mencakup kemampuan untuk memvalidasi bahwa operasional dapat berjalan dalam mode pemulihan bencana dan kembali ke mode normal sesuai RPO dan RTO.

    2. Network disaster recovery plan

    Mengembangkan DRP untuk pemulihan jaringan akan lebih rumit seiring meningkatnya kompleksitas jaringan.

    Kamu perlu merinci prosedur detail pemulihan, mengujinya dengan benar, dan terus memperbaruinya.

    Tipe DRP ini juga harus mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki. Hal itu mulai dari besaran data yang tersimpan dalam jaringan hingga sumber daya manusia seperti kinerja dan staf jaringan.

    3. Cloud disaster recovery plan

    DRP untuk cloud service dapat berkisar dari cadangan file di cloud hingga replikasi lengkap. DRP tipe ini dapat menghemat ruang, waktu, dan biaya.

    Akan tetapi, mempertahankan DRP tipe ini memerlukan pengelolaan yang tepat. Pengelola harus mengetahui lokasi server fisik dan virtual.

    Rencana tersebut harus membahas keamanan, yang harus diuji secara berkala.

    4. Data center disaster recovery plan

    Tipe DRP ini berfokus secara eksklusif pada fasilitas dan infrastruktur dari pusat data. Penilaian risiko operasional adalah elemen kunci dalam DRP tipe ini.

    Ini termasuk menganalisis komponen utama seperti lokasi gedung, sistem dan perlindungan daya, keamanan, dan ruang kantor. Rencana tersebut harus membahas berbagai kemungkinan skenario.

    Baca Juga: Agar Tak Diretas, Ini 7 Cara Jaga Keamanan Data Pekerjaan saat WFH

    Nah, itu dia yang perlu kamu ketahui sebelum membuat disaster recovery plan untuk menjaga data-data perusahaan yang ada.

    Selain artikel ini, kamu bisa mendapatkan informasi lainnya tentang keamanan data di perusahaan jika berlangganan newsletter Glints.

    Cukup mendaftarkan email, berbagai info bermanfaat akan dikirim langsung ke inbox-mu.

    Tunggu apa lagi? Yuk, daftar sekarang!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 1

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait