Carousel: Definisi, Jenis-Jenis, Manfaat, dan Cara Membuatnya
Apakah angka engagement media sosialmu rendah? Jika begitu, konten carousel adalah salah satu solusi untuk masalah itu.
Kira-kira, untuk apa sajakah carousel bisa digunakan? Selain itu, di media sosial apa saja ia hadir? Mengapa ia berdampak pada angka engagement?
Jawaban lengkapnya ada di dalam artikel ini. Simak, yuk!
Isi Artikel
Apa Itu Carousel?
Carousel post adalah salah satu jenis konten di media sosial. Ciri khasnya yakni adanya lebih dari satu gambar dalam satu konten.
Nah, carousel post sendiri bersifat interaktif. Audiens bisa menggeser deretan gambar yang ada di dalamnya.
Selain post, ada iklan yang berbentuk carousel, lho. Ia juga punya lebih dari satu gambar yang bisa digeser-geser.
Jenis Carousel
Pada dasarnya, carousel adalah fitur periklanan yang memungkinkan marketer untuk menempatkan lebih dari 1 gambar dalam sebuah post.
Nah, supaya creator bisa lebih kreatif, carousel disediakan dalam dua jenis yang berbeda, yakni carousel post dan ads.
Berikut adalah penjelasan singkat Glints mengenai kedua jenis carousel tersebut. Jangan lupa dicatat, ya!
1. Carousel Post
Nah, kita bahas soal carousel post dulu, yuk! Media sosial yang punya fitur ini di antaranya Instagram dan LinkedIn. Glints akan membahasnya satu per satu.
a. Instagram
Melansir TechCrunch, fitur carousel post di Instagram meluncur pada awal 2017 silam. Sejak saat itu, jenis konten seperti ini banyak digunakan di platform ini.
Salah satu contoh carousel post di Instagram adalah:
View this post on Instagram
Seperti post biasanya, kamu bisa memasukkan caption dan lokasi dalam tiap gambar carousel. Kamu juga bisa menambah filter dan mengeditnya satu per satu. Menarik, kan?
Selain itu, kata Hootsuite, kamu bisa memasukkan maksimal 10 gambar dalam 1 carousel. Ini tentu sangat menguntungkan bagimu.
Jika ingin meliput satu event, menyampaikan satu pesan, atau menampilkan satu produk secara lebih lengkap, pakai saja fitur ini. Kamu tak perlu lagi membuat 10 post terpisah.
Terlebih lagi, melansir Search Engine Journal, jenis post ini terbukti melejitkan engagement. Usahamu dalam membuat carousel post pun takkan sia-sia.
b. LinkedIn
Media sosial profesional LinkedIn juga punya carousel post. Melansir Straight Marketing, ia berbentuk dokumen yang bisa kamu bagikan di feed.
Salah satu contohnya adalah di bawah ini:
Fitur pembagian dokumen ini sudah ada sejak 2018 silam. Dengan alasan berbentuk dokumen, kamu hanya bisa memilih file dengan extension PPT, PPTX, DOC, DOCX, dan PDF.
Selain itu, melansir Design Buffs, ukuran dokumennya juga tak boleh lebih dari 100 MB. Halaman yang ada di dalamnya juga wajib kurang dari 300.
Sejatinya, dalam LinkedIn, kamu bisa saja membagikan tulisan seperti biasanya. Akan tetapi, mengubahnya menjadi carousel bisa membuat kontenmu makin menarik.
Terlebih lagi, desain post ini berbeda dengan post LinkedIn lainnya. Ini bisa membuat kontenmu jadi jauh lebih menarik.
Dengan alasan ini, engagement, baik untuk post maupun brand-mu, bisa meroket.
2. Carousel Ads
Coba bayangkan sebuah carousel post yang disulap menjadi iklan. Nah, nama untuk iklan itu adalah carousel ads.
Iklan ini cukup menjanjikan, lho. Mengutip Sprout Social, carousel ads punya click-through rate hingga 72%.
Media sosial yang punya iklan seperti ini di antaranya Instagram, Facebook, Twitter, dan LinkedIn.
Kita kupas semuanya satu per satu, yuk!
a. Instagram
Layaknya post, iklan carousel di Instagram juga membuatmu mudah menggabung beberapa gambar dalam satu iklan.
Ini tentu menarik, karena kamu bisa mempromosikan beberapa produk sekaligus. Tak perlu lagi membuat iklan yang terpisah-pisah.
Contohnya ada di bawah ini:
Selain di post, kamu juga bisa membuat carousel ads di Instagram Story, lho. Melansir situs resmi Instagram, kamu bisa memasukkan hingga 10 Card Story dalam 1 iklan.
Contohnya adalah:
b. Facebook
Selanjutnya, ada pula iklan carousel di dalam Facebook. Melansir Buffer, di sana, kamu bisa memasukkan 3-5 gambar dalam satu iklan.
Kamu tak harus selalu memasukkan beberapa produk dalam satu iklan, lho.
Melansir Linear Design, kamu bisa memasukkan satu produk saja. Akan tetapi, ada banyak fitur dalam produk itu yang kamu highlight.
c. Twitter
Carousel ads adalah iklan yang baru hadir di media sosial Twitter. Melansir Social Media Today, ia baru hadir pada 11 November 2020 lalu.
Dengan alasan bisa digeser-geser, iklan ini jauh lebih interaktif. Selain itu, audiens bisa membacanya dalam durasi yang lebih lama.
Ini tentu bisa meningkatkan brand awareness, traffic, hingga engagement. Kamu juga bisa mengkreasikannya sesuai dengan brand-mu.
d. LinkedIn
Ada yang berbeda dari carousel ads dalam LinkedIn. Perbedaan itu yakni LinkedIn Gen Form.
Melansir Venture Harbour, LinkedIn Lead Gen Form merupakan salah satu bentuk call–to–action.
Dengan fitur ini, audiens akan diminta mengisi formulir. Ia bisa kamu selipkan di dalam carousel ads LinkedIn.
Nah, formulir ini bisa kamu hubungkan dengan apa pun. Contohnya di antaranya sign up, download buku elektronik, dan lain-lain.
Nah, kelebihannya bukan hanya LinkedIn Lead Gen Form saja, lho. Melansir Instapage, carousel ads dalam LinkedIn punya click-through rate yang tinggi.
Standar pembandingnya sendiri merupakan bentuk iklan lain, yakni Sponsored Content.
Manfaat Carousel
Setelah membaca definisi dan jenis-jenisnya, mungkin carousel terlihat sebagai fitur media sosial biasa.
Akan tetapi, jangan salah. Fitur satu ini mampu menjadi cara yang jitu bagi marketer untuk meningkatkan penjualan produk perusahaan.
Tak hanya itu, carousel juga bisa menjadi inisiatif pemasaran yang ampuh karena dapat disebarkan pada berbagai platform.
Nah, selain kedua hal di atas, berikut adalah beberapa manfaat lainnya yang ditawarkan oleh fitur carousel, sesuai ungkapan Productsup dan Social Sprout.
- meningkatkan engagement pada konten dan produk
- sifatnya interaktif sehingga bisa tingkatkan antusiasme audiens
- hemat biaya, sehingga cocok untuk perusahaan besar maupun kecil
- tingkatkan reach konten serta produk yang dijual
Cara Membuat Carousel
Berikut adalah beberapa cara untuk membuat carousel post di beberapa platform populer yang telah Glints rangkum dari berbagai sumber.
1. Instagram
Apabila kamu ingin membuat carousel post di Instagram, berikut adalah langkah yang bisa kamu lakukan, menurut HootSuite.
- Buka aplikasi Instagram.
- Tap ikon “+” di navigation bar.
- Pilih ikon seperti yang ditunjuk di gambar di bagian bawah preview dari post.
- Pilih foto atau video dari galeri hingga 10 buah. Perlu diperhatikan bahwa foto atau video akan ditampilkan berurutan berdasarkan media mana yang dipilih terlebih dahulu.
- Tap “Next” di bagian kanan atas layar.
- Kamu bisa menambahkan filter untuk foto atau video yang dimasukkan ke carousel dengan tap tombol seperti di gambar berikut.
- Jika sudah mengedit foto dan videomu, tap “Next“.
- Tambahkan caption, tag, serta hashtag dalam carousel post.
- Tap tombol “Share” untuk membagikan carousel-mu di Instagram.
2. Facebook
Melansir dari Linear Design, apabila kamu ingin membuat carousel ads di Facebook, kamu bisa melakukannya melalui Facebook Ads Manager.
Berikut adalah langkah untuk membuat carousel di Facebook.
- Masuk ke akun Facebook Ads Manager.
- Pilih campaign objective dari carousel ads yang dibuat.
- Beri nama untuk ad campaign-mu.
- Pilih laman Facebook dan Instagram untuk menampilkan carousel ads-mu.
- Pilih format “Carousel“.
- Masukkan gambar untuk carousel-mu. Pastikan gambar yang di-upload memiliki format 1:1. Tapi, kamu pun bisa melakukan crop image jika gambar yang di-upload tidak memiliki format 1:1.
- Tuliskan copy dari carousel ads di kolom “Primary Text“.
- Tambahkan URL dari carousel post di kolom “Website URL“.
- Terakhir, pilih CTA yang akan ditambahkan ke carousel post.
3. Twitter
Menyadur dari Unison, untuk membuat carousel di Twitter, berikut adalah langkah yang bisa kamu ikuti.
- Masuk ke akun Twitter Ads dengan klik “more” di menu sebelah kiri Twitter lalu klik “Twitter Ads“.
- Di menu “Creatives“, pilih opsi “Tweet Composer“.
- Pilih “Carousel” dari dua opsi yang diberikan dan klik “Add media“.
- Kamu bisa upload 2 hingga 6 gambar untuk ditampilkan dalam tweet carousel-mu.
- Tulis tweet untuk carousel ads-mu.
- Di kolom “Card type“, masukkan headline dan link untuk carousel-mu.
- Klik “Tweet” untuk mengirimkan carousel tweet-mu ke audiens.
4. LinkedIn
Jika kamu ingin membuat carousel post di LinkedIn, berikut adalah cara yang bisa kamu lakukan menurut Design Buff.
- Klik kolom “Start a post” di bagian home feed LinkedIn-mu.
- Setelah window terbuka, klik ikon yang dilingkari di bawah ini.
- Setelah itu, pilih dokumen yang ingin kamu bagikan.
- Berikan dokumen yang telah dipilih judul yang deskriptif.
- Kemudian, tuliskan apa yang kamu pikirkan dalam kolom “What do you want to talk about?”.
- Kamu pun dapat menambahkan hashtag untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Demikian informasi dari Glints. Setelah membacanya, tentu saja, carousel adalah jenis konten yang sudah kamu pahami luar-dalam.
Coba terapkan di media sosial milik brand-mu, ya! Siapa tahu, ia merupakan solusi dari rendahnya angka engagement-mu.
Nah, selain lewat konten carousel, kira-kira, apa yang bisa tingkatkan engagement di media sosial? Ketahui jawabannya pada kanal Social Media Glints Blog.
Di sana, Glints sudah sediakan banyak artikel ringkas seputar tips dan tools terbaik social media marketing hanya buat kamu.
Menarik, bukan jadi tunggu apa lagi? Yuk, simak ragam artikelnya sekarang juga!
- Instagram lets you post up to 10 photos or videos as 1 swipeable carousel
- How to Create Beautiful Instagram Carousel Posts (Free Templates)
- Instagram Carousels Are the Most Engaging Post Type [STUDY]
- What are LinkedIn Carousel Posts?
- LinkedIn Carousel Posts - How To Use Document Sharing To 10X Your Engagement
- Carousel ads
- Instagram Stories Carousel
- The Ultimate Guide to Facebook Carousel Ads
- Facebook Carousel Ads – The Master Guide for 2020
- Twitter Launches New 'Carousels' Ad Format Option
- The Ultimate Guide to LinkedIn Lead Gen Forms
- LinkedIn Carousel Ads: What They Are, What to Use Them For, Ad Specs & Best Practices
- Carousel ads
- Why carousels beat videos in the social media engagement game