Mengenal Alpha Testing, Tahap Pengujian Pertama sebelum Aplikasi Diluncurkan

Diperbarui 31 Jan 2021 - Dibaca 7 mnt

Isi Artikel

    Sebelum sebuah produk diluncurkan, produk tersebut akan melalui beberapa tahap pengujian. Salah satu tahap dari pengujian tersebut adalah alpha testing.

    Alpha testing merupakan tahap pengujian yang pertama kali dilakukan ketika sebuat produk dikembangkan.

    Apa saja yang diuji selama tahap pengujian ini? Simak selengkapnya dalam artikel berikut.

    Mengenal Alpha Testing

    Alpha testing adalah pengujian yang dilakukan pada aplikasi menjelang akhir proses product development ketika produk hampir dalam keadaan dapat digunakan.

    Dilansir dari India Times, pengujian ini tidak melibatkan pengujian fungsional pada aplikasi.

    Sebaliknya, ini adalah pengujian untuk memahami perilaku dan pengalaman pengguna pada aplikasi.

    Biasanya, pengujian ini dilakukan langsung oleh tim developer, karyawan, dan terkadang teman/anggota keluarga karyawan dengan tujuan mencoba meniru sekitar 80% pelanggan.

    Penguji ini disebut sebagai alpha tester.

    Saat para alpha tester ini menguji dan memberikan feedback, tim akan mengamati perilaku mereka untuk memeriksa masalah desain dalam aplikasi.

    Pengujian ini dilakukan untuk mengidentifikasi gangguan atau bug yang mungkin muncul karena kesalahan mendadak yang dibuat oleh pengguna.

    Pengujian ini juga digunakan untuk memvalidasi status kualitas perangkat lunak dalam waktu minimal. Dengan begitu, mereka dapat mengajukan modifikasi untuk mendapatkan spesifikasi yang diperlukan.

    Baca Juga: Kenali Apa Itu A/B Testing: Definisi, Fungsi, dan Berbagai Elemen untuk Diuji

    Fase Alpha Testing

    alpha testing adalah

    © Shutterstock.com

    Alpha testing adalah pengujian pertama sebelum aplikasi diujikan kepada pengguna awal, atau beta testing. Pengujian ini dilakukan dalam tiga fase.

    1. Pre-alpha testing

    Ini adalah fase pertama dari pengujian alpha. Fase ini dilakukan untuk memahami apakah sistem aplikasi dapat diteruskan ke fase pengujian berikutnya.

    2. Alpha testing

    Pada fase kedua ini, aplikasi diuji secara keseluruhan. Pengujian dilakukan dengan ketat untuk menguji semua fitur sistem dan mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul akibat pemakaian.

    3. Post-alpha testing

    Fase terakhir ini dilakukan secara paralel. Pada satu sisi, tim developer akan bekerja untuk memperbaiki cacat yang ditemukan.

    Sementara di sisi lain, tim penguji terus mencari dan mengidentifikasi masalah baru dalam aplikasi.

    Setelah tiga fase ini selesai dijalankan, aplikasi akan melalui tahapan beta testing. Pada tahapan ini, aplikasi tidak lagi diuji oleh karyawan, namun langsung kepada pengguna awal, atau beta tester.

    Baca Juga: Kenali Usability Testing, Tahap Desain Produk yang Tak Boleh Dilewatkan

    Keuntungan Melakukan Alpha Testing

    © Freepik

    1. Dapat melakukan pengujian yang memadai dan menyeluruh

    Alpha testing menggunakan white box testing dan black box testing. Teknik pengujian black box akan menguji fungsionalitas input dan output sistem pada tingkat tinggi.

    Sementara itu, teknik white box menguji desain sistem dan struktur internal.

    Kedua teknik ini penting untuk memverifikasi arus masukan dan keluaran aplikasi untuk semua skenario dan kemungkinan yang diperlukan.

    2. Meningkatkan kualitas aplikasi

    Dalam pengujian ini, aplikasi akan disimulasi seolah-olah digunakan oleh pengguna asli. Hal ini akan menciptakan kondisi pengujian yang realistis, mendekati kondisi apabila digunakan oleh pengguna asli.

    Tim akan mendapatkan feedback yang mendekati dengan masalah-masalah yang mungkin akan dialami pengguna. Feedback ini dapat meningkatkan kualitas akhir aplikasi sebelum dipasarkan.

    3. Memberikan insight mengenai usability dan reliablity

    Pengujian ini memberikan kesempatan untuk memahami bagaimana aplikasi akan berjalan ketika dirilis dan digunakan oleh pengguna asli.

    Tim developer dapat mengukur kinerja sistem dan mendapatkan gambaran tentang kegunaan dan keandalannya terlebih dahulu melalui pengujian ini.

    Insight yang didapatkan dari pengujian ini akan membantu tim untuk membuat keputusan yang tepat tentang perbaikan aplikasi ke depannya.

    4. Mengurangi waktu untuk perbaikan aplikasi dan mempercepat waktu peluncuran

    Pengujian ini memungkinkan tim untuk mengidentifikasi kemungkinan masalah dalam produksi. Ini juga membantu tim untuk memperbaikinya sebelum aplikasi diluncurkan.

    Tentu saja ini akan mengurangi waktu untuk perbaikan dan mempercepat jadwal peluncuran aplikasi.

    Kekurangan Alpha Testing

    1. Waktu pengujian menjadi lebih lama

    Melalui alpha testing, aplikasi akan diuji secara ketat dan menyeluruh. Ini dapat berarti tahap pengujian membutuhkan waktu lebih lama untuk diselesaikan.

    Durasi tahap pengujian juga tergantung pada fitur aplikasi dan jumlah cacat yang ditemukan selama pengujian berlangsung.

    Jika aplikasi memiliki lebih banyak fitur dan menemukan sejumlah cacat yang tidak terungkap, durasi pengujian akan berlangsung lebih lama.

    2. Muncul batasan untuk persyaratan pengujian nonfungsional

    Alpha testing bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan masalah produksi. Ini termasuk menguji persyaratan nonfungsional tertentu, seperti kegunaan dan kinerja.

    Sayangnya, terdapat batasan pada persyaratan nonfungsional lainnya. Misalnya, aspek seperti pemeliharaan, keamanan aplikasi secara menyeluruh, dan reliablity.

    Ini karena alpha test dilakukan di lingkungan simulasi. Dengan begitu, sulit meniru perilaku pengguna secara keseluruhan. Inilah mengapa beta testing tetap dilakukan setelah aplikasi melalui alpha testing.

    Lalu, bagaimana cara melakukan alpha testing?

    Cara Melakukan Alpha Testing

    Alpha testing dapat dilakukan langsung oleh tim developer atau melalui tim quality assurance. Secara umum, menurut Airfocus, tahapan pengujian ini dilakukan dengan cara berikut.

    • Pertama, tinjau spesifikasi desain aplikasi dan pahami persyaratan fungsional dan nonfungsional.
    • Selanjutnya, buat rencana pengujian menyeluruh untuk menghasilkan semua kasus pengujian yang diperlukan.
    • Setelah rencana pengujian dan kasus pengujian siap, tim dapat memulai pengujian untuk memeriksa bug atau cacat pada sistem.
    • Segera setelah tim menemukan bug atau cacat, masalah tersebut diidentifikasi dalam sistem terpisah.
    • Hasil pengujian ini kemudian diserahkan kepada tim developer untuk diperbaiki.
    • Saat tim developer mengonfirmasi bahwa masalah telah diselesaikan, tim penguji melakukan uji ulang produk. Siklus pengujian ini akan berlanjut hingga tidak ada lagi masalah yang ditemukan.

    Baca Juga: Kupas Tuntas Seputar Proses Desain Produk dengan Melibatkan User di Sini!

    Nah, itu dia yang perlu kamu ketahui dari alpha testing. Tahap pengujian ini merupakan tahapan yang paling krusial dalam pengembangan aplikasi.

    Selain artikel ini, kamu bisa mendapatkan informasi lainnya tentang pengembangan software dan produk lho dari Glints.

    Kamu hanya perlu berlangganan newsletter mingguan Glints, dan beragam informasi itu akan dikirim langsung ke inbox-mu.

    Tunggu apa lagi? Daftar gratis sekarang, yuk!

    Seberapa bermanfaat artikel ini?

    Klik salah satu bintang untuk menilai.

    Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah vote: 0

    Belum ada penilaian, jadi yang pertama menilai artikel ini.

    We are sorry that this post was not useful for you!

    Let us improve this post!

    Tell us how we can improve this post?


    Comments are closed.

    Artikel Terkait