Cross Posting: Definisi, Manfaat, Kekurangan, dan Tips Pentingnya

Diperbarui 27 Jul 2023 - Dibaca 7 mnt

Isi Artikel

    Cross posting adalah istilah yang pastinya sudah tidak asing lagi bagi kamu yang bekerja di bidang content marketing atau social media marketing.

    Namun, bagi kamu yang masih belum familier dengan cross posting, tak usah khawatir karena Glints akan memberikan gambaran lengkapnya untukmu.

    Sebagai salah satu trik yang banyak digunakan oleh brand, cross posting memang memiliki banyak manfaat.

    Namun, tak jarang juga malah menimbulkan beberapa dampak negatif. Langsung saja disimak pembahasan lengkapnya berikut ini!

    Definisi Cross Posting

    Dilansir dari Hubspotcross posting adalah strategi membagikan konten yang sama ke berbagai platform media sosial.

    Teknik ini muncul dilatarbelakangi oleh kemajuan tren media sosial yang kini semakin bertambah dan meningkatnya kebutuhan untuk memproduksi banyak konten.

    Dulu orang-orang belum banyak yang menggunakan TikTok. Kini, media sosial tersebut menjadi salah satu platform dengan pengguna aktif paling banyak.

    Selain itu, YouTube bahkan meluncurkan fitur serupa dengan inovasi Youtube Shorts.

    Content marketer dan content creator akhirnya harus mempertimbangkan apakah mereka perlu membuat konten yang berbeda untuk tiap media sosial atau konten yang sama.

    Sekilas, strategi ini mungkin terdengar kurang menarik dan kurang kreatif. Namun, cross posting tak selamanya merugikan, lho.

    Baca Juga: 8 Mitos Seputar Branding yang Harus Kamu Tahu Kebenarannya

    Manfaat Cross Posting

    Beberapa kelebihan cross posting yang perlu kamu pertimbangkan di antaranya adalah sebagai berikut.

    1. Efisiensi waktu dan tenaga

    Umumnya, strategi cross posting ini digunakan oleh tim kecil atau creator pemula yang memang belum memiliki sumber daya yang cukup untuk memproduksi konten dalam jumlah banyak.

    Selain itu, trik yang satu ini juga pastinya sangat membantu jika kamu sedang mengelola lebih dari 3 akun media sosial client-mu.

    Pastinya akan cukup melelahkan jika harus membuat konten yang berbeda-beda setiap hari.

    2. Membantu memahami audiens

    Apakah kamu sedang ingin ‘cek ombak’ terlebih dahulu?

    Jika ya, cross posting ini sangat membantumu menghemat waktu dan tenaga untuk mengecek mana jenis konten yang paling cocok untuk platform media sosial tertentu.

    Konten dengan gaya A mungkin cocok untuk karakter pengguna Twitter, namun kurang pas untuk audiens di TikTok.

    Cross posting konten A di kedua media sosial tersebut akan memberi insight berharga mengenai target audiensmu.

    3. Mendukung keaktifan di media sosial

    Biasanya ketika kita memaksakan diri untuk membuat banyak konten, akan ada satu pengorbanan yang harus dilakukan.

    Entah mengorbankan satu akun media sosial yang akan jarang diurus, atau mengorbankan kualitas konten yang diproduksi.

    Oleh karena itu, cross posting ini hadir untuk membantumu tetap aktif di semua media sosial tanpa harus mengorbankan salah satunya.

    Kekurangan Cross Posting

    seorang wanita menolak untuk cuti sakit yang merupakan kebiasaan tidak sehat di kantor

    © Freepik.com

    Selain kelebihan di atas, tentunya ada juga beberapa kekurangan cross posting.

    1. Tidak sesuai dengan kebutuhan audiens

    Kekurangan cross posting yang pertama adalah risiko ketidaksesuaian konten dengan preferensi dan kebutuhan audiens di media sosial.

    Seperti yang disebutkan di atas, tiap media sosial memiliki karakteristik pengguna yang berbeda.

    Apabila cross posting dilakukan hanya untuk waktu-waktu tertentu, sepertinya tak akan ada masalah berarti.

    Namun, jika trik ini dilakukan terus menerus, kamu kehilangan potensi untuk menarik lebih banyak audiens.

    2. Membuat followers bosan

    Seorang followers setia mungkin akan mengikuti akun media sosialmu di semua platform, mulai dari TikTok, LinkedIn, Instagram, Twitter, hingga Facebook.

    Apabila mereka selalu melihat konten yang sama, lama-kelamaan mereka akan merasa bosan.

    Semrush bahkan menulis bahwa hal ini bisa saja membuat followers merasa dikirim postingan spam.

    Ketika sudah bosan, mereka tidak akan lagi memperhatikan apa yang kamu post atau bahkan memutuskan untuk unfollow akunmu.

    3. Mempengaruhi persepsi audiens terhadap brand

    Kamu pasti tidak ingin audiens merasa bahwa brand kamu kurang kreatif, bukan?

    Apalagi jika brand-mu sering menekankan nilai-nilai inovasi, kreativitas, atau memang bergerak di bidang media kreatif.

    Meski terlihat sepele, persepsi terhadap akun media sosial brand dapat berpengaruh juga terhadap brand image secara keseluruhan, lho.

    Baca Juga: 8 Tren Content Marketing 2023, Dorong Inovasi di Dunia Konten

    Kesalahan saat Cross Posting yang Harus Dihindari

    Jika kamu tetap harus menggunakan trik ini setelah mempertimbangkan manfaat dan kekurangannya, ada beberapa kesalahan yang harus kamu hindari.

    Dilansir dari Social Pilot, kesalahan paling umum saat cross posting di antaranya adalah sebagai berikut.

    1. Cross posting semua konten

    Tone of voice akun LinkedIn mungkin akan sedikit berbeda dengan tone of voice akun Instagram.

    Oleh karena itu, kamu perlu benar-benar perhatikan copywriting dan caption dengan baik. Jangan sampai brand voice yang selama ini dijaga menjadi tidak konsisten.

    2. Melupakan detail format visual

    Setiap platform media sosial memiliki format rasio foto dan video yang berbeda.

    Di Facebook, kamu mungkin dapat meng-upload foto dengan berbagai rasio, namun di Instagram, hal ini sukar untuk dilakukan terutama jika kamu sedang ingin memposting konten carousel.

    Mempelajari format tiap platform media sosial akan membantumu membuat planning cross posting yang lebih efektif.

    3. Melupakan detail kecil lainnya

    Di Twitter atau Facebook, link yang kamu masukkan ke dalam caption akan dapat dengan mudah diakses oleh followers.

    Sedangkan jika kamu langsung copy paste ke Instagram, link tersebut tidak akan bisa diklik.

    Jadi, jangan sampai kamu menuliskan caption atau petunjuk yang tidak sesuai, ya.

    Selain perihal lampiran link, kamu juga perlu perhatikan batasan jumlah karakter di tiap platform media sosial. Di Twitter, kamu hanya bisa menulis sekitar 280 karakter tiap tweet.

    Jangan sampai penggalan tweet menjadi sangat tidak rapi karena kamu hanya copy paste saja dari caption Instagram, misalnya.

    Baca Juga: 5 Perbedaan Mencolok Brand Identity vs Brand Image

    Demikian beberapa pembahasan utama mengenai teknik cross posting. Intinya, cross posting adalah solusi bagi kamu yang harus melakukan efisiensi waktu namun harus tetap dilakukan dengan cermat.

    Mau tahu teknik atau trik menarik lain terkait social media marketing? Ayo baca lebih banyak artikel di Glints Blog!

    Ada kategori khusus yang membahas segala hal tentang social media marketing, mulai dari strategi, istilah, hingga tren terbaru yang tak boleh kamu lewatkan.

    Dengan mempelajarinya, kamu bisa memperoleh inspirasi baru untuk mengoptimalkan strategi yang sudah ada.

    Tunggu apa lagi? Baca artikel-artikel terbarunya di sini sekarang juga!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 3.6 / 5. Jumlah vote: 19

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait