Mengenal Cognitive Bias: 8 Tipe dan Pengaruhnya di Tempat Kerja

Tayang 18 Feb 2023 - Dibaca 8 mnt

Isi Artikel

    Saat mendengar kabar atau isu kalau budget campaign akan berkurang, kamu pasti akan memutuskan untuk merancang ulang proposalnya. Jika terjadi, maka yang memengaruhimu adalah cognitive bias dalam diri.

    Biasanya, cognitive bias hadir saat kamu ingin menyederhanakan informasi yang kamu dapat, sehingga prosesnya akan memengaruhimu.

    Jika kamu memahami dengan baik apa itu cognitive bias, hal ini akan membantumu dalam membuat keputusan di tempat kerja.

    Makanya, yuk, kenali cognitive bias dan pengaruhnya di tempat kerja dalam rangkuman Glints di bawah ini.

    Definisi Cognitive Bias

    Cognitive bias adalah proses berpikir sistematis yang terjadi saat seseorang memproses dan menafsirkan informasi sehingga memengaruhi keputusan dan penilaian yang dibuat, dikutip dari Very Well Mind.

    Secara singkat, cognitive bias adalah cara seseorang untuk menafsirkan informasi dan kemudian membuat kesimpulan.

    Cognitive bias biasanya membantu seseorang untuk membuat pilihan berdasarkan individu, tempat, objek, ide, dan peristiwa tertentu. 

    Bias ini sering berfungsi sebagai aturan praktis yang membuat kamu cepat memahami informasi dan mengambil keputusan dengan waktu yang relatif cepat.

    Sayangnya, Weekly 10 melansir bahwa cognitive bias bisa memengaruhi kondisi mental seseorang, hingga terjadi gangguan kecemasan.

    Sebab, proses berpikir ini dapat membuatmu berspekulasi dan menimbulkan kekhawatiran yang belum tentu terjadi.

    Baca Juga: Apa itu Impostor Syndrome dan Bagaimana Menyikapinya

    8 Tipe dan Pengaruh Cognitive Bias di Tempat Kerja

    Menurut Indeed, ada beberapa tipe cognitive bias yang bisa saja terjadi di tempat kerja, yaitu:

    1. Terlalu percaya diri

    Bias terlalu percaya diri disebut juga dengan overconfidence bias, di mana seseorang merasa kemampuannya melebihi orang lain. 

    Sebenarnya bias ini punya dampak baik, yaitu memotivasi seseorang untuk berani mengambil risiko dan berinovasi. Namun, tetap harus dipahami dengan baik.

    Caranya adalah dengan mengevaluasi kemampuanmu secara reguler, seperti cek ulang tugas, pekerjaan, dan tanggung jawab yang diselesaikan di kantor. 

    Jangan sampai kamu menjadi karyawan yang arogan karena terlalu percaya diri, ya!

    2. Self-serving bias

    Self-serving bias adalah kondisi ketika kamu mengaitkan sebuah hasil atau efek berdasarkan kepentingan yang kamu miliki. 

    Secara sederhana, saat kamu mendapatkan hasil yang bagus dari suatu proyek, kamu akan secara otomatis berpikir bahwa itu adalah 100% hasil kerja kerasmu.

    Sedangkan jika tidak berhasil, kamu cenderung menyalahkan faktor eksternal yang tidak bisa diubah atau bahkan orang lain.

    Contoh lainnya, saat mendengar kabar ada yang akan dipromosikan di timmu, maka kamu akan langsung merasa itu adalah dirimu.

    Hal ini terjadi karena kamu merasa kemampuan dan pengalaman yang kamu miliki sudah pas untuk promosi jabatan.

    3. Herd mentality

    Herd mentality adalah kondisi di mana seseorang memutuskan untuk mengikuti apa yang dilakukan orang lain.

    Biasanya hal ini dipengaruhi oleh faktor emosi atau mental dibandingkan analisis fakta.

    Kondisi ini biasanya mendorong seseorang untuk berinvestasi agar menjadi leader, sehingga ide dan perspektifnya bisa diterima dengan baik. 

    4. Loss aversion

    Loss aversion adalah tipe cognitive bias yang menyebabkan seseorang membuat keputusan berdasarkan rasa takut untuk menghindari kekalahan. 

    Contoh kasus sederhananya, seorang investor yang hanya ingin berinvestasi jika pasti ada keuntungan.

    Terkadang tipe cognitive bias ini bisa membantu melihat kesempatan secara lebih kritikal dan memastikan kelemahan dalam suatu strategi.

    Baca Juga: 11 Metode Pengambilan Keputusan untuk Membantumu Sukses

    5. Kekeliruan narasi

    Kekeliruan narasi atau narrative fallacy adalah proses pengambilan keputusan berdasarkan preferensi cerita dibandingkan fakta. 

    Cerita yang mendukung suatu ide biasanya akan lebih dapat diterima daripada mempertimbangkan semua fakta yang ada.

    Sehingga seseorang dapat mengambil keputusan karena mereka menyukai cerita yang berkaitan dengan ide atau pilihan tersebut.

    Contohnya, saat kamu berdiskusi dengan timmu untuk sebuah proyek.

    Kamu akan lebih menerima pendapat yang sesuai dengan keyakinan atau ide yang sudah kamu miliki.

    Kamu jadi tutup telinga dengan fakta-fakta atau pertimbangan lain yang disampaikan rekan kerja, karena tak sesuai keyakinan atau idemu.

    6. Bias konfirmasi

    Bias konfirmasi biasanya terjadi saat seseorang membentuk suatu hipotesis atau perkiraan dan mencari informasi untuk mendukung hipotesis tersebut. 

    Sayangnya, seseorang yang mencari informasi ini cenderung bias untuk mendapatkan persetujuan atau pembenaran terhadap hipotesis yang sudah ada. 

    Di tempat kerja, bias konfirmasi ini bisa dihindari dengan menerapkan critical thinking yang bisa membantu mengidentifikasi bias konfirmasi.

    Ini akan membuat kamu menerima informasi dengan lebih objektif dan tidak bias akan hipotesis yang sudah kamu buat.

    Misalnya, saat membuat sebuah proposal campaign, kamu menemukan fakta A dan merasa fakta A sudah sesuai dengan hipotesis awalmu.

    Kemudian, kamu menggunakan fakta A dalam proposal tersebut tanpa menentang atau mempertanyakannya.

    Alhasil, fakta A menjadi hasil dari bias konfirmasimu. Padahal, belum tentu itu jadi kebenaran yang ada di lapangan atau saat ini.

    7. Halo effect

    Halo effect adalah tipe cognitive bias yang membuat penilaian terhadap kualitas seseorang hanya berdasarkan satu faktor saja.

    Lebih sederhana, halo effect ini merupakan penilaian bahwa seseorang baik atau memiliki kualitas tanpa melihat faktor lainnya.

    Contohnya, seorang hiring manager bertemu kandidat dari universitas bergengsi dan level pendidikan mencapai S2.

    Informasi tersebut memengaruhinya sejak awal dan bahkan sebelum wawancara pun hiring manager otomatis ingin menerimanya.

    Padahal harusnya ada pertimbangan faktor lain yang bisa ditambahkan seperti pengalaman kerja untuk menilai kandidat tersebut.

    8. Ostrich effect 

    Ostrich effect adalah saat pembuat keputusan dengan sengaja menghindari informasi negatif untuk melihat keputusan mereka dengan baik.

    Banyak orang yang mengalami ostrich effect saat mereka telah membuat suatu keputusan yang sifatnya pasti.

    Misalnya, saat hiring manager telah memutuskan bahwa kandidat yang dipilihnya adalah individu terbaik untuk sebuah posisi.

    Namun, setelah 1 bulan kerja, individu tersebut ternyata tidak perform dengan baik. Maka, ia mencoba untuk menepis hal tersebut agar keputusannya tidak terlihat salah.

    Agar terhindar dari ostrich effect, penting untuk melakukan riset mendalam sebelum memutuskan sesuatu.

    Baca Juga: Keputusan Buruk dalam Karier: Faktor, Tanda, dan Cara Menghindari

    Itu dia informasi tentang cognitive bias dan tipe serta pengaruhnya di tempat kerja.

    Memahami bias-bias yang ada di tempat kerja akan membantu kamu menghindari pengambilan keputusan yang tidak sesuai sekaligus meminimalisir kesalahan.

    Bukan hanya bias-bias pengambilan keputusan, ada banyak tips tempat kerja yang bisa harus kamu ketahui dan terapkan, lho.

    Nah, tips-tips tersebut telah Glints siapkan untuk kamu. Apa saja? Yuk, klik di sini untuk temukan dan baca ragam artikelnya!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah vote: 3

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Artikel Terkait